Oleh : Dwi Arni Martha Sari, S.Pd
Virus yang terdeteksi pertama kali di kota Wuhan China ini dikenal dengan nama Corona Virus Disease atau bisa disebut juga Covid-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan. Salah satu cara penularan yang sering terjadi adalah ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang kurang baik, atau menyentuh benda yang telah terpercik droplet dan kemudian masuk ketubuh melalui mulut, hidung dan mata.
Karena itu untuk melindungi siswa dan guru dri paparan Covid-19, proses pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas dengan tatap muka, berubah menjadi pembelajaran jarak jauh.
PJJ pada masa pandemi adalah pilihan yang tepat untuk memutus penyebaran Corona Virus Disease. Pembelajaran jarak jauh dapat menggunakan teknologi digital seperti google classroom, Google meet, zoom, video conference, telepon, grup whatsapp dan lain-lain.
Kegiatan belajar mengajar disemua jenjang pendidikan dituntut untuk melakukan pembelajaran online. Karena itu kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi adalah sebuah keniscayaan. Bukan hanya guru tetapi juga siswa dan orang tua.
Namun demikian, pembelajaran jarak jauh yang selama ini telah diterapkan masih diperhadapkan pada sejumlah tantangan dan juga hambatan yang tidak mudah diurai dalam waktu singkat.
Sebab bukan saja menyangkut infrastruktur teknologi informasi, kemampuan guru untuk memanfaatkan pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran kreatif yang menyenangkan, tetapi juga budaya dan kemampuan orang tua untuk menjadi guru yang efektif di rumah
Keterbatasan orang tua ini penyebabnya bisa saja karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua untuk memahami materi ajar, keterbatasan waktu, dan ketersediaan kuota dan perangkat smartphone sebagai media penunjang pembelajaran.
Karena kurangnya pemahaman itu, masih ada juga tugas yang diberikan kepada siswa masih dikerjakan oleh orang tua dengan tanpa memberi penjelasan kepada anak. Akibatnya proses belajar siswa mengalami hambatan karena kurangnya pemahaman akan tugas yang diberikan dan tujuannya.
Pada jenjang pendidikan SD, TK, PAUD, kolaborasi guru dan orang tua harus dibangun sinergis. Harus ada kerjasama dalam hal mendidik anak. Hubungan ini sangat diperlukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif. Karena itu harus terbangun hubungan timbal balik yang baik antara guru dan orang tua.
Disisi lain, setelah selama hampir dua tahun anak-anak harus belajar di rumah membuat anak menjadi individu yang kurang bersosialisasi. Ada banyak nilai-nilai sosial yang kemudian hilang.
Karena itu didalam lingkungan keluarga harus ada terobosan-terobosan untuk membuat anak-anak kita bisa melakukan aktivitas dengan mengembangkan daya kreativitas mereka dengan tetap memberikan ruang dan perhatian untuk dapat melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan secara baik
Sementara keterbatasan kuota dan jaringan internet sebagai fasilitas penunjang dan sistem pembelajaran juga menjadi problem tersendiri. Apalagi jika orang tua tidak memiliki cukup uang untuk membeli kuota internet tambahan.
Akibatnya sering kali saat proses kegiatan belajar mengajar secara daring dan siswa sedang menyimak penjelasan guru, gadget tiba-tiba berhenti karena kuota internet habis. Konsentrasi siswa akan terpecah dan jelas hal ini hambatan proses belajar secara daring. Keterbatasan kuota internet ini mengakibatkan terhambatnya proses belajar secara daring yang dilakukan siswa.
Semoga pandemi Covid-19 segera usai dan pembelajaran tatap muka yang selama ini digunakan dapat kembali dilakukan. Namun jika harapan kita bersama untuk lepas dari ancaman virus ini belum bisa juga kita capai, semoga pembelajaran jarak jauh ini bisa dilakukan dengan baik. Kuncinya ada pada kreatifitas guru dan orang tua yang dapat menjadi guru efektif di rumah.
Penulis adalah Guru SD Negeri 2 Jerukwangi