blank

blankOleh : Abdullah Hamid

PUSAKA Lasem adalah peninggalan masa lalu  Lasem  yang bernilai sejarah, mengandung kualitas pemikiran, rencana dan pembuatannya, serta memiliki peran yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia.

Pelestarian pusaka sangat penting agar kota tidak kehilangan  jati diri, identitas dan ruh kehidupannya di masa lalu. Yang tumbuh menjadi kearifan lokal, seperti nilai-lai religiusitas, kemanusiaan, kebersamaan, persaudaraan, ketauladanan, ketertiban, pengetahuan, dsb.

Arti penting Lasem sebagai Kota Pusaka yang konsepnya digagas UNESCO, Lasem memiliki sejarah, artefak dan nilai-nilai luhur universal yang dibutuhkan dunia.

Nilai-nilai harmoni ini bukan saja berdimensi lokal tapi juga relevan dengan situasi Internasional yang sedang dilanda ancaman benturan antar peradaban.

Dan secara geografis pun posisinya berada di tengah-tengah persilangan antarperadaban itu. Bagi Lasem seharusnya justru menjadi penggerak kemanusiaan dan akulturasi.

Penetapan kota pusaka ini sekaligus menjawab dan sejalan keprihatinan politik luar negeri Indonesia dengan meningkatnya ancaman perang dingin dan perlombaan senjata di kawasan.

Sejarah Lasem yang panjang mengalami masa Majapahit, Mataram Islam, kolonial yang membuktikan teruji dengan nilai-nilai pluralitas.

Menyimpan peninggalan keberagaman, mulai dari Masjid Jami Lasem dan Makutaphraba Batharakala, Makam Mbah Sambu berarsitektur Samarcand, Makam Nisan Surya Majapahit, Komplek Makam Sunan Bonang bergaya Kraton, Omah Gedong bergaya Indis, Klenteng, dan sejumlah rumah pecinan dan pesantren.

Pilihan tuan rumah Temu Pusaka Indonesia  2021 di Lasem adalah tepat, sebuah kota kecil yang dulunya Kadipaten besar dikenal sebagai kawasan bersejarah dengan berbagai perpaduan budaya yang menjadi simbol kebhinekaan. Dengan tema TPI 2021 Lasem adalah “Nafas Baru Kota Pusaka Lasem: Hidup dari dan untuk Pusaka”. Selain sebuah kota pesisir Jawa yang terkenal oleh wastra tradisional dan bangunan pusaka yang tengah direvitalisasi, juga komunitas yang beragam atau plural namun hidup berdampingan, kisah mengenai Lasem untuk dapat bangkit dan mendayagunakan pusakanya adalah sebuah kisah inspirasi dari potensi pusaka yang ada.

Maka diharapkan TPI ini sebuah pertemuan tahunan mitra-mitra pelestari dan organisasi pelestarian di berbagai daerah di Indonesia dapat berbagi pengalaman, tantangan, cerita sukses, serta merumuskan langkah bersama mengawal pelestarian kota pusaka Indonesia.

Paradigma Kota Pusaka tentu sedikit berbeda dengan kota wisata. Wisata orientasinya daya tarik massa. Sedangkan kota pusaka berorientasi nguri-nguri, mengangkat nilai-nilai luhur sejarah kota yang utuh atau panjang.

Di dalam Kitab Kertagama dan Pararaton, Ra Semi Lasem Dharma Putra awal berdirinya Majapahit sudah disebut. Bahkan teks Lokal lasem menyebutkan Kerajaan Pucang Sula Lasem yang eksistensinya sejak abad 9 M. Kemudian memasuki masa Bhree Lasem vassal Majapahit, Kadipaten Lasem, Mataram Islam, kolonial dan masa kemerdekaan RI.

Mengandung  ruh spiritualitas. Fase-fase sejarah itu tidak boleh terputus dalam aktualisasi kota pusaka, meninggalkan jejak napak tilas sejarah yang masing-masing memiliki tarikan nafas sejarah bangsa. Fase yang terputus akan dipertanyakan bagi generasi yang menyimpan memorinya. Dalam keberagaman orang yang mempercayainya akan dibayangi perjalanan kotanya oleh arwah pahlawannya, leluhur, penghamba Tuhan Yang Maha Esa.

Tokoh-tokoh Lasem itu sepanjang sejarah menginspirasi, termasuk Wira Negara, Sunan Bonang, Mbah Sambu, RP Margono, Guling Wesi,  Oei Ing Kiat, Ki Joyo Tirto sampai yang hidup di alam kemerdekaan seperti Mbah Ma’shoem, Mbah Baidlowi, dan banyak lagi.

Quo Vadis Lasem?

Selanjutnya ke mana dibawa pergi Kota Pusaka Lasem? Quo Vadis? Pijakan tahapan Kota Pusaka Lasem adalah ketentuan Perbup RTBL Kota Pusaka No.47/ 2019 yang mencerminkan pluralitas, adanya unsur Majapahit, Mataram Islam, Indis dan Pecinan. Hasil DED Kota Pusaka oleh Kementerian PUPR merupakan inti dari pelestarian pusaka karena merupakan pusat perkembangan kebudayaan yaitu sbb.:

1.Merevitalisasi wujud fisik alun-alun sebagai ruang publik khas kota Jawa, sekaligus menjadi identitas dan pusat kota Lasem

2.Menata Alun – Alun, Masjid Jami dan Pasar dalam satu kesatuan ruang terpadu dan jejaring jalan di sekitarnya

3.Menjadi elemen ruang pengikat Bangunan Pasar dan Masjid Jami’ sebagai satu kesatuan ruang pusat Kota Lasem

4.Penataan Kawasan Kauman- Pecinan Karangturi

Rencana   Proyek Pembangunan Penataan Kawasan Pusaka Lasem  Tahap II dengan usulan prioritas:

Di Kawasan Pesantren Desa Sumber Girang dan Soditan, Kawasan Stasiun Kereta Api, Kawasan Susur Sungai Lasem.

Rekomendasi kegiatan mengacu Perbup RTBL itu semacam “piagam” pekerjaan selanjutnya yang perjalanannya telah melewati tahap RAKP (Rencana Aksi Kota Pusaka) sampai DED. Setelah melalui serangkaian FGD. Semua arah pengembangannya mengacu ini. Dinamika masyarakat.

FGD Pemkab bersama perwakilan komunitas telah menentukan skala prioritas kawasan pusaka berlangsung antusias dengan segala argumentasi masing-masing.

Di tengah masyarakat juga terjadi diskursus , membawa kemana Kota Pusaka Lasem? Menunjukkan perhatian yang besar terhadap masa depan kota pusaka. Arah pilihan mengerucut pada opsi keseimbangan, Lasem yang harmoni

Bagaimana kita menyukseskannya ini bahkan mengembangkannya. Dari konteks basis jejak sejarah pusat kota lama ini (kawasan alun-alun). Hal tersebut dalam konteks program kota pusaka. Selanjutnya tinggal mengaktualisasikan sesuai peran kesejarahan masing-masing  dalam bingkai integrasi

Namun membuka program yang lebih luas melampaui teks itu seluas hamparan nilai-nilai pelestarian yang membentang di Kab.Rembang dan bagian daerah lainnya tanpa batas.

Contoh yang dapat dilakukan masing-masing stake holder kota pusaka Lasem sbb.: Pemangku pusaka merevitalisasi, menghidupkan fungsinya. Memperkuat literasi, kajian, penelitian dan dukungan koleksi perpustakaan/museum Masjid Jami Lasem.

Komunitas budaya menggelar kegiatan sastra dan budaya di desa-desa sekitar. Menghidupkan tradisi selaras Pancasila. Melakukan publikasi dan sosialisasi kota pusaka sampai masyarakat awam.

Menyambut Lasem kota pusaka tentunya perlu dukungan bersama signifikansi yang harus dipenuhi segera yaitu  penetapan cagar budaya terhadap 284 titik di Lasem yang telah diinventarisasi   BALAR Jateng, perkembangannya ditambah manuskrip, omah gedong dan kawasan kota kuno Lasem.

blank

Yang memiliki kekayaan pusaka, baik pusaka alam, pusaka pusaka budaya, juga pusaka saujana sebagai sebuah Mozaik Kota Pusaka Lasem. Pekerjaan Rumah dalam waktu dekat dalam penataan kawasan kota pusaka Lasem yang menanti di tengah pekerjaan proyek  adalah sbb.:

  1. Salah satu amanat Perbup di atas adalah pembentukan lembaga pengelola kota pusaka. Di dalam RAKP disebutkan antara lain melibatkan komunitas budaya dan dikelola secara partisipatif. Yaitu Badan Koordinasi Kota Pusaka (BKKP) Kab.Rembang. Forum komunikasi yang dibutuhkan untuk mewadahi masyarakat dalam pengembangan kota pusaka di Kab.Rermbang, terutama di Kec.Lasem. Partisipasi Komunitas Sejarah dan Budaya. Masyarakat diupayakan memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan kemampuan secara mandiri. Beberapa komunitas masyarakat yang peduli kota pusaka memberikan kontribusi dalam penelitian maupun kegiatan pusaka lainnya.
  2. Terkait nasib pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang trotoar. Seiring perbaikan total drainase di bawanya dalam 2 (dua) minggu ke depan, selanjutnya keberadaan mereka kurang jelas. Perlu solusi dini atas dasar kemanusiaan, pendekatan kolektif juga man to man, berbagai alternative, dengan melibatkan kepedulian berbagai pihak secara terpadu dan kontruktif.
  3. Keberadaan sumur tua yang terletak di selatan bagian dalam area alun-alun Lasem. Sekarang dipakai sebagai sumber air pelaksanaan proyek revitalisasi alun-alun yang tengah berjalan. Diharapkan ke depan sumur tersebut tetap dipertahankan, tidak dihilangkan. Bahkan dikonservasi sehingga tampak keasliannya. Diupayakan proyek direkayasa tidak mengganggu kelayakan teknis bangunan.

Usia sumurnya tidak diketahui pasti. Namun diperkirakan kuno, seiring adanya aktifitas manusia di area alun-alun. Mengingat air kebutuhan vital, sumur tersebut satu-satunya yang ada di area tersebut. Sumur tua salah satu penciri kota lama. Apalagi babad carita Lasem menggambarkan alun-alun berada dekat kampung Sumur Kepel sesuai namanya dimana disebut juga di dalamnya terdapat kawasan pendidikan Islam Purikawak.

Akhir kata turut bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait atas telah dimulainya pekerjaan paket kegiatan revitalisasi penataan kawasan alun-alun Lasem. Semoga berjalan lancar sesuai rencana. Membawa berkah bagi semua. Amin….

Abdullah Hamid, Ketua Padepokan Sambua. Anggota Tim Teknis Rencana Aksi Kota Pusaka Lasem Pemkab Rembang