blank
Sejumlah kerabat melakukan shalat jenazah almarhum Ny W, di Masjid Nurul Iman, Mulyoharjo dengan protokol kesehatan.(Foto: SB/dok)

JEPARA ( SUARABARU.ID) –  Karena ruang isolasi 6 RS rujukan  di Jepara penuh pasca ledakan kasus Covid – 19 Jepara awal Juni lalu, maka korban keganasan virus ini terus berjatuhan dan bertambah secara signifikan tiap hari.

Jika hari Senin (20/06/201-21) kemarin jumlah warga Jepara yang meninggal dengan status probable dan positif Covid-19 mencapai 21 orang, hari Selasa (22/06/2021) sampai jam 13.40 WIB siang ini telah tercatat 13 orang. Terakhir adalah pemakaman Tn SS dari Desa Dudakawu yang meninggal di RS Dr Suwondo Pati.

Berdasarkan data pemakaman protokol Covid, selama pandemi hingga 20 Juni 2021 tercatat 635 kali pemakanan. Dari jumlah ini, 246 kali pemakaman tanggal 1 Juni – 20 Juni 2021.

Ini belum termasuk yang meninggal saat isolasi mandiri dan tidak dilaporkan pada Satgas karena dilakukan pemulasaraan jenazah sendiri oleh keluarga. Atau meminggal di rumah sakit tetapi menolak pemakan protokol Covid – 19. Jumlah yang teracatat diatas   hanya yang dimakamkan dengan protokol Covid oleh tim Komando Pasukan Pemakaman BPBD Jepara.

Tingginya angka kematian ini sebagian besar  disebabkan pasien.masuk sudah dalam kondisi burukatau kritis. Hingga penanganannya terlambat. Akibatnya nyawa pasien tidak terselamatkan. Korban meninggal dunia banyak yang hanya dirawat 1 – 2 hari.

Sementara jumlah warga Jepara yang saat ini menjalani isolasi mandiri mencapai 2.500 orang. Jika kondisinya memburuk maka akibatnya fatal sebab ruang isolasi pasien Covid di Jepara overload. Sementara dari Pemkab, DKK dan Satgas belum ada langkah nyata untuk mengurai persoalan ini.

‘Sejak meledaknya kasus ini sepertinya belum pernah ada rapat pleno satgas yang  melibatkan semua anggota satgas yang hasilnya dipublikasikan,” ujar Tigor Sitegar pegiat budaya yang intens cermati perkembangan penanganan covid 19 di Jepara.

Oleh sebab itu ia mengajak kepada seluruh tokoh lintas  agama, kyai, ulama, ustadz, pendeta, pastur, biksu, untuk ambil bagian  dalam menyelesaikan persoalan di hulu yaitu 5 M. Juga seniman dan budayawan, sebab kalau hanya mengadalkan pemerintah nampaknya sudah kurang dipercaya. Hal ini karena banyak surat edaran dan bahkan surat larangan kemudian banyak diabaikian.

Hadepe