blank

Oleh: Ghania Bilqistiyani Syakila

Kendati telah berusaha  puluhan  tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan, namun sampai saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Bahkan kemiskinan masih merupakan masalah sosial serius  yang dihadapi oleh bangsa kita. Namun Indonesia tidak sendiri. Banyak negara yang kondisi kemiskinan lebih dahsyat.

Karena itu pemerintah menempatkan kemiskinan sebagai salah satu persoalan yang sangat penting dan menjadi alah satu pusat perhatian.

Dalam berbagai studi kasus tentang kemiskinan, faktor penyebabnya bukanlah tunggal. Namun  banyak faktor yang saling tali temali, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai lingkaran kemiskinan.

Namun dalam banyak teori, kemiskinan memiliki korelasi dengan tingkat pendidikan, ketrampilan, produktvitas, ketersediaan lapangan pekerjaan dan rendahnya etos kerja.

Jika lingkaran kemiskinan diatas   dijadikan asumsi, bisa jadi kemiskinan disebabkan karena rendahnya akses pendidikan karena keterbatasan kemampuan finansial, daya saing rendah karena tidak memliki ketrampilan, hingga peluang kerja terbatas, penghasilan rendah  dan kemudian memunculkan pula  dampak ikutan, etos kerja yang rendah.

blank
Ciri pemuda terdidik adalah selalu berfikir secara mendalam, obyektif, realistis, kreatif, inovatif, optimis dan kolaboratif

Itulah gambaran situasi, keresahan masyarakat yang dapat kita lihat  saat ini. Terlebih dimasa pandemic Covid-19. Gambaran situasi masyarakat tersebut dapat kita ambil pelajaran, betapa berat tantangan kehidupan saat ini bahkan dimasa-masa yang akan datang.

Hanya orang-orang yang hebat dan punya motivasi tinggi yang akan tetap survive dalam menghadapi tantangan tersebut. Karena sesungguhnya banyak contoh individu-individu hebat dan pemimpin sukses yang dapat kita teladani berangkat dari kehidupan terbatas, sederhana, dan serba kekurangan.

Sebagai contoh  sebuah negara, kita lihat saja Jepang. Negara ini sangat terbatas sumber daya alamnya, luas tanah juga terbatas, itupun dengan topografi yang bergunung-gunung. Bahkan kita juga masih ingat pelajaran sejarah, dalam perang dunia ke dua Jepang luluh lantak, porak poranda. Namun karena kegigihan dengan motivasi masyarakat yang tinggi Jepang kini menjadi negara maju.

Generasi Berprestasi

Bagaimana dengan generasi milenial bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan ke depan agar mereka dapat tetap menjadi pewaris yang dapat dibanggakan? Sudah siapkah,  dan persiapan apa yang telah kita lakukan guna menghadapi kehidupan yang konon serba susah tersebut?

Guna menghadapi tantangan masa depan yang lebih baik, generasi milenial harus memiliki harga diri, percaya diri, motivasi tinggi, kedisiplinan yang kuat, serta berjiwa kompetetif.

Dengan perasaan harga diri yang baik akan tumbuh rasa percaya diri yang kuat, dan bermuara pada pikiran-pikiran positif. Memiliki harga diri yang baik, berarti memiliki kepercayaan diri sendiri tentang kemampuannya, dan seringkali menjadi kunci kesuksesan dalam berbagai bidang  kehidupan

Menurut K. Parker Deborah, M.ed, harga diri yang rendah atau rendah diri bisa menyebabkan kekecewaan yang berat, kepiluan prestasi, dan perilaku buruk bahkan depresi. Sebaliknya   berangkat dari harga diri yang baik akan tumbuh  rasa percaya diri, motivasi, dan kedisiplinan untuk berprestasi yang baik.

Ciri generasi prestatif, senantiasa ditandai oleh sikap realistis, obyektif, senang pada tantangan, dinamis, motivastif, kreatif, berpikiran terbuka, dan selalu ingin hasil baik dan lebih baik. Ciri tersebut harus dimiliki seluruh generasi bangsa Indonesia jika tidak ingin tergilas jaman. Sungguh-sungguh, pantang menyerah, tahan uji, mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai prestasi adalah ciri lain generasi bangsa Indonesia yang mampu dan siap membangun bangsa.

Menyerah dengan keadaan, ciri generasi ini justru menjadi beban bangsa dalam  menghadapi berbagai hambatan, rintangan, dan tantangan bahkan apatis seperti saat menghadapi pandemi covid-19 saat ini. Menyerah dan apatis  bukanlah ciri generasi yang dibanggakan bangsa.

Karena itulah kedisiplinan diri, kekuatan diri, serta semangat kompetitif harus ditumbuhkan kepada setiap generasi bangsa Indonesia. Semangat kompetitif hanya akan lahir dari orang-orang yang punya ciri-ciri motivasi prestatif. Berkompetisi sangat erat hubungannya dengan semangat berprestasi.

Generasi berprestasi tentu dan pasti akan selalu menjaga moralitasnya dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Munculnya fenomena merosotnya komitmen sebagian  masyarakat terhadap moralitas  masyarakat ditengarai sebagai salah satu faktor penghambat munculnya kaum muda berprestasi.

Sebab kita yakini bersama, budi pekerti memberi kontribusi bermakna bagi pendewasaan kaum muda dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan moral dan budi pekerti yang baik, kaum muda bukan hanya cerdas secara rasional, tetapi juga cerdas secara emosional, sosial, dan spiritual.

Peran Pemuda Terdidik

Mahasiswa sering disebut sebagai kaum muda  terdidik dan atau berpendidikan. Sebagai kaum muda terdidik seharusnya juga dapat mengambil peran maksimal, guna mengubah pola pikir masyarakat yang sedang resah menghadapi persoalannya. Jangan sampai kaum muda terdidik justru apatis terhadap persoalan-persoalan dalam masyarakat.

Kaum muda terdidik adalah kaum muda yang telah dan sedang mengenyam pendidikan tinggi. Karena pendidikan tinggi merupakan lembaga yang berfungsi untuk melestarikan pengetahuan, menyebarluaskan pengetahuan, dan menggali pengetahuan baru. Selain itu Perguruan Tinggi juga merupakan lembaga yang berfungsi mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Ciri lain pemuda terdidik adalah selalu berfikir secara mendalam, obyektif, realistis, kreatif, inovatif, optimis dan kolaboratif. Terutama terhadap kondisi saat ini yang menuntut kemampuan para pemuda untuk menggunakan kekuatan intelektualitas dengan membangunkan dan membangkitkan bangsa ini dari keterpurukan yang disebabkan oleh pandemic covid-19.

Sehingga wajar apabila masyarakat menganggap bahwa mahasiswa/ pemuda terdidik memiliki in power yang memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat sebagai sumber daya manusia idaman bangsa Indonesia.

Pada akhirnya saduran puisi  berjudul Gitanjali karya Rabridranath Tagore berikut ini semoga dapat membangkitkan, menyemangati para pemuda terdidik untuk berperan aktif dalam mengubah pola pikir masyarakat yang sedang dilanda keresahan.

Dimana pikiran tak takut dan kepala tak tertunduk

Dimana pengetahuan itu bebas

Dimana dunia belum tersekat oleh dinding lorong-lorong sempit

Dimana kata-kata keluar dari dalam kebenaran

Dimana perjuangan tak henti-hentinya menguatkan tangan-tangan demi sebuah kesempurnaan

Dimana aliran akal yang jernih tidak tersesat di keringnya padang pasir perilaku tirani

Dimana kau bawa akal menuju pikir dan gerak yang sangat luas Tuhanku, di dalam surga kebebasan itu.

Bangkitkanlah bangsaku yang telah lama tertidur

(Wisuda sarjana UNS ke-77 periode IV tahun 1999/2000 hal: 87)

 

Munculnya generasi-generasi berprestasi unggul inilah yang akan menepis bahwa hidup ini serba susah, akan sia-sia.

Wallahu’alam bissawab.

Penulis adalah  Mahasiswa Fakultas Kedokteran Prodi Psikologi semester III, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), berasal dari Kedungsarimulyo, Welahan, Jepara