blank
Webinar bertema 'Merawat Bahasa-Sastra, Memartabatkan Bangsa', menghadirkan narasumber peneliti dan penerjemah dari Balai Bahasa Provinsi Jateng, Ery Agus Kurnianto, dan Kahar Dwi Prihantono. Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menggelar webinar dengan tajuk, Menjalin Indonesia dari Jawa Tengah: Literasi Teguh Jateng Tangguh, melalui aplikasi Zoom ini, digelar Rabu (20/10/2021).

Acara bertema ‘Merawat Bahasa-Sastra, Memartabatkan Bangsa’ itu, menghadirkan narasumber peneliti dan penerjemah dari Balai Bahasa Provinsi Jateng, Ery Agus Kurnianto dan Kahar Dwi Prihantono.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jateng, Dr Ganjar Harimansyah, mengawali acara dengan menyampaikan beberapa program kerja Balai Bahasa. Dia mengatakan, bentuk layanan pada masa pandemi ini, berbasis daring. Yakni tatap muka terbatas, atau tatap muka terbatas plus daring, yang direalisasikan melalui seminar, diskusi umum, bimbingan teknis, dan bedah buku secara daring.

BACA JUGA: Gol Cristiano Ronaldo Bantu Manchester United Taklukkan Atalanta 3-2

Adapun mitra dan sasaran layanan yaitu, guru, mahasiswa, akademisi, masyarakat umum, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan.

”Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka Bulan Bahasa dan Sastra tahun 2021 yang jatuh pada bulan Oktober. Pada bulan ini, program kerja BBPJT sudah dilaksanakan 80 persen. Sebagai UPT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Balai Bahasa memiliki tugas dan fungsi pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia, pelindungan bahasa dan sastra daerah, dan penginternasionalan bahasa Indonesia,” kata Ganjar secara virtual.

Dalam diskusi yang dipandu Tri Wahyuni itu, penerjemah dari Balai Bahasa Provinsi Jateng, Kahar Dwi Prihantono menyatakan, kosakata bahasa daerah, terutama kosakata budaya, merupakan sumber pemekaran dan pemerkayaan bahasa Indonesia, yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BACA JUGA: Menilik Ke Desa Lawatan, Sentra Perajin Shuttlecock di Tegal

Balai Bahasa Provinsi Jateng sendiri dari waktu ke waktu, terus melakukan pencatatan kosakata budaya Jawa secara berkelanjutan.

”Usaha itu melibatkan mitra kerja dari berbagai dinas pemerintahan, universitas, sastrawan, kelompok kesenian, dan beragam unsur masyarakat. Muara dari pencatatan kosakata itu adalah, pemerkayaan lema KBBI yang menjadi buah unggul Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Kahar, Balai Bahasa Provinsi Jateng menerbitkan kamus daring yang bertajuk, ‘Kamus Budaya Jawa sebagai Sumbangsih kepada Bahasa Jawa dan Masyarakat Jawa Tengah.

BACA JUGA: Fajar/Rian Lolos ke 16 Besar

”Kamus digital ini juga dapat diunduh di Playstore, dan diakses di laman melalui tautan https://senaraiistilahjawa.kemdikbud.go.id/,” jelasnya.

Kahar menambahkan, tidak hanya pejabat publik atau juru warta yang acapkali memanfaatkan satu atau dua kosakata bahasa Jawa dalam ujaran dan berita mereka, para sastrawan pun kerap menyelipkan beberapa kosakata bahasa Jawa dalam karyanya.

”Hingga saat ini, Balai Bahasa turut berupaya merawat kata-kata dan memartabatkan bangsa dengan menyusun beberapa kamus bahasa Jawa. Baik kamus dialek maupun kamus bidang tertentu,” ujar penerjemah yang juga penyair itu.

BACA JUGA: Delapan Laga Tak Terkalahkan, PSIS Nangkring di Puncak Klasemen Sementara

Sementara itu, Ery Agus Kurnianto menyampaikan, punahnya sastra lisan di daerah disebabkan beberapa faktor. Antara lain, generasi muda kurang mengapresiasi sastra daerahnya sendiri.

Selain itu, sastra lisan danggap kuno atau ketinggalan zaman, terkendalanya proses pewarisan, dan syarat-syarat ritual yang sangat berat untuk dilakukan.

”Wayang othok obrul adalah salah satu budaya lokal, yang keberadaannya sudah di ambang kepunahan. Jika langkah konservasi dan revitalisasi tidak segera dilakukan, kemungkinan besar tradisi lisan ini akan punah, seiring dengan meninggalnya satu-satunya dalang yang ada,” ungkap dia.

BACA JUGA: Pangdam IV Diponegoro Lepas Satgas Pamtas RI – PNG Bersama Bupati Blora

Atas alasan-alasan itulah, lanjut Ery, Balai Bahasa Provinsi Jateng mengambil langkah-langkah untuk melakukan pelindungan dan pelestarian terhadap wayang othok obrul, melalui kegiatan revitalisasi.

”Hasil revitalisasi itu memunculkan tiga dalang remaja. Diperlukan media untuk mempertahankan keberlangsungan wayang ini,” pungkasnya.

Riyan