JEPARA (SUARABARU.ID) – Para pegiat budaya yang selama satu tahun lebih aktif dalam forum diskusi dr Cipto Mangunkusumo akhirnya sepakat untuk mendeklarasikan berdirinya Lembaga Pelestari Sejarah Jepara (FPSJ). Lembaga ini akan memiliki keanggotaan secara terbuka. Deklarasi pembentukan LPSJ ini berlangsung di Violete Lamp Galery Jepara.
Kepengurusan lembaga ini akan terdiri dari 33 orang. Untuk pengurus harian dipercayakan kepada Hadi Priyanto selaku ketua dibantu tiga wakil ketua yaitu Abdurrochman, Muhadi dan Bayu Wijaya. Sementara sekretaris dan wakil sekretaris dipercayakan kepada Weinarto dan Ulil Abshor. Untuk bendahara R. Ingga Tejo Suroto dan Teguh Priyombodo. Sedangkan panasehat Abdul Rozaq.
Harapannya, sejarah dan kearifan lokal Jepara tidak semakin dilupakan dan terpinggirkan seperti kasus dr Cipto Mangunkusumo dan dr Gunawan Mangunkusomo. Dua putra kelahiran Pecangaan, Jepara yang memiliki peran besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini kurang mendapatkan perhatian di kota tempat mereka dilahirkan.
Direncanakan peresmian LPSJ ini akan dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Kabangkitan Nasional tahun 2021 pada tanggal 20 Mei mendatang. “Dipilihnya tanggal tersebut karena dr Gunawan Mangunkusumo, salah satu tokoh sentral dan pendiri organisasi Budi Utomo yang diperingati hari kelahirannya, adalah putra asli dari Pecangaan Jepara,” ujar Hadi Priyanto. Ironisnya di Jepara beliau tidak dikenal. Bahkan untuk nama jalan pun tidak ada, tambahnya.
Sementara Amin Ayahudi, seoramng pegiat budaya Jepara yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dispartabud Jepara berharap LPSJ ini hendaknya hadir untuk menjadikan sejarah sebagai salah satu sumber inspirasi. Sebab dari sejarah kita dapat belajar dari keteladanan tokoh-tokohnya tentang nilai patriotisme, nasionalisme, pengorbanan, semangat dan bahkan cita-citanya,” ujar Amin Ayahudi.
Sukarno, sesepuh seni ukir Jepara yang juga hadir pada pertemuan tersebut memberikan apresiasi dan dukungan terhadap penguatan sejarah Jepara. “Ini sangat penting agar kita tidak tercerabut dari akar budaya lokal,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampikan oleh Santo Heru Ananta, Ketua Pagutyuban Ngawulo Gusti Jepara. “Lembaga sebaiknya tidak hanya fokus pada ketokohan dr Cipto Mangunkusumo dan dr Gunawan Mangunkusumo, tetapi juga tokoh lain seperti Ratu Kalinyamat, RA Kartini dan RMP Sosrokartono. Juga sejarah desa. Sebab masih banyak yang tidak diketahui,” pinta Santo Heru Ananta.
Dukungan terhadap cakupan usaha pelestarian yang harus dilakukan oleh FPSJ juga muncul dari Abdurrohman dan Muhadi. “Anak-anak muda harus disadarkan tentang pentingnya sejarah,” ujar Petinggi Pecangaan Kulon Abdurrohman. Sementara Petinggi Tahunan Muhadi berharap melalui lembaga ini sejarah lokal Jepara akan lebih mendapatkan perhatian.
Sedangkan Wienarto yang memandu jalannya pertemuan berharap, lembaga yang baru saja terbentuk harus memiliki kegiatan nyata dan strategi gerakan yang tepat.
ua