blank
Ketua Laziznu H Ihdi Fahmi saat menyerahkan bantuan sembako ke warga. Foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Sebanyak 2.100 paket sembako diberikan kepada warga Desa Colo dan sekitarnya. Sasaran bantuan ke warga Desa Colo karena 75 persen warganya menggantungkan hidupnya di sektor wisata yang saat ini tutup akibat Covid-19 dan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Setiap paket sembako yang diberikan berisi beras 7,5 kilogram, minyak goreng satu liter, gula satu kilo dan mie instan. Sebanyak 1.800 paket di Desa Colo dan sisanya sekitar desa.

Ketua Lazisnu Kudus, H Ihdi Fahmi mengatakan, bantuan sembako yang diberikan merupakan kerjasama antara Lazisnu Kudus dengan Kodim 0722 Kudus.

“Kami distribusikan bantuan hari ini dengan melibatkan jajaran kami di tingkat ranting,” katanya saat pemberian bantuan secara simbolis di Terminal Colo, Minggu (8/8).

Dirinya menyadari bahwa warga Desa Colo banyak menggantungkan ihidupnya di sektor pariwisata. Sehingga banyak warga Desa Colo yang terdampak ekonominya. Alasan itu yang akhirnya Lazisnu Kudus memberikan bantuan sembako untuk membantu warga.

“Kami apresiasi MWC Dawe yang bisa bersinergi dengan Kodim untuk melakukan kegiatan sosial, semoga kerjasama dengan Kodim 0722 Kudus bisa terus terjalin” terangnya.

Ketua MWC NU Kecamatan Dawe H. Abdullah Kusminto Alkaf mengatakan, bantuan sembako yang diberikan diharapkan bisa membantu warga yang saat ini terdampak pandemi. Karena warga memang mengalami kesulitan ketika pandemi terjadi yang mengakibatkan sektor wisata terpukul.

“Kami berharap bantuan seperti ini bisa terus ditindaklanjuti di masa yang akan datang dan semoga amal baik donatur dapat balasan berlipat ganda,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Desa Colo M. Destari Andryasmoro mengakui jika di hati kecil warga tidak ingin mendapatkan bantuan, mereka ingin kondisi kembali normal sehingga wisata bisa hidup kembali. “Namun karena pandemi, PPKM, warga terdampak sehingga membutuhkan bantuan,” jelasnya.

Warga Desa Colo, sebanyak 75 persen menggantungkan perekonomiannya di sektor wisata. Ketika sektor wisata terdampak, bahkan sudah satu tahun lebih tentu akan berakibat buruk. Bahkan sejak ada PPKM, praktis ekonomi berhenti dan warga pun sebagian sudah mulai menjual aset yang dimiliki untuk bertahan hidup.

Salah satu pedagang bakso di Terminal Colo Isniati menambahkan, dirinya sudah tidak berjualan sejak PPKM diberlakukan. Kebutuhan ekonominya jelas terganggu, karena sudah tidak bisa mendapatkan penghasilan.

Saat ini untuk makan bahkan harus dibantu oleh anaknya uang sudah bekerja. Padahal dirinya juga memiliki anak yang masih kuliah di Semarang.

“Semua serba sulit, sudah tidak berjaualan sejak PPKM ada, alhamdulillah ada bantuan, cukup membantu kami,” imbuhnya.

Tm-Ab