blank
Anggota Komisi V DPR RI, Ir H Sujadi, memberi arahan dalam acara tasyakuran dua program di Telomoyo, Ngablak, Kabupaten Magelang, tadi. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Warga lereng Pegunungan Telomoyo melakukan tasyakuran (syukuran) dimulainya proyek lanjutan Taman Wisata Telomoyo, Desa Pandean, Kecamatan Ngablak dan Taman Seni Tradisional Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, hari ini. Pada acara di Area Parkir Wisata Telomoyo itu juga dilakukan deklarasi desa sehat, bersih dan sejahtera.

Desa yang melakukan deklarasi adalah Pandean, Girirejo, Jogoyasan, Bandungrejo, dan Ngablak.

Anggota Komisi V DPR RI, Ir H Sujadi, dalam kesempatan itu mengatakan, air minum bagi desa menjadi hal yang amat penting karena di dunia ini permasalahan yang dominan ada tiga, yakni krisis energi, pangan dan krisis air minum. Oleh karena itu bagi desa yang ingin mengajukan program air minum diminta menunjukkan sumbernya dan debitnya. “Insyaallah dibantu,” katanya.

Wakil rakyat asal Kartasura ini selanjutnya mengatakan, bagi desa yang akan mengikuti program Absah (akuifer buatan simpanan air hujan), harus punya sumber air sekecil apapun. Karena kalau Absah hanya dibangun berdasarkan cucuran atap, itu tidak mungkin bak air yang dibangun berisi 120 meter kubik. Apalagi desa harus menyediakan tanah seluas 100 meter persegi, dengan tanah kas desa dan jalan lingkungannya. Memang tidak semua desa memiliki kas desa yang bisa untuk membangun. “Ini yang sedang saya perjuangkan, yang usul Absah adalah desa-desa yang memiliki sumber air,” tuturnya.

Lalu, lanjutnya, yang sekarang sangat trend adalah sumur bor. Dahulu dilihat sebelah mata. Selama 10 tahun pun ada sumur bor menganggur.
Penyebabnya bisa karana awalnya kades asal usul, juga karena mahal dengan diesel. Maka sumur bor yang akan datang tidak menggunakan diesel dan listrik.

Embung Air

“Kalau debitnya bagus kami perjuangkan lewat Cipta Karya, dilengkapi sambungan rumah. Sebetulnya ada lima sumur bor yang akan dikerjakan, tetapi karena menyangkut anggaran yang terbatas, maka hanya dilakukan uji coba di satu tempat,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama dia juga menyinggung proyek embung air. “Dulu saya membangun embung pertama kali di Soropadan, Temanggung, gagal total. Karena ada perselisihan antara kades dan perangkat lainnya. Sekarang jangan terjadi seperti itu. Jangan meniru kades di wilayah Jawa Timur yang diduga terlibat penyuapan kepada Bupatinya. Magelang insyaallah pasti aman,” katanya.

Sujadi menguraikan, embung merupakan sarana mengatasi kesulitan sumber air minum dan pertanian. Dia sudah disanggupi Komisaris Utama Pertamina akan dibantu penghijauan, khususnya berupa embung. Kalau masih mungkin akan diperjuangkan desa yang tadi deklarasi, sehingga bisa untuk percontohan.

Diungkap pula, sepuluh kepala desa yang terdiri Kades Girirejo, Pandean, Ngablak, Pakunden, Mranggen, Keji, Gunungsari, Banyusidi, Gulon, Dukun, akan dilatih sampai memiliki dokumen masterplan infrastruktur, dalam waktu dekat. Semua biaya ditanggung pusat. Pada saat praktik selama satu bulan akan dibantu tenaga ahli. Peserta hanya menyediakan biaya akomodasi.

Dia pun mengingatkan, desa yang akan mengajukan program harus dilengkapi bukti. Misalnya untuk revitalisasi makam minimal ada bukti pengunjung. Misalnya yang datang 500 orang. Jadi alasannya ada. Karena kalau peziarah datang membawa mobil, sehingga ada pemasukan dari parkirnya, biaya masuk, jajan. Dengan demikian berarti warga bisa menikmati

Eko Priyono