blank
Seorang warga Temanggung merawat tanaman anggrek yang ditanam di tanah pekarangan di depan rumahnya. Foto: Ant

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID)– Pandemi covid-19 telah menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk bidang ekonomi yang sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

Pemerintah dalam adaptasi kebiasaan baru terus berusaha memulihkan kehidupan ekonomi masyarakat di tengah pandemi covid -19.

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021 menanggapi pandemi covid -19 pemerintah pusat telah menetapkan tema “Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial”.

Pemerintah Kabupaten Temanggung menjabarkan tema pembangunan nasional tersebut dengan mengusung program “Mustika Desa”, yakni akronim dari masyarakat unggul sejahtera dengan tani pekarangan dan desa bebas sampah.

Inovasi yang diambil Pemerintah Kabupaten Temanggung tersebut ada dua hal, yaitu tani pekarangan dan desa bebas sampah.

Kepala Bappeda Kabupaten Temanggung Ripto Susilo menyampaikan keterkaitan inovasi masalah muncul karena kemiskinan akibat covid -19.

Penurunan kemampuan ekonomi masyarakat dan isu lingkungan diangkat, kemudian proses output dan dampaknya mendukung tema nasional yaitu mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial.

Pemulihan ekonomi didorong melalui tani pekarangan dan program ini seluruh masyarakat berperan termasuk penduduk miskin penerima bantuan langsung tunai (BLT).

“Jadi sumber daya manusianya adalah penduduk miskin peserta program keluarga harapan (PKH), penduduk miskin penerima BLT juga ikut berperan di situ,” katanya.

Diharapkan dari jatah BLT yang dialokasikan untuk penduduk miskin tidak semua digunakan untuk konsumtif, tetapi sepertiganya dialokasikan untuk produktif.

Ia menjelaskan tani pekarangan dipadukan dengan peternakan sehingga hasilnya juga bisa dikonsumsi setiap rumah tangga, di mana kebutuhan akan gizi bisa terpenuhi tanpa mengeluarkan biaya khusus. Jangka panjangnya adalah pada pencapaian kesehatan serta pendidikan.

Tanaman Produktif Jangka Panjang

Pada 2020, katanya memang konsentrasi masih sebatas mengurangi belanja penduduk, namun pada 2021 sudah diarahkan kepada peningkatan pendapatan sehingga tanamannya dikonsentrasikan pada tanaman-tanaman produktif yang bisa dalam jangka panjang.

Kemudian desa bebas sampah, kecuali ekonomi walaupun bobotnya tidak besar, program ini lebih banyak pada reformasi sosial bagaimana mengubah pola pikir mengelola sampah, memilah sampah kemudian menjadi produktif.

Sampah tidak hanya menjadi masalah tetapi menjadi barang produktif sehingga melalui reformasi sosial tentang sampah itu ke depannya lingkungan akan menjadi lebih baik sehingga mendukung RKP 2021 dengan tema nasional mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial.

Guna mendukung desa bebas sampah, Pemkab Temanggung membentuk dewan persampahan di tingkat kabupaten sebanyak 12 orang, kemudian tim fasilitator persampahan tingkat kecamatan 88 orang, fasilitator persampahan tingkat desa 1.254 orang.

Kemudian di tingkat bawah masing-masing RT dua orang yaitu ada 11.280 orang yang bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana memilah, memilih, dan mengelola sampah dengan baik sehingga bisa bersinergi dengan program-program yang lain.

Masyarakat dari setiap rumah tangga dibina agar memilah sampah di rumah, mana yang bisa diolah menjadi komposter, didaur ulang menjadi sumber ekonomi. Lalu, hanya sampah residu nantinya yang akan diambil untuk dibawa ke TPA.

Tani pekarangan dengan desa bebas sampah arahnya adalah pengembangan ekonomi lokal dan reformasi sosial. Tani pekarangan adalah pengembangan ekonomi lokalnya sehingga tumbuh, walaupun terdegradasi covid -19.

“Kami akan berusaha menstabilkan kemudian peningkatan step by step dari tani pekarangan yang langsung menyentuh ke masyarakat. Kemudian, desa bebas sampahnya ini adalah reformasi sosial dari bagaimana mengubah maindset masyarakat,” katanya.

Kembali ke Dasar

Bupati Temanggung M. Al Khadziq menyampaikan dampak covid -19 menjadikan melemahnya ekonomi secara keseluruhan.

blank
Bupati Temanggung, M Al Khadziq. Foto: Yon

Pihaknya berusaha memperbaiki ekonomi sambil menunggu iklim ekonomi membaik, karena membangun ekonomi secara mandiri tidak bisa terkait dengan kawasan, iklim ekonomi nasional, iklim ekonomi regional yang juga belum membaik karena dampak covid -19.

Oleh karena itu Pemkab Temanggung mencoba strategi yaitu kembali ke dasar, kembali ke masyarakat, perkuat ekonomi rumah tangga dengan melakukan gerakan ekonomi yang sangat mikro, setiap rumah tangga melakukan pertanian pekarangan yang produktif.

Secara ekonomi harapannya kalau setiap keluarga itu mandiri maka dalam lingkup kabupaten ekonomi akan mandiri dan bisa berkelit dari iklim ekonomi yang belum membaik.

“Harapannya seperti ini, sejak rumah tangga kita mandirikan sampai nanti seluruh kabupaten jadi ikut mandiri sambil menunggu perbaikan ekonomi di tingkat regional sehingga nanti industri kecil, menengah, industri besar jadi berkembang lagi,” katanya.

Ia mengatakan tema nasional pemulihan ekonomi dan reformasi sosial, di Kabupaten Temanggung diterjemahkan menjadi pemulihan ekonomi, pemerataan pembangunan wilayah, dan pelestarian lingkungan hidup.

Pemulihan ekonomi sebagaimana diketahui bahwa masyarakat terdampak COVID-19 sehingga terjadi kelemahan ekonomi maka program-program ekonomi difokuskan pada peningkatan ekonomi masyakat dalam skala yang paling kecil, yaitu masyarakat di desa-desa.

Khadziq menyampaikan Mustika Desa adalah inovasi yang diprioritaskan dan merupakan program berkelanjutan berjangka panjang. Semua unsur masyarakat sampai di tingkat RT dilibatkan aktif sehingga ada kesinambungan dengan pemerintah.

“Gerakan tani pekarangan, kami mengajak semua penduduk, masyarakat tanpa terkecuali untuk menginvestasikan setiap bulan dana masyarakat untuk berkegiatan tani pekarangan,” katanya.

Jika tahun 2020 kegiatan tani pekarangan untuk menanam tanaman guna mencukupi gizi keluarga, tahun 2021 diarahkan menanam tanaman yang produktif untuk peningkatan ekonomi.

Di sinilah semua masyarakat, termasuk penerima PKH di Kabupaten Temanggung itu terlibat. Ada 33.000 keluarga penerima PKH yang setiap bulan menyisihkan dana PKH, jangan semuanya dipakai untuk kepentingan konsumtif semata, tetapi sisihkan sebagian uangnya diinvestasikan dalam kegiatan tani pekarangan.

Demikina juga para penerima BLT, baik BLT bersumber dari dana desa maupun bansos dari pemerintah kabupaten, provinsi dan dari kemensos diminta mereka untuk tidak menggunakan dana itu untuk kepentingan konsumtif semata, tetapi juga menyisihkan sebagian uangnya dalam gerakan tani pekarangan.

Melalui pendampingan secara intensif dari seluruh penyuluh pertanian tingkat kecamatan dan penyuluh pertanian wilayah binaan sehingga masyarakat berkegiatan pertanian secara intensif untuk mendapat hasil maksimal.

“Desa membantu masyarakat buat kegiatan tani pekarangan, masyarakat menginvestasikan dana-dana masyarakat untuk kegiatan tani pekarangan, pemerintah kabupaten juga memberikan program-program tani pekarangan di tengah masyarakat,” katanya.

Menurut dia Mustika Desa adalah representasi dari inovasi Pemkab Temanggung yang mengolaborasikan potensi modal sosial dan lingkungan antara pemerintah dengan kelompok masyarakat.

Melalui cara ini, katanya ada stimulus untuk menumbuhkan kepedulian bersama bagaimana memulihkan ekonomi, terutama yang terdampak COVID-19.

Target dari program ini adalah penurunan jumlah keluarga miskin, melalui upaya pemberdayaan masyarakat di mana pelaksanaannya berkoordinasi dengan komunitas peduli lingkungan.

Temanggung merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya merupakan perdesaan, yakni terdapat 266 desa, maka pemulihan ekonominya pun berpijak pada desa, karena sebagai kunci penurunan kemiskinan.

Menurut Khadziq dari sinilah kemudian yang menjadi unggulan adalah pengembangan tani pekarangan dan desa bebas sampah sebagai contoh inovasi pemulihan ekonomi masyarakat berbasis kolaborasi governance di Temanggung.

Pemulihan ekonomi tidak hanya fokus pada peningkatan pendapatan atau pemenuhan kebutuhan sesaat, tetapi pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan potensi desa meliputi alam, manusia, dan teknologi secara berkelanjutan.

“Mustika Desa dilatarbelakangi pula oleh tantangan pencapaian pembangunan di tahun 2021, dengan target tingkat kemiskinan 10,35 persen, tingkat pengangguran terbuka 3,10 persen, pertumbuhan ekonomi 3,85 persen, dan pendapatan per kapita Rp29.800.000,” katanya.

Kepala Desa Rejosari, Kecamatan Bansari Teguh Rahayu mengatakan melalui inovasi Mustika Desa masing-masing keluarga bisa mandiri, paling tidak untuk mencukupi kebutuhan keluarga melalui tani pekarangan.

“Untuk tani pekarangan alhamdulillah tahun pertama bisa memenuhi kebutuhan keluarga, otomatis di sini mengurangi pengeluaran uang belanja atau biaya hidup warga kami, di tahun 2021 harapannya disamping dapat mnemenuhi kebutuhan sendiri, nanti bisa dijual sehingga dapat menambah penghasilan keluarga,” katanya.

Berkaitan dengan permasalahan sampah, katanya tahun 2019 pihaknya sudah mulai menanganinya tetapi secara manual sehingga masih kesulitan untuk menangani sampah residu.

Kemudian tahun 2020 melalui APBDes pihaknya menganggarkan pembelian alat pemilah sampah dan destilator.

Menurut dia pembelian pemilah sampah untuk memilah sampah organik dan nonorganik. Sampah organik bisa langsung menjadi pupuk, setelah dua bulan bisa langsung dijual atau dimanfaatkan masyarakat. Sampah nonorganik yang bisa dijual langsung diambil pengepul rongsok.

Kemudian sampah residu yang semula belum bisa diolah, pada 2020 melalui pembelian destilator atau pembakar sampah residu maka sampah yang tidak bisa dijual itu masih bisa dimanfaatkan.

Ia menyebutkan sampah residu bisa menghasilkan dua macam bahan, yakni abu yang dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan batako, kemudian menghasilkan cairan fungisida untuk penyemprotan atau pemberantas jamur.

“Melalui sampah ini kami juga memberdayakan para istri pengelola sampah di sini, yaitu membuat pembibitan untuk penyediaan tani pekarangan guna ditanam oleh masyarakat,” katanya.

Ia menuturkan di sini menyediakan berbagai tanaman hortikultura, seperti kobis, cabai, dan tomat sehingga kegiatan ini dapat menyerap tenaga kerja dan juga menambah pengahsilan ekonomi mereka.

Warga Desa Rejosari, Kecamatan Bansari Teguh Ananto yang membudidayakan tanaman hias menyampaikan melalui tani pekarangan lingkungan menjadi sejuk, selain itu bisa menambah penghasilan.

“Tanaman hias sekarang sedang digemari dan diminati masyarakat dan saya meminta para tetangga untuk ikut memanfaatkan pekarangannya untuk bertani tanaman apa pun,” katanya.

Inovasi Mustika Desa yang menggiatkan tani pekarangan dan pengelolaan sampah merupakan perpaduan tepat karena sampah organik juga mengahasilkan pupuk bisa dimanfaatkan untuk tanaman yang ada di pekarangan warga.

Melalui pengelolaan sampah yang baik, sampah bukan menjadi masalah bagi lingkungan tetapi justru menjadi berkah bagi masyarakat.

Ant-wied