blank

TEGAL (SUARABARU.ID) – Belasan perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Tegal Menggugat (ATM) melakukan orasi dan menggelar spanduk penolakan perpanjangan PPKM di pintu gerbang Balai Kota Tegal, Sabtu (24/7/2021).

blank
MENGGUGAT – Aliansi Tegal Menggugat melakukan orasi dan menggelar spanduk penolakan perpanjangan PPKM di pintu gerbang Balai Kota Tegal. (foto: nino moebi)

Spanduk bertuliskan ‘Aliansi Tegal Menggugat, Menolak Perpanjangan PPKM !!! dan ‘Um Gondrong Bansose Endi’ (Um Gondrong Bansosnya mana). Spanduk tersebut ditujukan kepada Wali Kota Tegal dipasang di pintu gerbang Balai Kota Tegal.

Dalam orasinya Tomi menyampaikan, Wali Kota Tegal diminta untuk segera membuat solusi, jangan hanya memutuskan kebijakan tanpa solusi. Apa lagi dibuktikan dengan realisasi anggaran PPKM yang masih rendah yakni dikisaran 30 persen.

“Untuk itu, kami menuntut kepada Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriono untuk segera merealisasikan anggaran PPKM,” kata Tomi.

Koordinator Lapangan (Korlap) aksi Rivaldi Ali Khamdani saat dikonfirmasi mengatakan, aksi yang digelar merupakan bentuk solidaritas untuk menyampaikan aspirasi masyarakat yang menolak perpanjangan PPKM.

“Sebetulnya ini bukan aksi, melainkan solidaritas, bahwasanya di Kota Tegal menolak perpanjangan PPKM,” katanya.

Menurut Rivaldi, sebelumnya juga sempat dilakukan audiensi dengan Pemkot Tegal. Namun, menemui jalan buntu karena Wali Kota Tegal keluar ruangan,
Walk Out (WO).

“Kemarin saat audiensi menemui jalan buntu,” ungkapnya.

Lebih lanjut Rivaldi menambahkan, sambil menunggu koordinasi, dimungkinkan akan ada aksi yang lebih besar. Itu, jika tuntutan yang disampaikan tidak ditanggapi.

“Bahwa kegiatan ini kita mematuhi protokol kesehatan jadi kami hanya perwakilan saja dan ini bukan aksi tapi hanya solidaritas saja,” pungkasnya.

Orasi dan pemasangan spanduk berlangsung hanya beberapa menit kemudian dilepas kembali dan para perwakilan mahasiswa membubarkan diri.

Kepala Satpol PP Kota Tegal Hartoto saat dikonfirmasi di kantornya menyampaikan, aksi adik-adik mahasiswa merupakan wujud aspirasi.

“Saya menilai itu merupakan aspirasi. Kita tidak masalah sih. Apa yang menjadi aspirasi untuk diperhatikan,” kata Hartoto.

Menurut Hartoto pribadi aksi mahasiswa masih bisa ditolelir karena melihat jumlahnya masih terbatas hanya belasan orang.

Nino Moebi