JAYAPURA (SUARABARU.ID) – Air yang warnanya biru, sebiru warna langit yang menjadi atapnya. Namun begitu mencapai pasir putih yang memadati daratan pembatas samudera nan luas itu, air laut berona biru itu pun berubah menjadi buih putih jernih.

Tak seperti di pantai-pantai yang dihantam ombak besar Samudera Hindia yang kerap ganas menggunung, ombak yang menghempas pantai dari lautan yang hampir abadi membiru itu tenang sesuai namanya Lautan Teduh. Orang biasa menyebutnya dengan Samudera Pasifik.

Adalah penjelajah Spanyol Ferdinand Magellan yang menamai samudera ini dengan Lautan Teduh, dari bahasa Spanyol pacifico, ketika Magellan berlayar mengelilingi Bumi pada awal abad ke-16.

Dia menyeberangi Samudera Atlantik yang ganas, mulai dari selatan daya Eropa sampai selatan benua yang kini dikenal dengan Amerika, sampai mengarungi lautan tenang yang lalu dia namai dengan Samudera Pasifik, dan berlabuh di tempat yang kini disebut Filipina sampai meregang nyawa di sana.

Wajar jika Magellan menyebut samudera ini Lautan Teduh karena selama setahun sebelum mencapainya pada Oktober 1520 dia mesti mengarungi kedahsyatan dan keganasan gelombang Samudera Atlantik mulai awal Agustus 1519.