blank
Sajian tari bagi wisatawan di bukit Love

JEPARA (SUARABARU.ID) – Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional.  Meskipun ada beberapa masyarakat yang terjun di pariwisata, dan Karimunjawa termasuk daerah tujuan  pariwisata,   namun  kegiatan Seni Tari masyarakat Karimunjawa sangat kurang.  Padahal  tari merupakan warisan kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dilestarikan, juga menjadi nilai tambah untuk memasarkan potensi pariwisata di Karimunjawa.

blank
Tri Fadmawati, S.Pd, Ketua Sanggar Tari Jaladri, Karimunjawa

Melihat hal ini beberapa  guru dan warga yang memiliki kepedulian terhadap seni membentuk sebuah sanggar tari yang diberi nama “Jaladri”.  Sanggar Tari Jaladri berdiri sejak tahun 2013 di Desa  Karimunjawa Jepara. Karena berada di kepulauan yang dikelilingi oleh lautan maka diberi nama Jaladri yang artinya Segara. Pendiri sanggar ini adalah para guru seperti Eko Cahayo, Maulidatul Solecha, S.Pd, Sutarni, S.Pd, dan Bu Eko Cahayo dan  Tri Fadmawati, S.Pd.

“Sejak awal  Sanggar Tari Jaladri ingin  melatih dan membimbing  generasi muda untuk mengangkat, memelihara, dan melestarikan seni tari. Juga ingin  membantu pemerintah daerah dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari dan kebudayaan daerah,” ujar Ketua Sanggar Tari Jaladri, Tri Fadmawati, S.Pd.

blank
Sanggar Tari Jaladri Karimunjawa

Semula Eko Cahayo adalah ketua sanggar. Namun karena yang bersangkutan mutasi ke Demak, posisinya digantikan oleh    Tri Fadmawati, S.Pd yang juga guru SDN 7 Karimunjawa. Sanggar ini mempunyai anak didik sebanyak 30 orang, mulai dari usia 5 tahun, usia SD, usia SMP, SMA,  bahkan beberapa  diantaranya sudah menikah.

Tujuan mereka mendirikan  Sanggar Tari Jaladri adalah untuk melestarikan dan mengembangkan seni tari tradisional yang sangat beragam di kepulauan tersebut. Sebab penduduk Karimunjawa terdiri dari 6 suku yaitu suku Jawa, suku Bugis, Bajoe, Mandar, Buton dan suku Madura. Masing-masing tentu memiliki kekhasan sendiri. Disamping itu   Sanggar Tari Jaladri juga mengembangkan  seni tari kreasi baru

blank
Foto bersama sebelum pementasan

Selain tampil dipementasan acara-acara dari Disporapar, dan Disparbud, kami juga sering tampil untuk menyambut wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa, tampil dibeberapa hotel, diacara hajad sunatan warga, acara tradisional masyarakat, dan yang paling sering adalah tampil di Bukit Love untuk menghibur wisatawan yang berkunjung disana.

Hasilkan Karya

Disamping telah menguasai 40 tarian tradisionil dan kreasi baru, , Sanggar Tari Jaladri juga telah mampu berkarya. Dari  kolaborasi Tri Fadmawati, S.Pd bersama  Maulidatul Solecha, S.Pd,  Sutarni, S.Pd, dan Ny. Eko Cahayo telah tercipta sebuah tari kreasi dengan judul “Tari Minagara”. Tari Minagara adalah tarian yang menceritakan tentang keceriaan masyarakat karimunjawa (ibu-ibu) yang sedang menunggu suaminya pulang dari melaut, dan hasil tangkapannya di jual untuk menghidupi keluarga. Tari ini menggunakan properti Tenggok.

blank

Sementara tari yang pernah dipentaskan antara lain Tari Minagara,  Tari Linda Suku Buton, Tari Gambyong, Tari Towaine Barani Suku Mandar, Tari Golek Tirta Kencono, Tari lulo Buton, Tari Kepyak,  Tari Mangastuti,  Tari Ngoser, Tari Kidung Wahyu Kolosebo, Tari Golek,   Tari Ula-Ula Suku Bajo, Tari Kidang, Tari Genjring Party, Tari Kebyok Anting-anting,  Tari Nusantara,  Tari Gegala,Tari Gebyar Batik dan Tari Kipas Kanturu Suku Buton.

Harapan Sanggar Tari Jaladri

Ketika ditanya tentang kebutuhan  sanggarnya, Tri Fadmawati, S.Pd berharap diadakan pelatihan kesenian di Karimunjawa dari Disparbud atau  Disporapar.  Karena Karimunjawa belum ada yang benar-benar lulusan dari Seni Tari. Sanggar Tari Jaladri Karimunjawa juga berharap ada bantuan dari pemerintah daerah, karena sampai saat ini sanggar kami latihan di rumah pengurus.

blank
Batik Shadow

“Disamping itu juga berharap ada bantuan Kostum dari pemerintah daerah, karena selama ini untuk semua keperluan pementasan dan  kehidupan sanggar hanya mengandalkan dari Kas yang di dapat dari pementasan,” ujar Tri Fadmawati,  S.Pd.

“Kami berharap Indonesia segera pulih, sehingga kehidupan sanggar kami bisa berjalan dengan baik. Sebab selama ini  hidup sanggar hanya mengandalkan dari pementasan. Untuk kebutuhan make up, properti, kostum, aksesoris dan semua kebutuhan pementasan kami dapatkan dari setiap pementasan. Kami tidak memungut biaya dari anak didik,” tutur Tri Fadmawati.

Sedangkan pengurus Sanggar Tari Jaladri terdiri dari  Penanggung Jawab              Petinggi Karimunjawa, Pembina  Arif Setiawan, Ketua  Tri Fadmawati, S.Pd, Wakil Ketua    Deni Ria Kumala, Sekretaris   Silvya Agustin, Bendahara   Ikke Ayu Safitri dan Reni Wantika serta pelatih  Tri Fadmawati, S.Pd.

Hadepe – TF