blank
RUMAH KOMPOS : Pupuhan peserta mengikuti sosialisasi dan praktek pengolahan sampah wasteless project di Balaidesa Ngering, Jogonalan, Klaten.

KLATEN, (SUARABARU.ID) – Puluhan perwakilan petani dan masyarakat Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Klaten belajar mengolah sampah rumah tangga menjadi pakan ternak sehat dan pupuk kompos dengan cepat. Bila berhasil, maka akan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk dan pakan ternak buatan pabrik.

Acara ‘’Sosialisasi dan Pelatihan Tata Kelola Sampah Rumah Kompos Dukuh Rogobayan, Milah Sampah Seko Omah, Nyelametje Bumi Seko Limbah” digelar di gedung Sebaguna desa setempat. Hadir pegiat PKK, kelompok tani, Kelompok wanita tani (KWT), Gapoktan, Karangtaruna, dan lainnya.

Petani tertarik karena cara pemrosesan pupuk organik sangat cepat, bila cara biasa butuh waktu fermentasi hingga 21 hari, cara ini hanya butuh waktu 1 jam saja.

‘’Wasteless Project adalah program ekosistem kehidupan dengan asas manfaat. Sampah dimanfaatkan kembali menjadi punya nilai tambah,’’ kata Alexander Adin Enrico selalu pimpinan wasteless project.

Konsep kegiatan yang didukung Kementerian Lingkungan Hidup itu membuat Pemerintah Desa Ngering tertarik dan disepakati MoU awal Februari lalu. Selain pelatihan, diberikan mesin penghancur sampah dan cairan mikroba.

‘’Kami suport alat penghancur dan kami sediakan 100 liter cairan mikroba untuk fermentasi sampah. Pengolaha sampah menjadi pupuk bisa dilakukan hanya 1 jam, tapi bisa juga lebih lama sampai 7 hari,’’ kata Enrico.

Mesin bisa menghancurkan sampah organik yang keras menjadi seperti bubur. Kemudian diberi cairan mirkoba. Satu liter carian bisa mengolah 500 kuintal sampah yang dicampur arang sekam, abu sekam, pasir zeolit, serbuk bata dan lainnya menjadi media tanam dan pupuk.

‘’Pupuk dari sampah ini bisa mengatasi ketergantungan petani pada pupuk kimia. Sebelumnya, petani mengeluhkan turunnya produksi, bila dulu 1 patok bisa menghasilan 2,5 ton, kini hanya 1 ton saja karena tanahnya sudah rusak,’’ ujar Enrico.

Metode one day composting sangat mudah, cepat dan murah. Pupuk yang dihasilkan bisa untuk kemandirian petani desa dan pakan untuk kemandirian ternak desa. Bila kebutuhan desa sudah tercukupi, sisanya bisa dikemas dan dijual.

Nantinya, Rumah Kompos dikelola oleh BUMDes dan dimonitor desa. Sampah anorganik dikirim ke rumah plastik atau bank sampah desa. Wasteless Project mengurangi timbunan sampah di TPA Klaten yang kondisinya cukup memprihatinkan.

Kades Ngering, N Rahmanto mengaku sangat senang desanya dijadikan pioner wasteless project. Saat ini, 80 persen di Ngering merupakan lahan pertanian dan petani masih bergantung pada pupuk buatan pabrik.

‘’Memang petani masih bergantung pa pupuk buatan pabrik. Padahal, penggunaan pupuk kimia jangka panjang merusak tanah. Saya harap, kegiatan ini menjadi semangat untuk mengelola sampah agar tidak menjadi musibah,’’ ujar Rahmanto.

Camat Jogonalan, Sutopo yang membuka acara mengapresiasi kegiatan yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Memilah sampah dari sumbernya dan pengelolaan sampah bisa menghindarkan dari bencana, seperti banjir.

Peserta mendapatkan materi dari Dimas Drissen (tim Wasteless Project) yang memaparkan cara pengolahan sampah, menjadi media tanam atau pupuk dan pakan ternak sehat.

Sedangkan Kabid Evakuasi dan Tindak lanjut P3E Jawa Sumartinah SH MHum mengulas parahnya pencemaran sampah yang susah diurai dan cara pengolahan sampah. Usai paparan, peserta melihat praktek pengolahan sampah menjadipupuk.

Mesh