blank

Amir Machmud NS
Nyala Berita Seperti Api
(Refleksi HPN 2021)

berita media menyala seperti api
membakar lalu tiba-tiba memadam seketika
ayat-ayat apa yang ditinggalkannya?

sinar akhbar menyuar seperti pijar
memancar lalu menguar
ke mana arah angin berkibar?

menguap ke mana berita-berita
tentang korupsi yang makin menjadi
tentang koruptor yang makin berwajah tega
merenggut bantuan sosial tak kenal rasa
saat kita diremuk redam bencana

ke mana nurani mengenyahkan diri
membenam tak peduli
benih lobster teganya dikangkangi
sumber-sumber hidup dieksplorasi

bisa-bisanya selalu ada kata
yang seolah-olah memaklumi
yang menolak dihakimi
yang verbal mengarang justifikasi
menjadikannya peristiwa biasa
dan wacana hukuman mati pun
berlalu sia-sia
tanpa memberi efek jera

sekuat apa media memberi ruang
menyampaikan kebenaran
mewakili manusia dan kemanusiaan
mengungkapkan keadilan
tak terusik gelap hati influencer dan buzzer?

langit timur 9 Februari
menyemburatkan kanvas samar
dengan lukisan abstrak
tentang lorong-lorong temaram
: ke mana dan untuk siapa
media menggiring opininya
seperti apa
menyalakan ghirah-nya.
(2021)

 

Amir Machmud NS
Mampukah Kalian Meraba Alam?

dengan bijak kata dan kalimat
mampukah kalian meraba alam
memahami lekak-liku penjuru
yang tiba-tiba terasa asing dan memedihkan?

lihatlah kekuatan yang saling berdesakan
mata angin terkapling kepentingan
langit laut bumi sesak klaim kekuasaan

lewat mata lewat telinga lewat kata
kalian memotret keyakinan
: tentang kebenaran
tentang keadilan
tentang kemanusiaan

resapilah, coba resapi dengan kearifan
kalian berdiri dalam kepung orientasi
saling menggoreng keseimbangan
tarik-menarik kencang opini

sesuram itukah mata hati?
serunyam itu kebenaran termaknai
sebagai kebohongan
sedangkal itu kebohongan teropini
menjadi kebenaran
serendah itukah keadilan terdominasi
oleh tafsir kekuasaan?

kemanusiaan pun sekadar atas nama
mereka yang kehilangan sifat-sifat manusia

kita bukan penafsir kata
bukan penunggang diksi dan narasi
bukan penjaja pesan dan citra
hanya untuk memuaskan mereka
yang tak pernah berhenti menggumuli kekuasaan

relakah kalian gagal memberi tafsir
padahal seharusnya menjadi sang penafsir?
(2020)

 

Amir Machmud NS
Sepotong Profesi

ucapkan dengan bangga
: kau wartawan
seperti kusampaikan tanpa ragu
tentang sepotong profesi
untuk seluruh hidup
tentang seluruh hidup
untuk sepotong profesi

jangan berpaling
karena ia jiwa
jangan kau pergi
karena ia cinta

katakan apa saja
dan aku akan menjawab bangga
karena ini jiwa
hidup yang menghidupi
menghidupi api hidup
tanpa basa-basi

profesi di silang jalan
entah berapa kali dijungkirbalikkan
kesetiaan tak terperi
tak sirna cinta
tak pergi jiwa
karena ini hidupku

saat tiba rongrongan sandyakala
terompet kematian
tuntutan adaptasi teknologi
dunia yang terus bergerak
aku tetap di sini
dengan cinta yang sama
dengan etika tak berbeda.
(2019)

 

Amir Machmud NS
Kau Bawa ke Mana Naskah Itu?

kau bawa ke mana naskah itu
untuk kau tiup dan kau tebar
kepada siapa kau berkabar
mensyiar atau menguar
menerang atau merembang
di tengah kepung kepentingan
yang saling bersandar punggung
dengan arah berseberangan

kau tuliskah naskah tanpa pilihan
keputusan hati
untuk apa untuk siapa agar bagaimana
kau pilih tema
dan layar kau bentang ke mana

semua menuntut paripurna
idealisme di ruang hampa
sebagian meminta kau jadi mereka
sebagian menarikmu ke sana
kau tahu pula
tak ada kepentingan yang rela
kau bermukim di habitat bening semesta
tak ada kekuatan yang legawa
kau beri ruang yang sama

sekuat apa berdiri di tonggak nurani
padahal kau bukan pertapa
bukan pula si zuhud
yang memunggungi dunia
mengarungi keyakinan
menempuh idealisme
dengan hati liat
dengan jaminan hidup kuat
agar orang tak gampang melaknat

bijakkah meminta wartawan
istikamah mematung menegak kebenaran
menjadi gantungan semua orang
dengan kondisi meriang
dengan masa depan mengambang?
(2019)

 

Amir Machmud NS
BIARKAN MEREKA MERASA JADI PANGLIMA OPINI

Biarkan Mereka Merasa Jadi Panglima Opini

bukankah kau punya semesta
yang hanya kau memiliki
biarkan mereka merasa jadi panglima opini
dengan status-status seram
membombardir dengan cuitan yang berlagak
memajang instastory mau menang sendiri
: lalu dunia mereka kuasai
salah-benar urusan nanti

jangan galau memilih profesi ini
yang seharusnya punya jalan sendiri
yang tak seharusnya kau lemahkan
dengan luap ketidakyakinan

hanya karena kisah rumah-rumah
yang tumbang satu per satu
dari sandyakala menjadi nyata
menyodorkan rembang masa
era yang bergerak
siapa mampu membendung arusnya?

masih luaskah semesta kita
menyulam percaya dan keteguhan
menjadi pilar kebangsaan