blank
Nasi dan sate srepeh. Sensasinya, nasi di atas daun jati, diguyur sayur lalu dimakan bareng sate. Foto: Istimewa

KAUM foodish akan selalu mencari dan terus mencari hal baru, pengalaman baru, sensasi baru di dunia kuliner. Kaum foodish atau pencinta kuliner, selalu memburu aneka makanan, sajian, jajanan di mana saja. Bukan untuk memanjakan perut atau memuaskan nafsu makannya, tentu saja.

Ya, kuliner adalah kekayaan budaya sudah bangsa. Menikmati kuliner suatu daerah, sama dengan menikmati sebuah perjalanan wisata. Maka, apa sih yang sekarang tidak bia dijual atas nama pariwisata. Ya, makanan, jajanan, dan hal-hal yang berkaitan dengan makan pun menjadi salah satu jenis wisata penting. Wisata kuliner.

Menikmati kuliner daerah adalah sebuah sensasi. Sebuah pengalaman yang bisa diceritakan kepada siapa pun. Mungkin namanya sama dengan di daerah lain, tetapi bisa jadi rasanya sangat berbeda. Mungkin rasanya mirip, tetapi bahan bakunya berbeda. Itulah cita rasa kuliner.

blank
Disebut sate serepeh karena ada ini, daging ayam yang ditusuk lalu dibakar. Inilah maskot sate srepeh. Foto: Ist

Sate Srepeh

Hampir semua dari kita pasti pernah makan sate. Bagi yang vegetarian pun bisa menikmati sate misalnya jamur, tempe, tahu, atau yang lain. Pernahkah mendengar kata sate srepeh? Nah, ini kekayaan kuliner baru bagi para foodish yang belum pernah menikmatinya.

Sate srepeh adalah kuliner khas kota Rembang, kota pesisir di pantai utara Jawa Tengah bagian timur. Seperti juga daerah lain yang punya kuliner khas, begitu juga dengan sate srepeh ini. Daerah Sumberejo, Rembang, dulu dikenal sebagai sentra kuliner sate srepeh ini, karena di sanalah banyak warung yang menyediakan makanan ini. Sekarang masih ada beberapa di sana.

Seperti sate hamper sama seperti sate pada umumnya. Disajikan dengan bumbu kacang. Tetapi bukan bumbu kacang seperti sate pada umumnya. Bagi yang pernah menikmati tahu campur atau di Semarang ada tahu gimbal, nah mirip seperti itulah bumbu kacangnya.

Penjual menyiapkan bumbu, lalu setelah itu mengambil nasi yang terbungkus daun jati. Uniknya, nasi ini bentuknya seperti lontong. Tetapi ketika kita belah pakai sendok, yang seperti nasi biasa, bukan lontong. Hanya bentuknya saja yang mirip.

Selanjutnya, nasi bungkus daun jati itu dibuka di atas piring diguyur dengan kuah lodeh, kemudian ada tahu. Jadi nasi dan sayurnya di atas daun jati. Sensasional kan, foodish?

Lalu sate disediakan dalam piring, dan kita nikmati seperti menikmati sate biasa. Ya itulah cara menyajikan sate srepeh. Lalu satenya mana? Nah, penjual akan bertanya, mau daging atau jeroan ayam?

Oh ya, disebut sate srepeh karena ada bumbu warga merah. Bumbu yang berbahan santan dan gula jawa inilah yang disebut srepeh, yang diguyurkan daging sate ayam. Dengan bumbu ini, tusukan daging itu akan menjadi lebih nikmat saat dibakar.

Sensasi pedas dan segar akan terasa saat kita menikmati sate srepeh. Sendok nasi yang telah diguyur sayur lodeh tahu, lalu ambil satenya. Goyang-goyangkan sate itu pada bumbunya, lalu kita santap. Ada kuah lodeh sruuuuuppppp, ada klethis-klethis bumbu kacang yang memang tidak diuleg sampai lembut.

blank
Warung sate srepeh Bu Slamet yang legendaris. Foto: Ist

Salah satu warung sate srepeh yang cukup dikenal di antaranya warung Makan Bu Slamet di Jalan Dokter Wahidin Rembang. Memang lokasinya tidak di pinggir jalan. Melewati jalan pantura, bila dari arah barat (Semarang) kita masuk ke kanan tidak terlalu jauh. Nah, gunakan saja panduan GPS di ponsel para foodish, pasti sampai.

Nah jangan sampai terlewatkan bila datang ke Rembang. Atau mungkin ketika melakukan perjalanan dari Semarang ke Tuban, mampir dulu makan sate srepeh. Di Rembang kita tak cuma bisa menikmati sate srepeh. Ada lontong tuyuhan yang terkenal itu. Dan, jangan lupa, minuman bersoda dari buah kawis. Bila cuaca panas, minum kawis bersoda ini bena-benar menyegarkan.

Selamat berwisata kuliner di Jawa Tenga foodish…. Jangan lupa, jaga protokol kesehatan. Cuci tangan pakai sabun, pakai masker, jangan berkerumun.

Widiyartono R.