blank
Ilustrasi/Detik.Com

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Bacalah glethek seperti Anda mengucapkan bebek cewek jengkel, namun th-nya harus diberi tekanan seperti Anda mengucapkan kentang atau juga kelenteng.

Apa artinya glethek?  Jika suatu saat Anda sedang memegang pisau atau gunting, dan tiba-tiba karena ada kepentingan lain,  barang itu Anda taruh begitu saja di situ (bukan di sana), nah … itulah artinya glethek: ditaruh begitu saja (spontan?) di situ  saja, dan bukannya di suatu tempat tertentu.

Mengapa hanya ditaruh begitu saja di situ? Karena mendadak, dan merasa akan sebentar saja, nanti alat itu akan segera dipergunakan lagi.

Apa pula dengan pethel?  Kata pethel dengan th diberi tekanan seperti glethek di atas, bacalah  seperti Anda mengucapkan kernet, permen, atau semen; dan pethel ini ialah perkakas pertukangan seperti cangkul kecil.

Seperti kita ketahui, peralatan pertukangan itu ada gergaji, ada palu, ada cathut, ada pasah, ada tatah; masing-masing dengan fungsi dan kegunaan yang berbeda. Pethel dipergunakan manakala kayu itu perlu sedikit diratakan atau diluruskan, sebelum dihaluskan menggunakan pasah.

Pethel biasanya dipergunakan baik ketika kayu itu berada dalam posisi vertikal (tegak), misalnya meratakan batang kelapa yang benjol-benjol; dan bisa juga ketika kayu itu dalam posisi horizontal.

Glethek pethel gambarannya menjadi semakin jelas, ketika misalnya Anda sedang meratakan papan untuk membuat alas kasur dengan pethel (sebelum nanti dihaluskan dengan pasah), tiba-tiba HP yang terletak di meja kamar tamu berdering.

Spontan pethel Anda glethekake, karena segera menuju ke tempat HP berdering itu. Tetapi, itu hanya contoh atau kiasan seolah-olah kejadiannya seperti itu; sebab ungkapan glethek pethel sendiri bermakna: cekak aos, genahe, terus terange, tanpa tedheng aling-aling; yakni langsung to the point, ehhhhh … ujung-ujungnya ternyata perkara jaluk dhuwit.

Tanpa basa-basi dan tiba-tiba para pimpinan sebuah lembaga membuat  “petisi” agar seorang menteri di kabinet dicopot oleh presiden. Ujung-ujungnya ternyata, -glethek pethel-e- , mereka itu awalnya kelihatan tersinggung, namun jebule, -lagi-lagi ujung-ujungnya- , maaf seribu maaf, jaluk tambahan anggaran karena komposisi kepemimpinan yang bertambah.

Baca Juga:Mlincur

Inilah contoh konkret glethek pethel namun bikin jengkel, mengapa? Seolah-olah tidak mau tahu repotnya “bapak-ibu” karena sedang menghadapi masalah besar, ehhhhh orang-orang pilihan itu merengek (rengek?).

Ihhhh kok ya tegel-tegele nembung, sampai sebegitunya mengungkapkan. Sudah “jatuh miskin sedemikian serba menderitakah, sampai-sampai menuntut hak secara kurang elegan di tengah kondisi masyarakat yang masih berjibaku mengatasi Covid 19?”

Glethek pethel nan bikin jengkel penuh ironi, karena selayaknya dapat dan berani menjadi bemper demi kemaslahatan rakyat yang masih sedang menderita, jebul R-nya tiba-tiba berubah menjadi rengek. Gusti nyuwun kawelasan 3x.

(JC Tukiman Tarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)