blank
Partini (36) sedang memilah jamur untuk dibuat menjadi jamur crispy di rumahnya. Foto: Ning

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dengan cekatan tangan Partini memilah-milah jamur yang baru dibelinya dari tempat langganannya. Jamur-jamur tersebut selanjutmya dipotong-potong atau dengan istilah jawa, disuwir.

Partini (36), yang tinggal di Medoho III RT.02/01 mengerjakannya sendiri, karena sudah terbiasa. Jamur-jamur itu, satu demi satu disuwir-suwir sebelum dimasak menjadi jamur crispy.

Setelah jamur disuwir, lalu dicuci, dibumbui, dan dicampur dengan tepung, kemudian digoreng dan dikemas untuk siap dipasarkan.

Partini mengungkapkan, dirinya mulai menekuni membuat jamur crispy sejak merasakan dampak pandemi wabah virus Corona atau Covid-19 pada Maret 2020.

Sebelumnya, dia sudah menekuni membuat nasi kotak, snack (catering) dan sudah mempunyai pelanggan tetap seperti Biro Travel juga mahasiswa.Namun, sejak terdampak pandemi, pekerjaan tersebut harus ditinggalkannya.

Bukan itu saja, sang suami yang berprofesi membordir disebuah butik juga harus dirumahkan akibat pandemi. “Saya bersama suami sempat vacum selama sebulan, tapi kami tidak menyerah begitu saja untuk menghadapi kenyataan ini,” kata Partini saat ditemui di rumahnya, Minggu (14/2/2021).

Partini yang mempunyai dua anak tersebut juga sempat ikut temannya berjualan buah nanas madu, yang mana dari satu buah nanas dirinya bisa mengambil keuntungan sebesar Rp.2000.

“Saya sempat ikut berjualan buah nanas madu dengan keuntungan Rp2000 per buah, karena saya berpikir yang penting ada pemasukan,” ungkapnya.

Saat itu, Partini mengaku dirinya merasa terpuruk. Namun dengan semangatnya yang luar biasa dia berfikir bagaimana caranya membuat makanan yang awet untuk dijual, karena harus bangkit dari keadaan ini.

“Karena tidak mungkin saya harus pasrah dengan keadaan seperti ini. Akhirnya, saya mencoba membuat jamur crispy,” ucapnya.

Pertama kali Partini membuat jamur crispy, dia menawarkannya kepada teman dan tetangga secara gratis untuk mencicipi jamur crispy buatannya.

Tak hanya itu, Partini juga mempromosikan jamur crispynya melalui iklan-iklan. Hingga pada akhirnya dirinya mulai berjualan secara online. 90 persen jamur crispy buatan Partini dijual secara online.

Seiring berjalannya waktu, dirinya bertemu dengan dosen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Partini pun diajak ikut seminar kajian halal dari Undip, hingga pada akhir September 2020 dirinya bisa mengantongi ijin halal.

Selain dijual secara online, jamur crispy (Yebishu) tersebut juga dijual oleh orang lain secara berkeliling. Orang tersebut, cukup membantu dalam memasarkan jamur crispy buatan Partini.

Setiap pagi, dia mengambil jamur crispy di rumah Partini, dan sore harinya dia bayarkan uang hasil dagangnya atau setorannya.

Setiap bulannya, Partini mampu membuat 500 hingga 600 bungkus, baik kemasan kecil maupun besar. Dirinya sangat bersyukur karena usaha jamur crispynya bisa menopang ekonomi untuk keluarganya.

Namun, Partini saat ini masih membutuhkan chanel untuk memasarkan dagangannya. Dirinya berharap usahanya bisa berkembamg besar dan bisa membuka peluang untuk reseller.

Ning-mul