blank

JAKARTA(SUARABARU.ID) – Dokter spesialis bedah onkologi di RSCM, Sonar Soni Panigoro mengatakan, kanker payudara tipe Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2) tak cukup mendeteksi hanya melalui pemeriksaan patologi termasuk perabaan benjolan.

“Penentuan tipe kanker setelah pemeriksaan patologi untuk mengetahui kanker atau tidak. Untuk sampai ke tipe HER2 harus berlanjut ke pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan tipe HER2 atau bukan. Hampir tidak mungkin (benjolannya HER2 atau bukan)hanya pemeriksaan di rumah,” kata dia dalam diskusi terbatas secara virtual,Minggu.

Dengan kata lain, tidak ada cara mendeteksi kanker payudara tipe HER2 selain melalui pemeriksaan imunohistoskimia. Di sisi lain, tak ada tanda khusus mengarah kecurigaan pada tipe kanker ini selain benjolan yang juga muncul pada tipe lainnya.

Mengenai pencetus tipe kanker payudara ini, menurut Sonar belum ada penelitian yang yang spesifik memperlihatkan HER2 akibat gaya hidup yang buruk.

HER2 hanya mengandung reseptor HER2 tanpa reseptor hormon progesteron dan estrogen seperti pada luminal A dan B. Pengobatannya pun hanya kemoterapi dan pemberian obat anti-HER2 atau Trastuzumab.

“Untuk HER2 hanya bisa perlu kemoterapi setahun karena setelah itu tidak ada manfaat lain. Untuk obat-obat kemoterapi kita belum mampu produksi karena bahan baku masih sulit dan teknologi yang tidak murah. Trastuzumab masih impor, walau sekarang sudah ada obat yang mirip,” tutur Sonar.

“Awalnya harga Trastuzumab di atas Rp25 juta sekarang sudah ada di bawah Rp10 juta. Namun pemberian untuk stadium dini belum masuk tanggungan BPJS, baru untuk stadium lanjut,” imbuh dia.

Dari sisi peluang bertahan hidup selama lima tahun, penderita kanker payudara tipe HER2 kira-kira sekitar 75 persen, lebih tinggi dari tipe triple-negatif yang berada di angka 60 persen dan lebih rendah dari luminal A dengan peluang 80-90 persen.

“perlu minum Luminal A dan B masih ada obat dalam jangka panjang. Sementara triple-negatif kemoterapi tidak bisa seumur hidup, hanya untuk durasi tertentu karena efek cukup berat,” kata Sonar.

Sonar mengingatkan, apapun tipe kankernya, pengobatan pada stadium dini paling utama. Pengobatan pada stadium 0 atau 1 bisa berpeluang sembuh sekitar 90 persen lebih. Peluang turun menjadi 70 persen pada stadium 2 dan semakin turun menjadi 50 persen pada stadium 3. Sementara pada stadium 4.

Suarabaru.id/ant