blank
Wakil Bupati Wonosobo M Albar saat ikut memanen sayuran di Kampung Sayur Desa Blederan. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Wakil Bupati Wonosobo M Albar, Jumat (3/9), ikut memanen aneka sayuran di Kampung Sayur Organik di Desa Wisata Blederan Mojotengah Wonosobo.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati didampingi Camat Mojotengah Bandriyo, Kabag Humas dan CSR PT Tirta Investama Basuki Rahmat, Kapolsek Mojotengah IPTU Sanyoto dan Kepala Desa Blederan M Muttaqin.

Desa Wisata Blederan yang berada di kaki Gunung Sindoro itu, selama ini, dikenal sebagai Kampung Sayur Organik binaan PT Tirta Investama (Aqua Danone) Wonosobo dan dampingan LPTP Surakarta.

Beberapa lahan pekarangan warga setempat, disulap menjadi kebun sayuran. Aneka jenis tanaman ayur ditanam menggunakan media polyback yang ditaruh di papan bertingkat yang terbuat dari bambu.

Pekarangan rumah yang semula tidak dimanfaatkan pun tampak menghijau dipenuhi dengan beragam tanaman sayuran seperti kangkung, sawi, onclang, cabe dan kol. Sebagian warga setempat, terutama ibu-ibu, sangat bersemangat untuk berkebun di pelataran.

Saat ini kebun sayur tengah memasuki panen raya. Hasil panen raya, dibeli pengunjung yang datang ke Desa Blederan. Sebagian lagi sayuran dijual di pasar tradisional maupun ditawarkan door to door ke instansi pemerintah, BUMN, BUMD, swasta dan perorangan.

Ekonomi Keluarga

blank
Wakil Bupati Wonosobo M Albar kreasi KWT Munawaroh di Kampung Sayur Desa Blederan. Foto : SB/Muharno Zarka

Wakil Bupati M Albar sangat mendukung dan mengapresiasi inisiatif warga setempat yang memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan di tengah perkampungan yang tidak terpakai, untuk dijadikan kebun sayur organik.

“Ini sangat bagus. Kebun sayur organik yang dikelola ibu-ibu itu, sangat membantu ekonomi keluarga. Selain bisa diolah sendiri, hasil panen sayur bisa dijual ke orang lain untuk tambahan penghasilan bagi keluarganya,” ujar dia.

Daerah Wonosobo itu, sebut M Albar, punya potensi lahan pertanian yang sangat subur. Bahkan di tiap wilayah punya ciri tanaman masing-masing. Maka model integrated farming (pertanian terpadu) sangat cocok diterapkan di daerah Wonosobo ini.

“Ada wilayah yang cocok ditanami aneka sayuran. Sedang wilayah lain pas untuk budi daya buah buahan. Tanaman tembakau dan kentang juga sangat bagus ditanam daerah pegunungan. Padi, jagung dan tanaman holtikultura lainnya sangat baik pula dikembangkan,” ujarnya.

Kabag Humas dan CSR PT Tirta Investama Basuki Rahmat, mengungkapkan sebagai daerah tangkapan dan resapan air, Desa Blederan dijadikan binaan pengembangan Desa Wisata Agro, khususnya tanaman sayuran. Warga setempat pun sangat antusias untuk membuat kebun sayur organik.

“Kami mengandeng dan bermitra dengan LPTP Surakarta guna melakukan pendampingan pegembangan Kampung Sayur Organik dan Desa Wisata Agro. Hasilnya cukup baik. Warga bergerak untuk memanfaatkan pekarangan rumah jadi kebun sayur,” jelasnya.

Kampung Sayur

blank
Wakil Bupati Wonosobo M Albar ketika diwawancarai di Kampung Sayur Desa Blederan. Foto : SB/Muharno Zarka

Kepala Desa Blederan M Muttaqin menjelaskan wilayah yang dipimpinya kini tengah menjadi ikon kampung sayur di Wonosobo. Sebelum terjadi pandemi global Covid-19, ribuan wisatawan datang ke desanya untuk melihat pengembangan kampung sayur organik.

“Setelah ada wabah virus corona pengunjung jadi turun drastis. Namun belakangan ini, pelan-pelan mulai bangkit lagi. Ada 500 lebih polyback berisi tanaman sayur dibeli wisatawan dari luar daerah. Mudah-mudahan situasi bisa kembali normal seperti semula,” harapnya.

Sebagai Desa Wisata, lanjut dia, selain ikon Kampung Sayur, pihaknya kini juga tengah mengembangkan ikon lain, yakni Gerbang Desa yang menyediakan wahana wisata alam dan pembuatan Stadion Mini Olah Raga. Sehingga geliat sebagai Desa Wisata akan semakin tampak.

Sekretaris Desa Blederan yang mengelola Kampung Sayur Organik, Ida Indriawati, menambahkan di desanya ada sekitar 900 hektar lahan produktif. Namun baru sekitar 200 hektar yang dimanfaatkan untuk tanaman sayur organik.

“Karena itu, butuh perluasan lahan lagi untuk pengembangan sayuran organik yang lebih ramah terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk pestisida yang berlebihan di lahan sawah sangat membahayakan bagi kelestarian lingkungan alam,” paparnya.

Kini, sebutnya, di Desa Blederan sudah ada Lahan Belajar Kampling Sari yang dikelola ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Munawaroh. Sekolah lapang pertanian itu, bisa dimanfaatkan warga lain dari luar desa untuk belajar budi daya sayuran organik di lahan pekarangan rumah.

Muharno Zarka