blank
Finalis LKTI Museum Kartini Jepara

Oleh: M. Dalhar

Pada hari ini 12 Oktober 2021 diperingati Hari Museum Nasional ke-6. Peringatan ini bukan sebatas seremonial, tetapi momentum untuk merevitalisasi dan menjadikan museum sebagai salah satu ruang pembelajaran dan pariwisata yang diminati masyarakat.

Museum dapat dipahami sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat tententu atau bangsa. Institusi museum memiliki sejumlah aturan dan strategi untuk menjadikan kebudayaan di masa lampau dapat diwariskan dengan baik kepada generasi penerus.

Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang arti museum. Banyaknya pengertian tidak lepas dari penilaian dan dinamika masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang. Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (kebudayaan.kemdikbud.go.id).

Museum R.A. Kartini Jepara merupakan salah satu di antara ratusan museum di Indonesia. Museum ini didirikan pada 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soemarno Djojomardowo, S.H. Peresmiannya dilakukan dua tahun kemudian, pada 21 April 1977 oleh Bupati Soedikto, S.H. Museum ini didirikan untuk mengenang jasa dan perjuangan R.A. Kartini (museumkartini.id). dalam perjalanannya museum ini tidak hanya menyimpan koleksi atau benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan pahlawan emansipasi tersebut, melainkan juga sejarah Jepara pada umumnya.

Peringatan Hari Museum Nasional ke-6 digelar bermacam kegiatan oleh pengelola Museum Kartini Jepara. Lomba bercerita dengan dialek Jepara, cerdas cermat tentang sejarah Jepara, lomba karya tulis ilmiah, dan pameran museum virtual. Dalam acara pembukaan dibuka oleh Bupati Jepara, H. Dian Kristiandi.

Jika kita mengunjungi Museum Kartini akan ada banyak perubahan, baik dari interior maupun pelayanan. Melalui smartphone masyarakat juga dapat melihat koleks-koleksi museum. Ini adalah salah satu revitalisasi yang sudah dilakukan.

Duta Museum

Selama pandemi pada khususnya, jumlah pengunjung merosot drastis. Sedikitnya pengunjung bukan persoalan untung-rugi karena pada dasarnya museum adalah Lembaga non-profit. Yang dikhawatirkan dengan sepinya pengunjung adalah minimnya apresiasi masyarakat atas kebudayaan dan nilai sejarah bangsa ini. Bisa dibayangkan bagaimana sebuah bangsa berjalan tanpa mengetahui jati dirinya.

Terlebih lagi di Jepara ada begitu banyak hal, tentang khasanah kebudayaan di masa lalu yang berlum tergali. Dari Kartini, di samping melihat bukti peninggalannya, juga pemikiran-pemikirannya dapat senantiasa digali dan disandingkan dengan konteks zaman sekarang. Bagaimana kepeduliannya pada orang-orang miskin, isu pendidikan, dan emansispasi pada khususnya.

Itu sedikit tentang gambaran pentingnya kehadiran museum bagi peneguh sekaligus identitas anak bangsa. Ada banyak gagasan yang akan dikembangkan oleh pengelola museum, termasuk juga gagasan dari para finalis lomba karya tulis.

Penulis menawarkan program untuk membentuk Duta Museum Kartini. Duta ini adalah wakil museum untuk mengenali “keinginan” masyarakat di penjuru Jepara. Membaca trend apa yang sedang berkembang terutama di dunia pendidikan, sehingga museum dapat berkontribusi lebih.

Duta Museum bukan sekadar ajang untuk menaikkan prestise tetapi ada tanggung jawab moral bagaimana masyarakat dapat mengenal Museum Kartini Jepara, menyosialisasikan program-programnya, sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk menghargai kebudayaan, terutama di masa lalu.

blank

Di samping duta museum sebagai mitra, juga berkerja sama dengan instansi pendidikan. Lebih efektif adalah melakukan kerja sama dengan dinas terkait, dalam hal ini adalah Disdikpora dan Kemenag. Tujuannya adalah untuk menjadikan kunjungan ke museum masuk dalam kurikulum sekolah. Kunjungan ke museum adalah salah satu media pembelajaran alternatif, utamanya sejarah. Menurut penulis, dua hal ini sangat mungkin untuk dilakukan.

blank

Masyarakat tentu menunggu inovasi-inovasi yang dilakukan oleh pihak Museum Kartini Jepara. Sekali lagi, dengan banyak atau sedikitnya pengunjung bukan persoalan untung-rugi, tetapi bagaimana apresiasi generasi hari terhadap kebudayaan generasi terdahulu.

Penulis adalah finalis LKTI Museum Kartini Jepara