blank

Oleh: Siti Ummu Adillah

blank
Dr. Siti Ummu Adillah,S.H.,M.Hum

Baru saja diaksanakan KKN Tematik Berbudai Unissula IX dengan program kerja menyelenggarakan acara webinar bertema “Bangkitkan Semangat Berwirausaha melalui pemberdayaan Ekonomi di Masa Pandemi.

Program kerja ini dilaksanakan oleh kelompok 193 dengan peserta kepala Desa Dukun, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak dengan perangkatnya, karang tarunan dan para mahasiswa.

Sebagai narasumber dalam acara webinar tersebut, adalah Dr. Hj. Siti Ummu Adillah,S.H.,M.Hum. yang juga sebagai Dosen Pembimbing Lapangan KKN Kelompok 190 – 193 dan Atin Anggraini Surono,S.I.P.,SM., sebagai alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan sebagai pelaku usaha yang tetap berkiprah di masa pandemi Covid-19.

Siti Ummu Adillah, sebagai dosen pembimbing lapangan, menyampaikan materi tentang pemberdayaan ekonomi perempuan dan kendala yang dialami pada masa pandemi Covid-19.

Sebagai strategi pembangunan, pemberdayaan bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat membentu masyarakat untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya (Payne, 1997).

Pandemi Covid-19 banyak berdampak pada perempuan, yang menyebabkan bertambah berat tugas dan beban kerja perempuan, terutama di dalam rumah tangga, seperti: tugas belajar-mengajar beralih dari guru kepada ibu, sebagai orang tuanya, yaitu dengan mendampingi bahkan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) anak dari gurunya.

Mengurus pekerjaan rumah tangga yang bertambah banyak (ketersediaan makanan karena semua wfh menjadi “tanggung jawab” perempuan, dan penyerta pekerjaan-pekerjaan lainnya sebagai tugas rumah tangga, mencuci peralatan dapur, bersih-bersih rumah menjadi bertambah, dan sebagainya).

Ada perempuan yang harus berusaha mencari tambahan penghasilan, karena suaminya di PHK atau karena pengurangan waktu kerja yang berdampak pada perolehan upah, anak perempuan dinikahkan dalam usia yang masih tergolong anak-anak, sebagai pengalihan tanggung  jawab ekonomi dan meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan dan anak.

Secara umum dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi saat ini sangat berat. Karena di masa pandemi ini, perekonomian kelompok masyarakat kalangan bawah mengalami pengurangan, di sisi lain kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi menahan dananya untuk dibelanjakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh SMERU pada Oktober-November 2020 terhadap 12.216 responden di 34 provinsi, terungkap bahwa dampak pandemi Covid-19 sangat parah terhadap rumah tangga.

Athia Yumna, Deputy Director of Research and Outrech SMERU mengungkapkan, tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, sebanyak 14% pencari nafkah terpaksa pindah kerja disektor pertanian dan konstruksi sebagai penyerap tenaga kerja. Fakta lainnya, setengah dari responden tidak memiliki tabungan.

Pandemi Covid-19 menyebabkan potensi kerawanan pangan terhadap anak meningkat. Catatan Nasyiatul Aiylsyiyah di masa pandemi terjadi peningkatan angka kematian bayi 19%.

Dampak psikologis diderita orang tua dan anak karena mengalami tekanan sosial dalam menjalani kehidupan di masa pandemi. Dan Meningkatnya beban keluarga, stres, dan kesulitan ekonomi akibat kehilangan sebagian penghasilan/pekerjaan berpotensi memicu konflik dalam keluarga.

Dan akhirnya dapat terjadi KDRT dan kekerasan berbasis gender lainnya (Komnas Perempuan, 2020), serta meningkatnya angka perceraian, sebagai akibat ekonomi inilah yang menyebabkan istri atau suami tidak mendapatkan atau berkurangnya penghasilan yang mendorong pembatasan pemenuhan kebutuhan keluarga sehingga dapat menjadi pemicu pertengkaran atau kekerasan baik terhadap istri atau anak, sebagaimana disampaikan oleh Siti Aminah Tardi, Komisioner Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan).

Solusi untuk mengatasi berbagai persoalan, akibat pandemi Covid-19 adalah, agar para pemangku kepentingan memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak dan perempuan yang merupakan kelompok yang rentan mendapatkan gangguan di masa pandemi Covid-19, Pemerintah harus kembali memberikan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang rentan terdampak pandemi.

Hal ini karena, disertai dengan pendampingan, pemulihan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang cukup panjang, untuk mempercepat pergerakan ekonomi, agar pemerintah memperbesar alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional, di masa pandemi ini masyarakat perlu bantuan pemberdayaan ekonomi dan kebijakan afirmasi, terutama untuk kelompok tereksklusi.

Antara lain perempuan kepala keluarga, lansia, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya, Kesadaran masyarakat untuk menjalankan PROKES, kalau tidak penting dan mendesak keluar rumah/berktifitas di luar rumah, tidak perlu keluar rumah.

Upaya saling memahami, saling menerima antara suami, istri dan anak dalam menghadapi bencana covid-19 dan mencari solusi keluarga dan tanggungjawab bersama-sama.

Pembicara lainnya, Atin Anggraini Suroso, menyampaikan pengalamannya dalam berwirausaha, dimulai dari awalnya sebagai mahasiswa yang mendapat uang bulanan yang “tidak berlebih” sehingga mengharuskannya untuk berkreatifitas bagaimana caranya bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara yang baik dan halal.

Bakat usahanya sudah dimiliki sejak kecil, kalau sekolah dia sudah biasa membawa jajanan ke sekolah untuk dijual ke teman-temannya, sampai akhirnya mahasiswa-pun tetap berwirausaha jualan ke teman-temannya, dari mulai busana muslim, jilbab, dan lain-lain, yang dalam perjalanannya merambah juga ke usaha kuliner yang pemasarannya dilakukan secara online.

Atin, memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan bagi remaja dan mahasiswa untuk melakukan wirausaha, di antaranya yaitu: harus punya niat yang sungguh-sungguh, punya semangat, kemudian action atau dilaksanakan, dalam berwirausaha tidak patah semangat, karena berwirausaha, ada suka dukanya, terkadang laku dan untung, tapi bisa juga rugi, yang penting jangan menyerah, terus ditekuni dan dijalani, sambil dilakukan evaluasi dan tidak lupa disertai dengan doa.

Berwirausaha harus ikhlas, hasil banyak atau sedikit harus selalu disyukuri dan tetap happy, modal utama lainnya dalam berwirausaha, adalah tidak malu, mencari uang atau menjemput rejeki dengan cara yang baik dan halal.

Tidak boleh malu, karena berdagang juga merupakan pekerjaan yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pedagang yang jujur dan sukses.

Cara berdagang ala Rasulullah yang perlu diteladani, adalah selalu menjalankan Syariah Islam yang berlandaskan iman pada Allah SWT. Rosul dalam berbisnis bersikap jujur, bersikap lemah lembut, menjual barang yang berkualitas bagus, mengambil keuntungan sewajarnya, tidak melakukan transaksi riba, dan tidak mudah putus asa.

Selain itu juga berwirausaha dapat dimulai dari masalah yang dihadapi, kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah, dituntut juga untuk dapat membaca kebutuhan masayarakat atau kebutuhan pasar, sehingga produk yang ditawarkan, diminati atau laku dipasaran, selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kualitas produk yang dijual, apa yang ditawarkan, dipromosikan harus sesuai dengan kualitas barangnya, jangan sampai yang dipromosikan bagus tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya.

Dampak Covid-19 menciptakan berbagai perubahan di sejumlah sektor, dari skala nasional sampai ke tingkat rumah tangga. Sejumlah sektor bisnis di masa pandemi ada yang menutup bisnisnya sementara atau secara permanen, seperti pariwisata, perhotelan, penyewaan mobil, bus, dan lain-lain.

Umumnya mereka yang menutup usaha bisnisnya karena mengalami penurunan yang signifikan dari konsumennya dan melemahnya kemampuan secara finansial untuk membiayai operasional usahanya.

Ada juga yang karena sepinya pembeli, lalu modal usaha habis tergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan kebutuhan dasar keluarganya.

Uusaha-usaha yang tumbuh subur karena dibutuhkan dan diminati oleh masyarakat di masa pandemi Covid-19, di antaranya adalah bisnis makanan dan minuman (kuliner), jualan pulsa, usaha di bidang agribisnis.

Usaha di bidang ini meningkat tajam pada komoditas berbasis hobi, seperti tanaman hias, ikan hias, benih ikan, benih buah dan sayur, hingga hewan ternak, dan lain-lainnya. Sebab, masyarakat memfokuskan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan kebutuhan rumah tangga akibat adanya work from home (WFH).

Dr. Siti Ummu Adillah,S.H.,M.Hum.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN Tematik Ber-BUDAI Kelompok 190 – 193, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.