blank
Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari, saat memberikan sambutannya pada pembukaan kegiatan Safari Jurnalistik Batch 3, belum lama ini di Jakarta. Foto: dok/ist

JAKARTA (SUARABARU.ID)– PWI Pusat bekerja sama dengan PT Astra, kembali menggelar Safari Jurnalistik Batch 3, Rabu (13/10/2021). Acara ini dibuka Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari.

Para pembicara yang hadir di antaranya, Ketua KPI, Agung Suprio, Ketua ATVSI, Syafril Nasution, Ketua ATVLI, Bambang Santoso, dan pengamat televisi Apni Jaya Putra, dengan dimoderatori Ahmed Kurnia, yang merupakan Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia.

Safari Jurnalistik yang dilaksanakan secara daring itu, kali ini mengambil tema ‘Masa Depan Free to Air di Era Digital dan 5G’.

BACA JUGA: Vaksinasi di Magelang Sampai Akhir Oktober Ditarget Capai 50 Persen

Atal dalam sambutannya menjelaskan, teknologi 5G terus disuarakan PWI, karena dianggap sangat penting. Teknologi nirkabel ini merupakan generasi kelima yang akan sangat mengubah landscape digital ke depan.

”Ketika 60 tahun lalu televisi tiba di rumah kita, konten disiarkan oleh sejumlah kecil stasiun TV yang mengontrol akses ke gelombang udara. Namun sekarang televisi berkembang pesat, menjadi sangat luas dan beragam secara langsung maupun demand, yang didukung teknologi broadband,” ujar dia.

Ditambahkannya, wartawan harus bersiap memanfaatkan peluang-peluang yang ada melalui teknologi 5G. Sembari tentunya meng-upgrade diri untuk meraih kesempatan-kesempatan yang terbuka lebar, kala inovasi teknologi 5G seperti migrasi siaran televisi terestrial dari analog ke digital, pada 2022 mendatang.

BACA JUGA: Mentan RI Syahrul Yasin Limpo Tinjau Kick Off Food Estate di Lamuk Kalikajar Wonosobo

”Ini suka atau tidak suka kita telah masuk dunia digitalisasi. Dengan hadirnya teknologi 5G, akan membuka banyak peluang sekaligus tantangan bagi wartawan dan masyarakat,” terang Atal, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Siwo Pusat

Lahirnya banyak televisi digital, imbuhnya, akan butuh banyak SDM kapabel dan kompeten. Lebih penting lagi media TV akan butuh konten unik dan spesifik, yang menyasar wilayah dan komunitas tertentu.

”Maka siapa pun yang mengedepankan keberagaman, lokalitas dan edukasi, akan memenangkan persaingan ini. Program itu dibutuhkan pemirsa, dan TV butuh mengisi slotnya masing-masing,” sambungnya.

BACA JUGA: Semarang Dinilai Berhasil Hadapi Pandemi Dengan Sistem Kota Cerdas

Sedangkan Ketua KPI Pusat, Agung Suprio menyatakan, masyarakat termasuk insan pers, harus mulai bersiap dengan peralihan ke siaran digital. ”Kami juga meminta masyarakat mulai memahami sistem siaran digital, serta apa saja manfaat yang akan mereka peroleh,” tekan Agung.

Menurutnya, migrasi digitalisasi merupakan keniscayaan, sehingga media televisi pun dipaksa untuk terus berinovasi.

”Kaum milenial, bahkan anak usia 11 tahun, cenderung mengonsumsi konten melalui smartphone. Mereka sudah jarang menonton TV, dan menangis kalau handphone-nya diambil,” ujar Agung.

BACA JUGA: Raih Poin Tertinggi Pencapaian IKU 2020/2021; UNS Menerima Insentif Rp 23 Miliar

Dilanjutkannya, mereka ingin mengendalikan konten melalui smartphone. Inilah perubahan perilaku yang membuat TV free to air, ditinggalkan penontonnya, walaupun secara subjektif kaum perempuan tetap suka nonton TV Free to air, seperti sinetron.

Diharapkan dia, agar free to air digital di Indonesia, segera bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat seperti di Jerman. ”Ini demi menyesuaikan kebiasaan milenial melalui perubahan perilaku mereka, seperti yang terjadi di Jerman,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Syafri Nasution menyebutkan, stasiun TV pada umumnya telah siap dengan peralihan siaran ke digital.

BACA JUGA: YBM PT. PLN UP3 Semarang bersama IZI Jateng Kembali Salurkan Bantuan Kaki Palsu

Bahkan sebagian anggota ATVSI secara bertahap sudah memulainya. Sehingga pada waktu yang ditentukan yakni pada 2 November 2022, seluruh siaran televisi berbasis analog, betul-betul stop.

”Kami sudah memiliki infrastruktur dan tenaga kerja sumber daya manusia di setiap wilayah siaran. Contoh saja di RCTI, sudah ada infrastruktur dari Aceh hingga Papua. Namun dari pelaksanaan ASO ini, kami tidak mendapatkan semua provinsi,” ungkapnya.

Sehingga, lanjut Syafri, begitu banyaknya investasi yang sudah dilakukannya, baik itu untuk peralatan bangunan, tanah, dan terutama SDM-nya akan mubazir.

BACA JUGA: RSUD Kudus Tunggu Pembayaran Klaim Penanganan Covid-19 Sebesar Rp 60 M

Dari sisi TV lokal, Ketua Umum Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Bambang Santoso mengharapkan, perlakuan sama dengan TV Nasional, agar tetap bisa eksis ke depannya.

”Ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama harus mendapat regulasi yang jelas. Kedua, TV lokal harus mendapatkan perlakuan sama, tidak bisa dibedakan karena akan semakin menggerus dan menyulitkan. Ketiga, perlindungan investasi jadi tidak hanya TV besar, tapi semua media cetak juga,” paparnya.

Tantangan TV lokal, menurut Bambang cenderung teknis, karena akan menjadi broadcaster kedua secara konten, dan ketiga terkait bisnis.

BACA JUGA: Ninda Annisa, Gemar Takraw Sejak SMP Sukses di PON XX Papua

”Namun menyikapi perubahan ini, ATVLI sudah menyiapkan satu skim yang namanya TVLI Channel, untuk berdayakan dan menyatukan TV-TV lokal,” bebernya.

Terkait hal itu, pengamat televisi, Apni Putra Jaya menuturkan, ketika proses migrasi berjalan, maka yang memenangi kompetisi di antara televisi maupun media adalah pemilik konten yang menarik.

”Siapa yang akan menang dari seluruh proses kompetisi ini? Mereka yang memegang konten kawan-kawan. Pada saat ini content and game sudah tidak terlihat lagi siapa pemain global dan lokal. Akan terjadi banyak partnership, akan ada akuisisi arus modal dari luar, dan jalur distribusi di broadband,” jelasnya.

BACA JUGA: Kiai Agus Mukhtar Isi Pengajian Maulid Nabi di Cibitung Bekasi

Dia juga meminta, agar masyarakat mendukung upaya migrasi ke TV digital, agar pembangunan infrastruktur internet dengan kecepatan tinggi dapat segera terlaksana.

”Digitalisasi akan mengubah fungsi produksi, distribusi dan rekomendasi konten,” tukas dia.

Riyan