blank
Museum BPK RI di Komplek eks Karesidenan Kedu, (Dok Komunitas Kota Toea Magelang)

MAGELANG (SUARABARU.ID)– Untuk lebih mengenalkan sejarah dan cagar budaya, Museum BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) RI beberapa hari lalu mengadakan webinar  dengan tema ‘’Jejak Sejarah Pemanfaatan Gedung Museum BPK dan eks Karesidenan Kedu’’.

Acara ini menghadirkan dua narasumber, yakni Dr Wahyu Utami ST MT, staf pengajar Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara/USU Medan), dan Dicky Dewarijanto SE MM, Kepala Museum BPK RI).

Webinar kesekian kali yang diselenggarakan museum postmodern ini diikuti lebih dari 100 peserta. Terdiri atas peminat sejarah, komunitas, guru, pelajar, staf BPK RI dan sebagainya.

Wahyu Utami yang lahir di Magelang  mengatakan, salah satu ikon Kota Magelang selain Gunung Tidar dan Menara Air Minum, adalah gedung eks Karesidenan Kedu yang terletak di Jalan Diponegoro No 1.

blank
Bagus Priyana

Menurutnya, letak gedung yang diperkirakan dibangun pada tahun 1819 itu ‘menyalahi’ kaidah tata ruang kota tradisional. Karena, biasanya gedung pemerintah terletak di sekitar alun-alun dan berdekatan dengan rumah bupati.

Tetapi rumah Residen Kedu ini justru berada menjauh di barat daya, berjarak sekitar 500 meter.

Wahyu menjelaskan, ada dua alasan mengapa posisi gedung eks Karesidenan Kedu di Magelang menghadap ke barat.

‘’Orientasi pemilihan lokasi karena pemandangan yang indah di sisi barat, dan untuk mengawasi pergerakkan pasukan Diponegoro,’’ ujarnya.

Dosen Arsitektur USU itu mengatakan, daya tarik lokasi itu dipilih karena pemandangannya indah berupa Gunung Sumbing, Perbukitan Giyanti, sawah dan Sungai Progo.

Dia juga mengungkapkan, jika bangunan rumah Residen Kedu yang ada pendapanya  seperti yang terlihat sekarang ini, sudah mengalami perubahan.

Hal ini terlihat jika membandingkan dengan lukisan penangkapan Diponegoro karya Pieneman dan Raden Saleh.

‘’Bentuknya sudah mengalami perubahan,’’ tuturnya.

Perubahan-perubahan penggunaan gedung itu, misalnya pernah untuk kampus UGM Cabang Magelang, Pembantu Gubernur, Bakorwil dan sebagainya.

Catatan sejarah juga menuliskan jika Gubernur Jawa Tengah di era tahun 1945 juga pernah berkantor di gedung tersebut.

Dicky Dewarijanto menjelaskan, tentang sejarah keberadaan Museum BPK RI yang berada komplek gedung eks Karesidenan Kedu di Magelang.

‘’Saat ibukota RI pindah dari Jakarta ke Jogja pada tahun 1946, selain ada yang berkantor di Jogja, lembaga-lembaga pemerintah disebar yakni di Solo, Klaten dan Magelang. Kementerian Keuangan berkantor di Magelang,’’ ungkapnya.

BPK dibentuk pada 1 Januari 1947, dan pertama kali berkantor di Magelang.  Walaupun cuma berkantor sekitar 10-11 bulan di Magelang, BPK sempat berpindah-pindah kantor sebanyak 4 kali. Yakni di gedung Aniem (perusahaan listrik zaman Belanda) di Jl. Bayeman, gedung Bea Cukai, salah satu gedung di kompleks Karesidenan Kedu dan di Kloster (kini SMP Tarakanita Jalan Ahmad Yani).

‘’Gedung yang ketiga inilah yang sekarang menjadi Museum BPK RI,’’ terangnya.

Gedung Museum BPK pada awal berdirinya hanya memiliki 2 ruang, lalu bertambah menjadi 5 ruang yang berisi aneka benda koleksi yang berkaitan dengan sejarah BPK.

Dia menceritakan, museum yang dipimpinnya sejak 9 Januari 2017, selanjutnya  berkembang lebih luas dan memiliki fasilitas dan sarana yang lebih lengkap. Bahkan kini sudah bertransformasi menjadi museum postmodern yang mengandalkan keunggulan teknologi.

Tetapi karena sekarang ini masih masa pandemi Covid-19, Museum BPK belum bisa beroperasi seperti sedia kala meski sudah menerapkan fasilitas berupa kran untuk cuci tangan, stiker-stiker penanda untuk jaga jarak, pengecekan suhu badan dan lainnya.

‘’Walaupun kami sudah memegang surat izin untuk beroperasi dari Ketua Satgas Covid-19, yang notabene Sekda Pemkot Magelang, kami belum beroperasi dan menunggu situasi memungkinkan lagi,’’ pungkasnya.

Penulis : Bagus PriyanaKoordinator Komunitas Kota Toea   Magelang

Editor  : Doddy Ardjono