blank
Kereta kelinci atau kereta wisata yang siap melayani wisatawan di berbagai tempat wisata di Kabupaten Grobogan. Foto : dok.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Sudah tiga tahun, komunitas Paguyuban Kereta Wisata Grobogan (PKWG) berdiri. Tepatnya pada Maret 2018 lalu. Kiprah PKWG ini dimulai dari adanya Tempat Wisata Candi Joglo, yang kini menjadi ikon Desa Wisata di Krangganharjo, Kecamatan Toroh.

Didik Sulistyo, ketua PKWG, mengatakan, tujuan dari pendirian Paguyuban Kereta Wisata Grobogan ini untuk memajukan pariwisata di Grobogan. Selain itu, keberadaan kereta wisata ini juga menjadi upaya untuk memajukan perekonomian bagi warga sekitar dan menambah ikatan silaturahmi bagi sesama sopir kereta kelinci ini.

“Sudah tiga tahun ini, komunitas itu  berdiri. Anggotanya juga sudah mencapai 70 orang. Dasar dari pendirian paguyuban ini yaitu memajukan pariwisata Grobogan, meningkatkan perekonomian dan menambah guyub rukun antarsopir.

“Selain berkontribusi di bidang pariwisata, kami juga melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan. Jadi, banyak kegiatan yang kami laksanakan di paguyuban ini,” jelas Didik, Kamis (11/3/2021).

blank
Selain menjalankan kegiatan wisata, paguyuban ini kerap melakukan kegiatan sosial untuk mereka yang membutuhkan. Foto : dok.

Dalam situasi pandemi ini, memang berpengaruh pada seluruh sektor. Terutama pariwisata. Hal ini juga yang mempengaruhi para sopir kereta kelinci-sebutan masyarakat, tersebut.

Didik mengatakan, selama ini mereka beroperasi tergantung pada situasi. Dan paling besar kontribusinya adalah di bidang pariwisata.

“Kita melihat situasi, kadang kita ngompreng, kadang kita dapat job dari pariwisata. Dan memang yang paling besar adalah job pariwisata, sebab secara langsung kita ikut berkontribusi meningkatkan  pariwisata,” jelas Didik.

Ikuti Protokol Kesehatan

Selama masa pandemi ini, para sopir juga dituntut untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat untuk tertib pada protokol kesehatan. Hal itu dimulai dari para sopir sendiri yang mengemudikan kendaraannya dengan menggunakan masker dan menerapkan pembatasan penumpang. Bahkan, keselamatan penumpang menjadi hal utama yang diterapkan para sopir.

“Kita selalu mengupayakan keselamatan penumpang. Bahkan di masa pandemi ini, setiap kita ngompreng, kita tetap mengutamakan protokol kesehatan sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran covid-19 di wilayah Kabupaten Grobogan. Kita tegaskan itu dan untuk peraturan di PKWG ini, kita mengacu pada Paguyuban Kereta Wisata Nasional (PKWN),” tambah Didik.

blank
Ketua PKWG, Didik Sulistyo saat menyerahkan bantuan sosial kepada salah satu panti asuhan di Grobogan. Foto : dok.

Dirakit dari Truk

Banyak yang bertanya-tanya terkait jenis dari kendaraan yang dipergunakan untuk kereta kelinci ini. Didik menjelaskan, kereta kelinci ini dirakit dari truk. Baik, truk engkel, maupun truk gandeng. Untuk lama proses perakitannya tergantung pada jenis truknya.

“Lama perakitan sebuah truk menjadi kereta kelinci itu bervariasi. Kalau truk engkel, butuh waktu paling cepat satu bulan. Kalau terbuat dari truk gandeng satu setengah bulan. Kapasitas penumpangnya juga berbeda. Normalnya untuk penumpang kereta kelinci dari engkel itu 20 penumpang. Kalau yang terbuat dari truk gandeng itu 40 penumpang,” tambah Didik.

Meski dirakit dari truk yang notabene adalah kendaraan muatan besar, Didik mengatakan sejauh ini para sopir sudah diwanti-wanti untuk menjalankan kendaraannya di kawasan yang datar, agar tercegah dari bahaya kecelakaan.

Hana Eswe-wied