blank
Drs. Muchlas Yusak, Dipl. Appl. Ling.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Pembelajaran blended learning merupakan metode pembelajaran tatap muka (konvensional) yang digabungkan dengan metode e-learning berbasis teknologi digital. Metode ini dianggap sangat efektif khususnya di era disrupsi saat ini oleh generasi Z untuk menambah efisiensi kelas dan memungkinkan peningkatan diskusi atau meninjau informasi di luar ruang kelas. Hal ini diungkapkan oleh Kepala UPT Pengembangan Bahasa Unisnu Jepara Aprilia Riyana Putri, M.Pd.

UPT Pengembangan Bahasa Unisnu menyelenggarakan webinar bertajuk “Blended Learning as a Potential Game-Changer in Education” secara Virtual melalui Zoom Meeting (11/12-2021). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Drs. Muchlas Yusak, Dipl. Appl. Ling. dan Rektor Unisnu Dr. H Sa’dullah Assa’idi, M.Ag. sebagai Keynote Speaker. Acara ini dipandu oleh Alieffiya Faricha mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Unisnu dan dimoderatori oleh Muhammad Munif Lamik, S.S., M.Pd.

Kepala UPT Pengembangan Bahasa Unisnu Aprilia Riyana Putri, M.Pd. menyampaikan bahwa UPT Pengembangan Bahasa Unisnu awal berdirinya dipimpin Drs Muchlas Yusak, Dip. Appl. Ling. “Lalu kemudian dilanjutkan oleh Nina Sofiana, M.Pd. dan saya meneruskan secara estafet program pimpinan terdahulu,” ujar Aprilia.

blank
Rektor Unisnu Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.

Blended learning, menurut Sa’dullah, muaranya adalah bahasa. “Sebagai pintu masuk, bahasa yang awalnya bersifat spiritual menjadi sebuah materi memudahkan manusia berkomunikasi satu sama lain. Proses komunikasi ini menghasilkan akulturasi,” ujarnya. Melalui blended learning perlu seseorang menyiapkan diri dan menyesuaikan diri di era digital saat ini, tambahnya.

Saat ini, Muchlas Yusak menyampaikan, sistem pendidikan menggunakan pembelajaran Hybrid. “Pembelajaran menggunakan sistem Hybrid menggabungkan pendekatan tanpa batas dengan kombinasi metode offline dan online menjadi lebih efektif,” jelasnya.

Menurut Muchlas Yusak, teknologi pendidikan dan otomatisasi membantu mempermudah pendidikan secara hybrid walaupun mungkin ini sebuah konsekuensi akibat pandemi. “Awalnya ini mungkin sebuah konsekuensi akibat pandemi Covid-19. Keterbatasan tatap muka secara langsung tidak menjadi kendala,” ujarnya. Apalagi di masa transisi ini menjadi tuntutan dan mendorong pendidik dan pembelajar untuk terampil berkreasi dan berinovasi, tambahnya.

Muchlas menyampaikan Massive Online Courses (MOOCs) memainkan peran utama dalam pembelajaran blended learning dan menjadikan seseorang sebagai pembelajar sepanjang hidup.

Apa itu MOOCS, dijelaskan oleh Muchlas. “MOOCs adalah kursus online gratis yang tersedia bagi siapa saja untuk mendaftar. MOOC menyediakan cara yang terjangkau dan fleksibel untuk mempelajari keterampilan baru, memajukan karier Anda, dan memberikan pengalaman pendidikan berkualitas dalam skala besar,” terangnya.

Pemain EdTech (Education Technology) memastikan bahwa tenaga kerja masa depan dipersenjatai dengan apa yang dibutuhkan di dunia pascapandemi. Ada 5 game-changer dalam dunia pendidikan saat ini. “Kelima ­game-changer ini meliputi formative assessment (penilaian formatif), learning targets (capaian pembelajaran), personalized learning (pembelajaran yang dipersonalisasi), writing (menulis), and student-led questions (pertanyaan yang dipimpin siswa). “Ketika guru fokus pada lima game-changer ini, mereka akan mulai melihat pembelajar mandiri, kontributor, dan pemecah masalah,” ujar Muchlas Yusak.

Ada tujuh prinsip pembelajaran dan penilaian baru saat ini, yaitu ubiquitous learning (belajar bisa dimana saja), differentiated learning (pembedaan pembelajaran), metacognition (metakognisi), collaborative intelligence (kecerdasan kolaboratif), recursive feedback (umpan balik rekursif), multimodal learning (pembelajaran multimodal), dan active knowledge making (mengaktifkan pemahaman). “Ketujuh prinsip ini adalah acuan seorang pembelajar dengan kemampuan serta strategi pembelajaran yang berbeda antara satu dengan lainnya. Seorang pembelajar aktif akan berusaha memahami ilmu dengan caranya. Mereka bisa belajar dimana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja,” terang Muchlas Yusak.

Model pembelajaran yang bisa dilakukan guru di era saat ini, menurut Muchlas Yusak, adalah flipped classroom. “Melalui flipped classroom, guru bisa menyampaikan materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum masuk kelas. Harapannya siswa memelajari konsep materi dan siap berdiskusi di kelas sehingga kelas menjadi interaktif,” ujarnya.

Alvaros