blank
Seorang siswa SD dijemput orang tuanya usai mengikuti PTM Terbatas. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (SPTM) yang telah berlangsung selama kurang lebih 2 minggu terakhir di Wonosobo, masuk pada tahap evaluasi dan monitoring secara virtual, Rabu (22/9).

Sejumlah temuan tim monitoring dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK), dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) dipaparkan dalam rakor virtual yang digelar PGRI Wonosobo tersebut.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disdipora yang juga Kepala BKD Wonosobo, Tri Antoro dalam paparannya menyebut, masih ada sejumlah sekolah yang penerapan protokol kesehatan (prokes) Covid-19-nya belum sesuai ketentuan.

Prokes dimaksud yakni, memakai masker, menjaga jarak/menghindari kerumunan, mencuci tangan pakai sabun di air mengalir, tidak bepergian kecuali untuk kepentingan yang sangat mendesak/urgen.

“Mohon maaf tidak saya sebut nama sekolah. Namun dari temuan tim di lapangan ada pendidik yang mungkin lupa. Tidak mengenakan masker saat berada di lingkungan sekolah.
Ada sekolah yang belum menandai meja siswa dengan nama masing-masing,” ungkapnya, Kamis (23/09/21).

Bagi kealpaan tidak mengenakan masker pada warga sekolah, baik siswa, guru maupun tenaga kependidikan, Tri meminta, agar ada kesadaran untuk saling mengingatkan, karena potensi-potensi penularan virus corona harus terus ditekan.

Selain kealpaan terhadap prokes Covid-19 di lingkungan sekolah, Tri juga menyoroti masih adanya siswa yang pulang secara bergerombol dan tidak menerapkan social distancing. Sehingga perlu pengawasan dengan pengaturan jarak kepulangan siswa.

Jaga Jarak

blank
Plt Kepala Disdikpora Wonosobo, Tri Antoro. Foto : SB/dok

“Kemudian ada pula temuan terkait fasilitas sarana pendukung prokes di sekolah. Seperti tempat cuci tangan yang kurang representatif, sampai lingkungan kelas yang tidak bersih, alat-alat screening (thermogun) kurang akurat perlu dibenahi,” tegasnya.

Proses PTMT maupun SPTM yang diikuti jenjang sekolah SD/MI, SMP/MTs sampai Pondok Pesantren berasrama, dan melibatkan puluhan ribu siswa maupun guru, secara umum sudah berjalan baik.

Namun harus benar-benar berada dalam koridor ketaatan terhadap prokes Covid-19 demi kelanjutan pembelajaran tatap muka hingga nantinya situasi dan kondisi normal kembali.

“Jangan sampai ada keteledoran warga sekolah justru kemudian memicu munculnya kasus baru. Sehingga harus ada pemberhentian sementara PTMT maupun SPTM,” tegas dia.

Karena kunci dari kelangsungan PTMT ini adalah komitmen dan konsistensi semua dalam menjaga seluruh warga sekolah dari panularan dan penyebaran penyakit Covid-19.

Pihaknya mengaku pasca evaluasi akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti DKK, Kantor Kemenag maupun warga sekolah demi terwujudnya PTMT yang aman, nyaman bagi semua dan terjaga dari penyebaran virus corona.

Muharno Zarka-Mul