blank
Sejumlah anggota DPRD Jateng menjadi pemateri dalam diskusi yang diadakan Kesbangpol Jateng, Selasa (18/5/2021). (foto:dok/ist)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Nilai wawasan kebangsaan belakangan ini terus digencarkan pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dengan tujuan menjaga keutuhan bernegara.

Sebagai lembaga politik, DPRD Provinsi Jateng turut andil dengan berbagai program bersentuhan langsung nilai-nilai kebangsaan dengan masyarakat.

Hal tersebut menjadi materi hangat dalam diskusi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jateng bersama DRPD Provinsi Jateng di Kantor Badan Kesbangpol, Jalan Ahmad Yani Kota Semarang, Selasa (18/5/2021).

Diskusi itu dihadiri Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Qualty Abdulkadir Alkatiri bersama Anggota DPRD dari Dapil Jateng I yakni Anggota Komisi A DPRD Soetjipto, Anggota Komisi C Agung Budi Margono, dan Anggota Komisi E DPRD Yudi Indras Wiendarto.

Dalam diskusi itu, Quatly lebih menekankan masyarakat untuk menjaga rasa nasionalisme dengan mengembangkan dan memakai produk inovasi dalam negeri.

Selain itu juga menjalankan berbagai program-program seperti pendidikan karakter dan bersikap kritis dengan perubahan budaya asing yang membawa dampak negatif.

“Membangun rasa nasionalisme bisa dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya mengembangkan dan memakai produk-produk inovasi dalam negeri yang saat ini terus berkembang pesat,” kata Legislator PKS itu.

Dengan begitu, menurut Quatly rasa kebanggaan terus tertanam setiap saat. Program kegiatan pendidikan karakter juga sangat membantu dalam menumbuhkan kecintaan diri sendiri terhadap negara untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

“Itu dimaksudkan menjadi tameng gencarnya arus budaya asing seringkali membawa dampak negatif,” katanya.

Sementara, Soetjipto lebih melihat partisipasi masyarakat dalam kegiatan politis juga menjadi acuan dalam bernegara dengan turut andil dalam kegiatan pemilihan umum.

Dalam bidang pembangunan, lembaga politik punya peran menampung dan melaksanakan usulan dari masyarakat agar segera terwujud.

“Bernegara tidak lepas dari kegiatan pemilihan umum atau pemilu karena disana takar kecintaan masyarakat terhadap negeri sendiri diukur,” kata Politikus PDI Perjuangan.

Menurut Soetjipto, sense of belonging atau rasa memiliki dan sense of responsibility atau rasa tanggung jawab tumbuh saat seseorang memberikan hak suaranya dalam pemilu.

“Karena, lewat disanalah (Pemilu), berbagai program pembangunan usulan dari masyarakat dilaksanakan,” katanya.

Selanjutnya, Yudi Indras lebih menekankan wawasan kebangsaan dengan menjalin kebersamaan di tengah perbedaan yang saat ini tengah banyak diguncang dengan isu antara mayoritas dengan minoritas.

Menjaga satu frekuensi menjadi negara berdaulat menjadi kunci utama saat ini. Dengan begitu, adanya rasa memiliki dan menjaga akan tetap terjalin.

“Indonesia itu unik. Ada banyak ragam suku, agama, dan budaya yang setiap daerahnya punya keragaman adat tersendiri. Itu adalah hal yang tidak bisa kita temui di wilayah manapun. Maka, kami ingin semua lapisan masyarakat dengan pemerintah bisa menjaga agar keberagaman tetap utuh,” kata legislator dari Fraksi Gerindra ini.

Karena menurut Yudi, kunci utama hal tersebut adalah rasa memiliki dan menjaga antar sesama sebagai pondasi menangkal isu konflik mayoritas dan minoritas yang sekarang tengah gencar naik.

Senada, Agung Budi Margono berharap semua pihak mampu menekan potensi gerakan radikalis. Hal itu dapat dilakukan dengan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

“Gerakan separatis atau radikalis timbul karena merasa pembangunan tidak berjalan merata sehingga mereka sangat mudah terpapar paham-paham untuk melawan pemerintahan sah dengan berbagai teror,” ujar politikus PKS itu.

Tentunya hal ini menurut Agung sangat mengkhawatirkan dan hanya bisa tertangani apabila pembangunan dilakukan secara merata. Sehingga menjadi tugas bersama pemerintah dengan seluruh masyarakat mengantisipasi gerakan radikal agar tidak berkembang.