blank
Wabup Wonosobo M Albar ketika hadir di acara Merdi Dusun Lemiring Mojosari. Foto : SB/dok

WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Ratusan tenong meriahkan acara Merdi Dusun Lemiring, Desa Mojosari Kecamatan Mojotengah, Wonosobo Jawa Tengah. Merdi Dusun tersebut baru digelar setelah empat tahun lamanya sempat terhenti.

“Ini sebagai wujud rasa syukur warga kepada Tuhan YME atas kelimpahan rahmat-Nya selama ini,” terang Kepala Desa Mojosari, Mamprah di sela-sela memimpin acara Merdi Dusun di desanya. Warga tampak tumpah ruah di lokasi acara.

Mamprah mengatakan jika Merdi dusun ini selalu digelar setiap tahunnya sebelum ada pandemi global Covid-19. Namun gelaran besar dengan melibatkan mayarakat banyak dan membawa hasil bumi digelar setiap dua tahun sekali.

“Seharusnya ini digelar dua tahun lalu, tapi karena ada pandemi global Covid-19, acara jadi dilangsungkan empat tahun sekali. Warga sudah lama berhenti menggelar tradisi tenongan seperti ini,” ungkapnya.

Sebanyak 260 tenong di Dusun Lemiring itu digelar. Ini sebagai puncak acara dari rangkaian yang telah dilakukan sebelumnya. Yang dimulai dengan memberishkan daerah mata air di Melipan Desa Dero Duwur.

Dilanjutkan dengan gelar doa bersama di pemakaman sesepuh dari Dusun Lemiring. Semua warga setempat terlibat dalam acara doa bersama tersebut. Mereka tampak khusuk berdoa di atas pusara para leluhurnya.

“Baru setelah itu akan diadakan acara tumpengan dengan membawa aneka ragam jajan pasar yang ditaruh dalam tenong. Acara tersebut sebagai bentuk rasa syukur dan selamatan atas kelimpahan rezeki dan kesejahteraan bagi warga setempat,” ungkapnya.

Tradisi Baik

blank
Wabup Wonosobo M Albar. Foto : SB/dok

Menurut Mamprah, tradisi semacam ini memang sudah dilakukan secara turun temurun di dusun tersebut. Sehingga sebagai pelanjut generasi menjadi terpanggil untuk melanjutkan tradisi yang baik ini.

Wakil Bupati Wonosobo, M Albar yang datang pada acara tersebut menyampaikan jika tradisi baik semacam ini perlu untuk diteruskan. Sebab didalamnya terkandung berbagai nilai sosial keagamaan yang masih kuat.

Dengan menggelar acara semacam ini katanya, ada nilai gotong royong yang dilakukan di masyarakat. Selain acara berdoa bersama untuk mengucapkan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh sang pencipta.

“Tradisi kebudayaan yang baik seperti ini memang perlu untuk diteruskan. Sebagai lokal wisdom dari kebudayaan setempat. Tradisi budaya di desa juga bisa dikemas menjadi atraksi wisata yang dapat menyedot wisatawan,” ungkapnya.

Apalagi, setelah dalam dua tahun terakhir berbagai gelaran tradisi seperti tenongan ini sempat terhenti lantaran pandemi global Covid 19. Dan aktivitas ekonomi masyarakat banyak yang terhenti. Meskipun berjalan masih sangat terbatas.

“Bersyukur saat ini Wonosobo sudah turun di PPKM Level 2. Sehingga kegiatan seperti ini mulai bisa digelar. Namun saya tetap berharap dalam menggelar kegiatan di desa, warga harus tetap menerapkan protokol kesehatan,” lanjutnya.

Dengan acara seperti ini, Wabub berharap jika kembali bisa menggairahkan ekonomi masyarakat di desa-desa. Perputaran uang akan semakin bergeliat di desa dan hasil pertanian bisa kembali meningkat.

Muharno Zarka