blank
Wakil Bupati Banyumas, Drs H Sadewo Tri Lastiono, saat melepas jenazah Almaghfurlah KH Mohammad Ridwan Sururi, di halaman Pondok Pesantren An-Nur, Kedunglemah, Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Foto: dok/ist
blank
KH Mohammad Ridwan Sururi. Foto: dok/ist

BANYUMAS (SUARABARU.ID)– Ulama kharismatik pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Dusun Kedunglembah, Desa Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, KH Mohammad Ridwan Sururi, Minggu (13/6/2021), dikabarkan meninggal dunia dalam usia 78 tahun.

Ribuan pentakziah dari berbagai daerah, memadati Dusun Kedunglemah. Meski demikian, melalui pengeras suara Kepala Desa Kedungbanteng, Tri Biantoro BcHk, mengingatkan para pentakziah agar tetap mematuhi protokol Kesehatan, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

”Alhamdulillah upacara pemakaman berjalan lancar dan tertib, dengan pengawalan keamanan dari Koramil dan Polsek Kedungbanteng, Banser, Pemuda Pancasila dan Ormas lainnya,” kata KH Imam Satori, salah satu putra menantu KH Ridwan Sururi.

BACA JUGA: Anak-Anak TK Tampilkan Berbagai Tarian di Acara Muwadaah An Nawa Blora

Upacara pemakaman dipimpin Wakil Bupati Banyumas Banyumas, Drs H Sadewo Tri Lastiono. ”Warga Banyumas merasa sangat kehilangan atas wafatnya beliau,” ujar Sadewo. Menurut dia, KH Ridwan Sururi merupakan sosok ulama yang sangat sederhana dan tidak suka menonjolkan kelebihannya.

”Salah satu yang disembunyikan dari masyarakat umum, Kiai Ridwan seorang hafidz atau penghafal Alquran 30 juz. Dalam kesibukannya membimbing santri dan umat, Kiai Ridwan khatam Alquran 30 juz dua kali setiap minggu. Banyak yang tidak tahu ini, karena beliau tidak mau menonjolkan diri,” terang dia.

Pada prosesi pemakamannya, para kiai, ulama dan santri tak kuasa menahan tangis saat salah satu putra menantunya, Kiai Anas Sifa Azmatkhan, memimpin Dzikrul Haddad. Sedangkan pembacaan talqin oleh KH Dai Munif Suyuthi Pengasuh PP Khaudlul Ulum Penajung Bojongsari Alian, Kebumen dan KH Sulthoni dari Bumiayu Brebes.

BACA JUGA: Keren, LPPM Unissula Presentasikan Pembangunan Aeromodelling di Kendal

KH Achmad Mansyur, adik kandung Kiai Ridwan Sururi yang juga pengasuh Ponpes Yayasan Daarul Istiqomah (Yadri) Kedunglemah, Kedungbanteng menjelaskan, kakaknya lahir di Banyumas 13 Desember 1943.

Masa kecil dan remajanya dihabiskan untuk mengaji di Ponpes di Buntet Cirebon dan Sarang, Kabupaten Rembang. ”Di Buntet Cirebon, Kiai Ridwan Sururi mengaji kepada sejumlah kiai, yaitu Kiai Akyas, Kiai Abdul Djamil, Kiai Murtadlo Said, Kiai Arsyad, Kiai Mustahdi Abbas dan lain-lain,” jelas Mansyur.

Sedang di Sarang Rembang, Ridwan Sururi mengaji kepada KH Zubair Dahlan (ayah KH Maimoen Zubair), KH Ahmad bin Sueb, KH Abdurrochiem, Mbah Djalil, Mbah Imam Cholil dan lain-lain.

BACA JUGA: Tim SAR Cari Anak Yang Terjatuh di Muara Sungai

”Meski dia mondok di pondok pesantren Ma’had Ulumus Syar’iyyah (MUS), Ridwan juga mengaji di PP Al-Anwar,” imbuhnya. Kiai Ridwan Sururi meninggalkan 18 anak, 41 cucu dan lima buyut.

Hadir pada kesempatan itu, Pengasuh Ponpes At-Taujieh Al-Islami, Leler, Kebasen KH Zuhrul Anam, Ketua Umum MUI Kabupaten Banyumas Drs KH Tefur Arofat MPd, Kepala Kantor Kemenag KH Akhsin Aedy Fanany, Rais Syuriyah PCNU KH Mughni Labib, Ketua PCNU KH Sabar Munanto MPd, Camat Kedungbanteng Amie Witasari, KH Zaenurrohman, para habib dan lain-lain.

Kiai Ridwan Sururi, diakui semangat dakwahnya luar biasa, penampilannya pun berbeda dengan umumnya kiai. Kiai Ridwan seringkali menggunakan iket kepala, bukan peci putih, peci hitam atau songkok bahkan blangkon, melainkan iket khas tradisi Jawa Banyumas.

”Inyong Wong Banyumas, bangsa panginyongan ya iketan,” kata Kiai Ridwan Sururi semasa hidupnya, sehingga beliau dikenal dengan kiai iket. Sosok kiai yang sederhana, merakyat, nyemedulur yang berkarakter teguh sebagai manusia pribumi Nusantara.

Riyan-Sol