blank
Ketua PCNU Blora bersama Bupati dan Forkopimcam Kradenan panen perdana padi organik bersama para petani di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan. Foto: Ist

BLORA (SUARABARU.ID) –  Kegiatan panen perdana padi organik bersama para petani di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, hasil binaan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU), di hadiri Bupati Blora, H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., pada Sabtu pagi (31/7/2021).

Panen perdana dilakukan Bupati di areal persawahan milik Kepala Desa  Mendenrejo, Supari yang merupakan salah satu demplot pertanian organik di Kecamatan Kradenan.

Dengan didampingi Ketua PCNU Kabupaten Blora, Muh Fatah; perwakilan LPPNU, Forkopimcam dan MWCNU Kradenan, Bupati turun langsung ke sawah memotong padi dan menggiling secara bergantian dengan petani sesuai protokol kesehatan.

“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh upapa pengembangan pertanian organik ini. Apa yang dilakukan teman-teman LPPNU bersama PCNU hingga MWCNU ini sangat baik dan akan kita dukung pengembangannya ke seluruh Kecamatan,” ucap Bupati.

“Nanti akan kita kumpulkan seluruh penyuluh pertanian dari dinas untuk bisa ikut fokus melakukan pendampingan pertanian organik secara masif bersama LPPNU dan MWCNU, di 16 Kecamatan se Kabupaten Blora,” lanjut Bupati.

Menurutnya, hasil pertanian organik ini bagus dan menyehatkan. Dari segi harga jual juga lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensional yang memiliki ketergantungan pada pupuk kimia.

“Tanah sawah kita kembali sehat alami, hasilnya juga bagus. Selain bebas pupuk kimia dan menyehatkan. Hasilnya juga lebih banyak dengan rasa yang lebih enak, nanti akan kita coba. Dengan pertanian organik ini maka kita tidak akan tergantung pada pupuk kimia yang sering langka. Karena petani bisa membuat pupuk sendiri dengan bahan alami yang ada di sekitar,” ujar Mas Arief, sapaan akrab H. Arief Rohman.

Ia pun ingin kedepan dibentuk kelompok petani organik tingkat Kabupaten untuk mengkoordinir hasil pertanian organik agar bisa dikemas dan disertifikatkan sehingga dapat menembus pasar ekspor.

“Samplenya akan kita kirim juga ke Pusat semoga nanti bisa dibantu untuk memasarkan beras organik kita. InshaAllah Blora siap menjadi lumbung beras organik untuk dunia, ini cita-cita kita bersama karena saat ini banyak negara mencari beras organik yang lebih menyehatkan,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua PCNU Kabupaten Blora, Muhammad Fatah, menerangkan bahwa pengembangan pertanian organik bersama LPPNU berawal dari Kecamatan Kedungtuban, tepatnya Desa Bajo yang telah lebih dahulu menanam padi organik.

“November tahun kemarin kita penen perdana di Bajo Kedungtuban, setelah berhasil maka kita kembangkan di Kecamatan lain seperti di Kradenan ini. Alhamdulillah antuiasnya bagus. Ada 14 demplot padi organik di Kradenan ini, total luasan sekitar 6 hektar, salah satunya yang dipanen Bapak Bupati ini,” terang M Fatah.

“Kita siap untuk membantu pengembangan hingga di 16 Kecamatan. Saat ini yang sudah melakukan selain Kedungtuban dan Kradenan, ada Sambong, Cepu, dan Banjarejo. Kedepan akan kita coba di Blora bagian barat seperti Kunduran, Ngawen, Todanan dan sekitarnya,” sambung M.

Dengan pertanian organik ini, maka menurutnya akan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang sudah bertahun-tahun merusak unsur hara tanah.

“Untuk panen perdana memang hasilnya belum signifikan karena tanah masih dalam proses pemulihan dari dampak pemupukan kimia ke organik. Jika sudah 3 kali panen maka hasilnya akan lebih maksimal, dan ketika tanah semakin normal (bersih dari unsur kimia) maka cukup dengan pupuk organik sedikit saja hasilnya akan maksimal,” ujar Ketua PCNU.

“Ketika masa kecil saya dahulu masih banyak ikan dan belut disawah, kini susah kita temui karena tanahnya banyak menggunakan pupuk organik. Jadi ketika nanti pertanian organik ini berhasil kita lakukan, maka ikan wader, belut, akan kembali mewarnai sawah kita. Mina Tani jalan kembali,” tambahnya.

Pada kesempatan itu, Kades Mendenrejo, Supari yang juga pelaku pertanian organik mengaku cukup was-was ketika pertama kali menanam padi karena takut gagal.

“Namun karena bimbingan LPPNU akhirnya kita berhasil. Kami berharap akan lebih banyak lagi masyarakat yang beralih ke pertanian organik,” paparnya.

Adapun Tri Wahyudi, salah satu warga Kradenan mengaku ada peningkatan hasil panen dari pertanian konvensional ke pertanian organik.

“Pertanian konvensional dengan pupuk kimia biasanya per hektar menghasilkan gabah 6-7 ton. Sedangkan pertanian organik ini bisa mencapai kurang lebih 8 ton, bahkan lebih jika tanahnya benar-benar kembali subur bebas dari unsur kimia. Yang ditanam ada Inpari 32 dan Sertani. Berasnya juga enak, pulen, harga jual lebih menguntungkan,” ungkap Yudi, panggilan akrabnya.

Untuk diketahui, usai panen perdana, dilanjutkan dengan dialog bersama antara Bupati dengan para petani sejumlah 20 orang, tidak lebih dari satu jam sesuai protokol kesehatan.< Kudnadi