blank

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Sejak masa pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model jarak jauh alias daring. Apalagi di tahun 2021, masa belajar daring masih diberlakukan karena masa pandemi masih dalam tingkat waspada. Kondisi dan situasi ini tentu memicu kejenuhan belajar para siswa sehingga mengakibatkan turunnya motivasi belajar.

Hal tersebut mendorong dosen dan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Semarang untuk melakukan kegiatan PkM atau Pengabdian kepada Masyarat berupa pelatihan kepada guru SMA Negeri 4 dengan tema “ Strategi Guru dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar Daring Siswa SMAN 4 Semarang” yang dilaksanakan pada Sabtu, 16 Januari 2021.

Sejumlah 25 guru mengikuti pelatihan dari tim yang beranggotakan dosen, yaitu Maria Yuliana Wangge, S.Pd., M.Psi., Psikolog dan Agung Santoso Pribadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog dengan dibantu oleh mahasiswa yaitu Vivit Kartika dan Umi Farida Febriani. Meski dilaksanakan secara daring, namun keterlibatan mahasiswa juga diperlukan mengingat selain proses pelaksanaan pengabdian yang membutuhkan tenaga pengawas daring, juga mahasiswa dapat belajar untuk menambah wawasan ilmu yang digelutinya.

Dalam proses pelaksanaannya, kegiatan ini dipandu Agung Santoso Pribadi sebagai moderator dan Maria Yuliana Wangge selaku narasumber. Adanya pembagian tugas sebagai moderator dan narasumber ini menjadikan koordinasi dan komunikasi dalam tim tetap berjalan dengan lancar. Sebagai moderator, Agung mengatakan bahwa kegiatan ini membuat guru menjadi lebih memahami bagaimana mengatasi kejenuhan belajar daring yang ditunjukkan dengan adanya pertanyaan. Sedangkan sebagai narasumber, Maya mengatakan bahwa kegiatan ini menarik bagi guru, hal ini dikatakannya setelah melihat bagaimana antusiasnya para guru ketika melakukan simulasi atau praktik Tertawa Sejenak yang dipandunya sebagai salah satu cara memotivasi diri sendiri.

Sebagaimana disampaikan dalam pelatihan, Maya mengatakan bahwa proses pembelajaran daring mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah lebih leluasa dalam mengatur waktu, penggunaan berbagai aplikasi dalam metode pembelajaran, situasi belajar yang lebih mandiri, dan fleksibilitas metode pengajaran. Namun demikian, kekurangannya adalah masih adanya keterbatasan dari guru dan siswa dalam penguasaan teknologi dan informasi, sarana dan prasarana serta akses internet yang juga terbatas, sampai situasi terkait pengelolaan anggaran. Hal inilah yang disebutkan Maya memicu adanya permasalahan baru berupa dampak psikologis yang ditunjukkan dengan kejenuhan belajar daring pada siswa.

Bersama, kemudian tim menyoroti bahwa terdapat beberapa faktor pemicu munculnya kejenuhan belajar daring ini, yaitu metode belajar yang monoton, tugas yang banyak, iklim belajar yang kurang kondusif terkait situasi lingkungan sekitar terlebih terkait dengan tekanan belajar. Dalam prosesnya, tim kemudian memberikan suatu strategi yang bisa dilakukan oleh guru dan siswa; seperti : bagi guru disarankan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat, inovatif, dan kreatif dengan menggunakan dan memaksimalkan berbagai konten dan aplikasi yang ada di sekitar secara nyata ataupun di dunia maya; serta seringkali melakukan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas. Sedang bagi siswa, strategi yang disarankan adalah adanya pembuatan jadwal kegiatan di rumah termasuk bagaimana meluangkan waktu istirahat yang cukup sehingga tetap bisa berkonsentrasi dan penataan kembali lingkungan belajar sehingga situasi belajar di rumah menjadi menarik dan kondusif.

Terakhir, adanya simulasi yang bertemakan “Tertawa Sejenak” yang dipandu oleh tim yang bertujuan selain sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kejenuhan, juga diharapkan dapat ditularkan para guru kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar; mendapatkan komentar positif dari guru seperti Ginah dan Acin Mahir yang sepakat mengatakan bahwa kegiatan pelatihan ini memberikan inspirasi dan motivasi penyegaran dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 4 Semarang.

Saiful Hadi-USM