blank
Acara penyerahan hibah sumur resapan di Ruang Pertemuan Bappeda Kota Magelang, (Bag Prokompim, Pemkot Magelangt)

 

MAGELANG (SUARABARU.ID) – USAID Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene – Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) mengenalkan konsep perilaku utama untuk pencegahan penyebaran Virus Covid-19 yaitu 3M PLUS 2M.

3M pertama yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun. Sedangkan PLUS adalah ‘Penyehatan Lingkungan Untuk Semua’ dengan cara peningkatan akses air minum dan sanitasi.

‘’3 M ini tidak cukup harus ditambah dengan 2M, yaitu mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Sehingga kita akan terus berpartisipasi dalam pencegahan penularan Covid-19 dalam kehidupan sehari-hari,’’ tegas Perwakilan USAID IUWASH PLUS, Alifah Lestari.

Dia mengemukakan itu saat menyerahkan hibah barang berupa sumur resapan kepada Pemkot Magelang beberapa hari lalu.

Alifah menerangkan, tidak mudah bagi pihaknya melaksanakan seluruh rangkaian program implementasi peningkatan akses air minum dan sanitasi serta perbaikan perilaku higiene masyakarat di masa pandemi Covid-19 ini. Namun pihaknya bersyukur adanya dukungan warga, khususnya warga RW 07 Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, telah melancarkan segala sesuatunya.

Sumur resapan ini terpasang di 21 titik tersebar di Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara.

Pembangunan sumur resapan senilai total Rp 48 juta ini merupakan tindak lanjut kerjasama Pemkot Magelang dengan USAID IUWASH – PLUS untuk meningkatkan akses air minum bagi masyarakat di wilayah ini.

Selain itu, juga sebagai aksi nyata hasil Kajian Kerentanan Mata Air (KKMA) untuk mengkonservasi sumber mata air Tuk Pecah sebagai satu-satunya sumber mata air yang berada di Kota Magelang.

Penandatanganan naskah hibah dilaksanakan bersamaan dengan Workshop Closing Program Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Melaksanakan Rencana Aksi Kajian Kerentanan Mata Air (KKMA) Melalui Sumur Resapan, di Ruang Pangripta Bappeda Kota Magelang.

Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina, Plt Kepala Bappeda  Handini Rahayu, perwakilan USAID IUWASH PLUS, perwakilan Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS), dan beberapa pejabat Pemkot Magelang.

Windarti Agustina menjelaskan, pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat di Kota Magelang saat ini mengandalkan dari mata air atau air tanah. Sedangkan sebagian besar mata air berada di luar wilayah Kota Magelang.

‘’Dari 6 mata air sumber air minum Kota Magelang, 5 di antaranya berada di wilayah Kabupaten Magelang, hanya sumber mata air Tuk Pecah yang berada di wilayah Kota Magelang,’’ terangnya.

Windarti juga menunjukkan data hasil studi KKMA yang dilaksanakan oleh USAID IUWASH PLUS. Didapat fakta bahwa debit semua mata air sumber air minum penduduk Kota Magelang mengalami penurunan, disebabkan semakin berkurangnya daerah imbuhan mata air/ tangkapan air (Catchment Area).

Berdasarkan Studi Kerentanan mata air Tuk Pecah, lanjutnya, sumber mata air yang memiliki luas sekitar 10.349,21 hektar tersebut terus mengalami penurunan debit air.

Jika dibandingkan dengan debit tahun 2005 didapat fakta, bahwa debit mata air Tuk Pecah pada tahun 2019 telah mengalami penurunan 30,14 liter per detik hingga 125,86 liter per detik, atau mengalami penurunan 8 sampai 16 liter per tahun.

Karena itu Windarti memastikan komitmen Pemkot Magelang untuk menjaga dan melindungi kelestarian dan kesinambungan pasokan air baku mata air Tuk Pecah, mengingat fungsi dan peranan mata air Tuk Pecah sebagai sumber utama penyediaan dan pelayanan air minum bagi masyarakat Kota Magelang.

‘’Kita juga pastikan bahwa Pemkot Magelang akan meneruskan program konservasi air melalui replikasi pembuatan sumur resapan air hujan ini ke depan, serta mencari alternatif sumber air minum dan konservasi air hujan untuk keberlanjutan penyediaan air minum,” ujarnya.

 

 

Penulis : prokompim/kotamgl

Editor   : Doddy Ardjono