blank

Oleh : Budi Prihartini, M.Pd

Pembelajaran semasa pandemi menyisakan kenangan yang tak mampu terlupakan oleh siapa pun. Mulai perjuangan sang guru semasa pembelajaran jarak jauh, hingga perjuangan orang tua merayu sang buah hati agar mau belajar di rumah dengan benar. Ada juga perjuangan orang tua untuk menjadi guru efektif di rumah yang tenyata tidak mudah hingga banyak yang berkeluh kesah.

Kini hampir seminggu  pembelajaran dilakukan kembali dengan tatap muka terbatas. Orang tua pun menghela  napas lega dengan kembalinya buah hati belajar di sekolah. Mereka kembali menyerahkan pendidikan putra-putrinya kepada guru dengan segudang asa, anak-anak dapat kembali mengikuti pembelajaran dengan baik, walaupun mereka mengerti,  pendemi belum benar-bear sirna.

Karena itu semua fihak harus tetap waspada, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Sebab bisa saja jika semuanya abai, kebahagiaan anak-anak  kembali terengut. Bisa karena angka penyebaran Covid-19 kembali naik, atau justru ada warga sekolah yang terpapar virus yang mematikan ini, hingga harus kembali sekolah dari rumah.

Salah satu standard operasional prosedur yang ditetapkan dalam pembelajaran tatap muka terbatas adalah untuk tidak istirahat di luar kelas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontak fisik  dan menghindari kerumunan yang menjadi cara efektif untuk penularan virus Corona ini. Disisi lain, istirahat  juga sangat dibutuhkan selama proses belajar mengajar.

Tegang dan Gelisah

Pada masa awal PTM, belajar selama 1 hingga 1,5 jam tidak mudah bagi anak-anak tanpa istirahat. Mereka nampak tegang dan gelisah, hingga  menyebabkan siswa kurang fokus belajar.

Ditelusur dari mediatamachannel.id menjelaskan, belajar akan lebih baik jika diiringi dengan istirahat. Istirahat saat belajar dapat dilakukan 15-30 menit hingga siswa dapat berinteraksi dengan teman, melepaskan kepenatan selama belajar, atau belajar keterampilan sosial lainnya. Selain siswa, waktu istirahat sebenarnya juga ditunggu oleh guru.

Apa yang Harus Dilakukan Guru ?

Pertama, mengawali pembelajaran tatap muka terbatas dengan melakukan tes awal. Sebenarnya tidak hanya pada PTM Terbatas, arahan untuk melakukan tes kemampuan awal siswa, akan tetapi di awal tahun pelajaran juga diperlukan tes kemampuan awal.

Hal ini berguna bagi guru untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengetahuan siswa. Beberapa ahli mengatakan perlunya tes kesiapan belajar karena untuk mengetahui keseluruhan kondisi seseorang dalam merepson suatu stimulus yang akan diberikan guna tercapai tujuan pembelajaran.

Karena itulah, penulis sebagai guru memberikan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif serta kesiapan keterlibatan belajar. Bentuk tes berupa soal-soal pilihan ganda dan uraian yang memuat materi pelajaran serta sikap.

Dari hasil tes ini penulis menemukan bahwa kesiapan belajar di kelas penulis berkategori sedang. Tes dengan kategori kognitif diperoleh rerata 76,2% sedang untuk penilaian sikap untuk mengukur keterlibatan belajar rerata berkategori baik.

Dengan hasil perolehan tes awal tersebut, setidaknya guru memiliki pertimbangan dalam memfasilitasi belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kedua, sajikan pembelajaran dengan menggabungkan ruang, yakni ruang fisik dan juga ruang virtual. Meskipun pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, tidak ada salahnya tetap menggunakan ruang virtual untuk melanjutkan pembelajaran.

Di sinilah kemampuan guru berkomunikasi secara digital terasah. Siswa belajar guru juga belajar. Memadukan pembelajaran dengan dua ruang dapat menciptakan hubungan harmonis antara guru dan siswa. Pada poin ini, penyajian pembelajaran proyek dapat menjadi salah satu alternatifnya.

Ketiga, menyajikan pembelajaran dengan mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif yang bermuara pada kemampuan intelektual siswa, ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik.

Pada poin ini penguatan karakter harus kembali  dipupuk dan dikembangkan. Hampir dua tahun siswa belajar dari rumah. Kebiasaan belajar yang kurang disiplin akan mulai membentuk kebiasaan baru siswa. Karena itulah guru perlu ektra dalam merumuskan dan menyajikan pembelajaran yang menyenangkan guna mencapai tujuan pembelajaran, tanpa meninggalkan pembelajaran karakter.

Ke-empat, ajak siswa untuk melakukan ibadah, misalnya salat dhuha bagi yang beragama islam. Selain menambah nilai spiritual, wudu sebelum salat dhuha akan mengendorkan kembali urat saraf yang tegang selama belajar. Bagi siswa non-islam bisa melakukan ibadah atau membaca kitab sesuai dengan ajaran dan tatacara masing-masing.

Kelima, ajak siswa bernyanyi, sambil berdiri dan tepuk tangan. Dengan bantuan media sosial kita bisa mengajak siswa kita untuk bernyanyi menirukan gerakan sederhana yang ada pada media sosial tersebut. Pada poin ini perlu disiapkan konten pada media sosial yang sesuai dengan perkembangan mentalnya. Konten yang mendidik, menguatkan karakter serta menjunjung tinggi budi pekerti.

Ke-enam, makan bersama. Tanpa istirahat tentu akan sangat menjenuhkan. Makan bersama tetap di tempat akan menambah keakraban antar siswa, juga guru dan siswa. Kedekatan ini dapat digunakan guru untuk memberikan bimbingan serta mengetahui kondisi psikologi siswa dengan santai.

Makan bersama dapat pula digunakan guru untuk menggali informasi tentang kesulitan belajar siswa. Karena di waktu makan dengan santai, siswa dalam kondisi santai dan akan menyampaikan hal dengan santai pula. Saat makan inilah istirahat yang berkualitas.

Ketujuh, ice breaking. Ice breaking atau dikenal dengan aktivitas memecah ketegangan menjadi salah satu alternatif untuk memperbaiki komunikasi selama pembelajaran dan menciptakan suasana kembali kondusif. Biasanya ice breaking dilakukan dengan yel-yel, tepuk tangan, menyanyi dan sebagainya.Kegiatan ini dilakukan guru saat siswa mulai jenuh dengan pembelajaran. Guru dapat mengajak siswa mengadakan permainan tanpa meninggalkan pelajaran dan tanpa mengabaikan protokol kesehatan.

Demikian beberapa hal yang dapat menjadi alternatif dalam menyajikan pembelajaran tetap  menyenangkan, meski istirahat di dalam kelas tetap berkualitas. Semoga bermanfaat.

 Penulis adalah  Guru SDN 4 Bucu Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara