blank
Panembahan Agung Senopati Keraton Surakarta, KPAA Sura Agul-agul Begug Poernomosidi, memimpin labuhan di laut selatan, dalam upaya memohon agar pagebluk corona lekas sirna.

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Prediksi atau ramalan pagebluk Corona akan segera hilang, belakangan menjadi viral berkait dengan akan datangnya pergantian Windu.

Yakni dari Windu Sengara ke Windu Sancaya (Sancahya). Ini akan mulai berlangsung bersamaan dengan datangnya Tanggal 1 Sura Tahun Alif 1955 sebagai Tahun Baru Jawa.

Versi Asopon (Alif Selasa Pon), Tanggal 1 Sura Tahun Alif 1955 akan jatuh pada Selasa Pon (10 Agustus 2021), bersamaan dengan Tanggal 1 Muharam 1443 H.

Seniman dalang wayang kulit, Ki Eko Sunarsono SSn, menyatakan, sebagian masyarakat (Jawa), meramalkan pagebluk corona akan sirna pada Windu Sancaya.

Paham Kejawen
”Ramalan ini, menjadi viral di media sosial (Medsos) dan jadi perbincangan hangat warga yang paham Kejawen,” tutur Ki Eko Sunarsono.

blank
Labuhan laut di Pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri, ditandai melarung sesaji kepala kerbau dan pentas wayang kulit.

Eko yang menjabat Kabid Kebudayaan Dikbud Wonogiri, menyatakan, seperti pada windu-windu yang lain, siklus Windu Sancaya berlangsung 8 tahun (sewindu).

Yakni dengan periodisasi Agustus 2021 sampai dengan Agustus 2029 mendatang. Penanggalan Jawa, memiliki siklus pergantian windu empat kali.

Itu terdiri atas Windu Adi, Kuntara, Sengara dan Windu Sancaya. Pada Windu Sengara (2013-2021), dimaknai penuh musibah, termasuk munculnya pagebluk Covid-19.

Windu Sancaya, windu bercahaya atau bersinar, bertuah memberikan kebaikan pada kehidupan. Yang itu, menjadi prediksi waktu akan berakhirnya pagebluk Covid-19.

Kearifan Lokal
Budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya, Drs Kanjeng Raden Arya (KRA) Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, ramalan tersebut merupakan bagian dari local wisdom (kearifan lokal).

blank
Bersama KPAA Sura Agul-agul Begug Poernomosidi, Masyarakat Budaya melakukan labuhan di Pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri.

Yang itu menjadi bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan serta adat kebiasaan dan etika, yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan komunitas ekologis.

Pranoto yang Abdi Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat, menyebutkan, dalam Kejawen banyak ragam dan jenis tentang local wisdom.

Ada yang berkait dengan hari, pasaran, bulan, wuku dan tahun. Juga weton (hari lahir) seseorang, sampai pada ramalan cuaca (musim) berdasarkan palintangan (perbintangan) dan pranata mangsa.

Manakala ramalannya negatif, dapat diwiradati (ikhtiar) melalui ritual dan laku spiritual, sebagai sarana berdoa memohon anugerah kebaikan kepada Hyang Maha Kuasa Gusti Kang Murbeng Dumadi.

Bambang Pur