blank
Salah satu anggota pengabdian masyarakat dan pemateri Dr Irwa Zarkasi dari Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta. Foto: dok/ist

MALANG (SUARABARU.ID)– Pengendalian tembakau dan semua produknya, telah menjadi perhatian berbagai pihak. Tidak hanya karena dampaknya pada kesehatan dan lingkungan, namun juga dampak sosial ekonominya.

Itu pula yang ditangkap Institut Komunikasi Bisnis London School of Business (IKB LSPR) Jakarta, yang kemudian menggagas program ‘Pengabdian Masyarakat Akademisi Ilmu Komunikasi Lintas Kampus’. Pembahasan program itu dilakukan melalui zoom meeting, dengan diikuti para dosen dan mahasiswa.

Adalah Dr Lestari Nurhajati MSi, selaku koordinator program mengutip dokumen Riskesdas mengatakan, prevalensi perokok Indonesia usia 15 tahun ke atas sebesar 33,8 persen atau sebanyak 65,7 juta jiwa.

BACA JUGA: Sambil Gowes ke Boyolali, Ganjar Ikuti Rehabilitasi Embung Kedung Banteng

Catatan ini menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India. Konsumsi rokok pada perokok usia 10-18 tahun mengalami peningkatan sebesar 126 persen, sepanjang tahun 2013 ke 2018.

”Bahkan seorang anak sudah mulai merokok sejak usia sekolah dasar. Sayangnya, kebijakan terkait pengendalian tembakau di Indonesia masih sangat lemah. Misalnya regulasi iklan rokok masih bersifat parsial, bukan pelarangan komprehensif,” kata Dr Lestari, yang juga menjabat sebagai Vice Rector IV Institut Komunikasi Bisnis London School of Business, Jakarta, seperti dalam siaran persnya, Kamis (11/3/2021).

IKB LSPR pun kemudian mengundang 15 orang akademisi Ilmu Komunikasi dari 15 kampus yang ada di Indonesia, untuk bergerak bersama melakukan penyadaran di kalangan mahasiswa. Para dosen dari 15 kampus yang dipilih itu kemudian dibentuk dalam tiga kelompok, dengan penyebaran merata ke seluruh wilayah Indonesia.