blank
Wali Kota Muchamad Nur Azis menyerahkan wayang kepada Dalang Ki Radyo Harsono, (Bag Prokompim, Pemkot Magelang)

MGELANG (SUARABARU.ID) – Pertunjukan wayang kulit dengan lakon ‘Pandawa Syukur’ menjadi acara pamungkas rangkaian kegiatan Hari Jadi Ke-1.115 Kota Magelang, yang digelar sejak Maret 2021. Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Wanita, Jalan Veteran Kota Magelang, Sabtu malam (29/5).

Pertunjukan wayang itu dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat, namun acara tetap berlangsung meriah. Acara ini juga dikemas secara virtual di kanal Youtube Pemkot Magelang, sehingga masyarakat yang tidak hadir bisa menikmati pertunjukan tersebut.

Dua dalang tampil pada pagelaran wayang yang berlangsung sekitar lima jam. Yaitu dalang putra asli Magelang Ki Adi Sulistiyo, guru honorer SMP Negeri 2 Magelang, dan Ki Radyo Harsono dari Muntilan, Kabupaten Magelang.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang, Agus Sujito menerangkan, selain untuk memeriahkan rangkaian Hari Jadi Ke 1.115 Kota Magelang, wayangan ini juga bertujuan untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan.

Tidak hanya itu, pagelaran budaya diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga membangkitkan potensi dan minat untuk mengenalkan serta menyukai wayang kulit kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Dia menjelaskan, pementasan wayang dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Magelang tidak  dilaksanakan semalam suntuk. Efektif hanya berlangsung selama lima jam mulai pukul 20.00  sampai sekitar pukul 01.00.

‘’Kita memang batasi, karena masih dalam masa pandemi Covid-19. Pelaksanaan pun dengan protokol kesehatan ketat, utamanya yang hadir di lokasi acara di Gedung Wanita. Kita tetap melaksanakan pentas wayang kulit ini, karena memang sudah tradisi setiap kali momen Hari Jadi,’’ tambah Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Magelang, Sugeng Priadi.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengatakan, kebudayaan dan kesenian selaras dengan program-program Pemkot Magelang. Yaitu memajukan sektor pariwisata dan kesehatan.

‘’Seni dan pariwisata itu sangat lekat. Kalau seni diperhatikan, maka orang-orang akan ramai datang ke sini semua. Kita juga harus mengenalkan budaya tradisional seperti ini kepada anak-anak, sehingga ketika dewasa nanti mereka bisa mencintai budayanya,” ujarnya.

Dia prihatin karena anak-anak zaman sekarang justru dominasi bermain gawai. Sudah sangat jarang, pelajar misalnya, yang menggandrungi budaya-budaya lokal.

‘’Padahal kita punya potensi besar untuk mengembangkannya. Kota Magelang termasuk kota tua, sudah 1.115 tahun, otomatis peradaban dan budayanya sudah sangat tinggi. Karena alasan ini juga, kita membangun rumah budaya yang nanti bisa dijadikan ajang diskusi para seniman dan budayawan Kota Magelang,’’ terangnya.

 

Penulis : prokompim/pemkotmgl

Editor   : Doddy Ardjono