blank
Arul Prasat (40) Pinandita Hindu dan pakar Astrologi “Panchagem” seni ramalan India atau “Tamil Almanac” asal Medan. Foto: Ist

Ada juga kasus lain dialami teman. Masalahnya bukan soal  penyakit, melainkan gaya hidup. Dia yang lahir di  pedalaman, saat sekolah di kota, biar keren, namanya ditambah nama kota. Setelah itu kedua kakinya bengkak.

Oleh sesepuh dia diberi dua pilihan, kembali ke nama asli, atau pakai nama tambahan, tapi untuk itu dia harus memberi uang pengganti biaya untuk “selamatan memberi namanya” waktu dia baru lahir kepada orangtuanya.

Nama=Doa

Dalam Islam, memberi nama anak itu aturannya, memiliki arti dan terkandung doa untuk kebaikan. Misalnya : Abdullah, Abdurrahman, Abdul Aziz yang memiliki arti penghambaan kepada-Nya.  Atau nama Nabi : Muhammad, Ahmad, atau nama Nabi Ulum Azmi : Ibrahim, Musa, Isa dan Nuh, atau nama orang-orang  yang berahlak mulia.

Tentu, untuk itu tidak harus bahasa Arab. Pakai bahasa daerah asal artinya bagus, disilakan. Misalnya : Andini (patuh), Aris (luar Biasa), Bambang (kesatria), Bagas (sehat), Sukarno (Su=lebih, Karno = telinga, banyak mendengar) Suharto (Su=Lebih, Harto = Harta), Dsb.

Memberi nama juga perlu pertimbang kondisi sosial budaya setempat. Walau suatu nama itu memiliki arti kebajikan, hindari memberi nama -walau artinya baik- yang sama dengan nama sosok penjahat, koruptor, ketua partai terlarang. Sebab jika di sekolahan nanti ada pelajaran sejarah, bisa-bisa anak itu  di-bully atau menjadi bahan olok-olok temannya.

Masruri, konsutan dan praktisi metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati