blank

Upaya Rental Musik Bertahan di Masa Pandemi

TEGAL (SUARABARU.ID) – Dekade Tahun 2000-2015 keberadaan rental musik di Kota Tegal menjamur diberbagai pelosok. Pundi-pundi rupiah dari hasil persewaan studio musik cukup menjanjikan. Dalam perjalanan waktu keberadaan rental musik di Kota Tegal makin menyusu, apalagi di masa pandemi menambah parah keadaan para pengelola rental studio musik.

Dari puluhan rental musik yang ada, kini tinggal tiga rental studio musik yang masih bertahan.

Lain hal dengan rental studio musik Maestro milik H Pramu Marsono (59) yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono Kota Tegal. Meski masa pandemi, rental miliknya masih tetap bertahan.

Ditemui di studionya, Selasa (9/3/2021) Pramu Marsono ternyata punya kiat hingga bisa bertahan sejak mengelola rental musik Tahun 2000 hingga saat ini meski dalam pandemi.

Dijelaskan, rental musik studio sejak 2015 sudah ada gejala kurang greget. Hal itu menurut Pramu dampak dari hadirnya Gadget android yang bisa mengalihkan perhatian kawula muda.

“Sebelum pandemi Maestro bisa masuk 120 jam per bulannya, sedangkan saat pandemi hanya 20-30 jam per bulannya,” kata Pramu.

Pramu Marsono mengaku bisa bertahan karena masih disamping persewaan studio musik dirinya juga menerima service alat musik seperti, gitar elektrik maupun akustik, termasuk asessories seperti efek gitar. Konsumen bukan dari Kota Tegal tapi juga dari luar Kota Tegal.

Masa sulit dialami Toko alat musik Duta. Penjualan dari gitar akustik bikinan lokal dari harga Rp 185.000 hingga Rp 3 juta total belum laku sejak pandemi.
Harga centrung  Rp 80 ribu, kajon akustik 450 ribu dan yg elektrik 600 ribu, Kulele dari harga Rp 320 ribu- Rp 500 ribu.
Buka pukuk 09.00-21.00

“Sebelum pandemi bisa laku 5 gitar per hari dan saat pandemi hanya 1 gitar per hari, bahkan sering tidak ada pembeli,” kata karayawan Toko Duta Gitar Jalan Kapten Sudibyo Kota Tegal, Amanda.

Pemilik toko alat musik JV Jalan Letjend Suprapto, Johanes sudah 20 tahun buka toko alat musik, merasakan penurunan omset hingga 60 persen, Johanes tertolong dengan penjualan barang kecil seperti mike untuk pelengkap untuk YouTube, peralatan zoom on line.

Pelaku musik Kota Tegal, Muji Roso (32) sebagai pemain gitar mengaku terjun di dunia musik sejak 2009 menjadi pemain reguler di cafe tiap malam main 5 kali dalam seminggu, belum acara pernikahan kadang main bisa satu hari dua kali siang dan malam. Dimasa pandemi bagi Muji Roso yang akrab dipanggil Kancil selama tiga bulan pertama nol tidak ada job.

Dimasa pandemi bagi Kancil tidak berpengaruh banyak karena. Meski dalam pembatasan Kancil beruntung masih bisa manggung secara live reguler di cafe seminggu bisa 5 kali main. Di Kota Tegal 4 kali main dan Pekalongan sekali meski ada pembatasan jam sesuai edaran hanya sampai 21.00.

Dihari musik nasional, Kancil berharap ada campur tangan Pemerintah terutama dalam kaitan kesejahteraan para pemusik apa lagi di masa pandemi. Bukan berarti untuk memanjakan pemusik tapi paling tidak ada kelonggaran dalam perijinan meski harus melalui protokol kesehatan yang ketat.

Nino Moebi