blank
Warga Butuh, Temanggung, Kaliangkrik, melakukan doa bersama, tadi. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Warga Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, masih melestarikan tradisi Merti Dusun. Pemilik wisata alam Nepal van Java itu menggelar tradisi tiap bulan Sapar, sehingga diberi sebutan Merti Dusun Saparan.

Kepala Dusun (Kadus) Butuh, Lilik Setyawan, hari ini menuturkan, acara Merti Dusun di lereng Gunung Sumbing berketinggian 1.725 meter di atas permukaan air laut (MDPL) itu diawali dengan Mujahadah atau doa bersama di rumah dia yang diikuti seluruh kepala keluarga di Dusun Butuh, tadi pukul 13.30. Dilanjutkan dengan Kirab Sesajen menuju Tuk (sumber air) Si Jago dan Pendapa Depok.

Kemudian acara khas tiap Merti Dusun di desa wisata mendunia itu adalah pentas seni berupa hiburan Tari Tayub, tadi dimulai pukul 15.30 hingga 18.00. “Hiburan dilanjutkan pukul sembilan malam hingga sembilan pagi,” jelasnya.

Selebihnya dia menjelaskan, upacara adat atau tradisi Merti Bumi/Dusun itu dalam rangka melestarikan budaya dan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi serta karunia Allah SWT atas rezeki dan nikmat alam yang telah diberikan dari para leluhur pendahulu.

Merti Dusun sering disebut juga dengan Bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rezeki yang melimpah, keselamatan, ketenteraman, serta keselarasan hidup di dunia

“Budaya merupakan salah satu media yang efektif untuk memasukkan tata nilai, sehingga kami memilih melestarikan budaya yang ada di masyarakat untuk memasukkan pesan moral, bahkan program pemerintah sekalipun,” jelasnya.

Selebihnya dia berharap dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut dapat lebih mendekatkan dan merekatkan hubungan antar saudara, warga masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah yang selaras dengan nilai luhur “Memayu Hayuning Bawono”.

Mengingat masih berlaku PPKM Darurat, seluruh rangkaian acara tersebut tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Eko Priyono