blank

Oleh :  M. Mustajib S. S.S, M.Pd.

Beberapa tamu masih ada yang datang untuk bertakziyah. Belum kering terlihat gundukan tanah makam meski genap tujuh hari almarhum menghadap sang Kholiq. Suasana duka masih menyelimuti rumah indah di tepi jalan yang berseberangan dengan masjid megah. Almarhum merupakan tokoh penting di desa itu karena beliau menjabat sebagai petinggi  di sebuah desa di pesisir utara jawa.

Beliau  menjabat petinggi belum genap 2 tahun selepas pensiunan sebagai PNS. Sebagaimana niatannya saat mencalonkan diri, beliau  ulet dan semangat melayani  warganya. Termasuk dalam hal penanganan warga di masa pandemi Covid 19. Tentu sangat memperhatikan protokol kesehatan, baik untuk dirinya sendiri maupun warganya.

Menurut penuturan keluarga, seminggu sebelum jatuh sakit dengan keluhan sakit lambung mendiang   sedang gigih menyelesaikan program desa. Hampir seminggu  almarhum kerja lembur. Hingga beliau merasakan tubuhnya dingin disertai keluhan sakit pada lambungnya. Padahal beliau termasuk orang yang taat jadwal makan.

Nafsu makan  juga turun drastis karena selalu ingin muntah. Kesehatannya mulai melemah sehingga keluarga memutuskan untuk membawa beliau ke  rumah sakit. Seperti biasa perawatan pasien di rumah sakit pada masa pandemi harus didahului dengan pemeriksaan antigen dan swab.

Hasil awal dinyatakan reaktif dan kemudian pemeriksaan PCR beliau dinyatakan terkonfirmasi  positif covid sehingga harus menjalani pengobatan dengan isolasi. Istri dan keluarga tak punya pilihan lain harus menerima keadaan itu dengan ikhlas.

Bersyukur masih bisa bersua dengan keluarga melalui video call. Lima hari dalam perawatan kondisi beliau  semakin membaik. Namun, entah mengapa di hari keenam mengalami drop dan semakin melemah. Sampai pada malam harinya raga tak lagi kuat menahan sakit yang tak tertahan hingga nafas terakhir terhembus.

Selamat jalan Pak Inggi.  Engkau pergi di tengah-tengah memperjuangkan wargamu agar terhindar dari Covid-19. Semoga engkau khusnul khotimah. Dilapangkan perjalananmu dan diampuni dosa-dosamu.

Kondisi yang sama juga terjadi pada seorang kepala SMP Negeri di kota Jepara. Teman dan kerabat tentu tak menduga beliau yang sehat segar bugar yang selalu ramah dan murah senyum pada siapa pun pergi begitu cepat.

Banyak hal tak terduga pula yang telah dikerjakan untuk keluarga dan orang-orang terdekatnya di akhir hayatnya. Melemahnya kondisi pasien waktu itu terjadi setelah kerja keras dan lembur yang dilakukan berhari-hari di sekolahnya. Waktu itu kerja lembur dilaksanakan untuk persiapan lomba yang diikuti sekolah.

Melemahnya kondisi tubuh ini memudahkan virus yang saat itu berkembang di lingkungan mudah menyerang tubuh, hingga tubuh muda terinfeksi Covid-19. Beliau pun harus dirawar di rumah sakit. Hari-hari pengobatan dilalui dengan  penuh harapan.

Masa kritis berlalu, beliau sempat mengalami perkembangan kesehatan. Namun serangan akhir Covid-19 tidak lagi kuasa ditahannya. Tumbanglah sosok yang selalu ramah dan murah senyum pada siapapun. Covid telah meleburkan keperkasaannya akibat kerja lembur.

Jaga Imunitas Tubuh

Berkaca pada kejadian di atas dapatlah dijadikan pelajaran bahwa dalam situasi pandemi seperti ini, virus sangat rentan sekali masuk pada tubuh seseorang. Terlebih pada tubuh yang lemah imunitasnya. Lemahnya imunitas terjadi salah satunya karena kelelahan yang luar biasa.

Terforsirnya energi tubuh karena kerja lembur yang dilakukan oleh bapak petinggi dan kepala sekolah itu melemahkan imunitasnya. Apalagi memiliki penyakit penyerta karena usia yang semakin menua.

Ketika usia semakin menua kita tiada menyadari bahwa imunitas tubuh semakin menurun. Belum lagi beberapa riwayat penyakit yang kita derita. Maka kita perlu mempertimbangkan lagi ketika kita akan membebani diri kita dengan kerja lembur. Banyak hal yang perlu kita pertimbangkan lagi untuk menjaga imunitas tubuh di masa pandemi.

Pedang dan Tambang

Kalau dapat dianalogikan, tubuh ibarat seutas  tambang dan virus corona ibarat sebuah pedang. Saat tubuh kita sehat, tambang itu akan bergerak bebas. Tapi saat tubuh menurun imunitasnya , tambang itu akan menegang atau merentang. Rentangan akan kuat menegang saat kondisi tubuh rapuh ketika harus mengejar taget yang harus dikerjakan dengan kerja lembur.

Sementara itu Covid 19 serupa pedang yang terayun-ayun dari atas. Ketika tubuh sehat bisa saja tambang itu bergerak menari-nari menghindari pedang. Tapi bagaimana saat kondisi tubuh melemah? Bisa kita bayangkan berapa lama tambang yang merenggang itu kuat bertahan.

Ada kalanya keadaan membaik terjadi. Namun ternyata itu hanya sesaat saja, yaitu waktu pedang itu terayun menjauh. Ayunan ini sangat berbahaya. Karena semakin tinggi ayunan,  pedang semakin kuat  akan menebas tambang dan memutuskannya.

Saat ini memang pandemi telah semakin berkurang dengan dimulainya gerakan vaksinasi. Namun kewaspadaan untuk tetap mengikuti pesan ibu 5 M harus ditaati. Waspada pada kerja lembur yang melemahkan imunitas tubuh dan pedang Covid 19 yang setiap saat berayun-ayun.

Penulis adalah Guru SMP Negeri 2 Mayong,  Anggota AGPL dan Forum Penulis  Jepara LITERASI