blank
Stasiun Mayong yang sekarang menjadi lobi Hotel MesaStila Magelang (Foto: suaramoeria)

JEPARA (SUARABARU.ID)- Stasiun Mayong yang dahulu terletak di desa Pelemkerep, Kabupaten Jepara, merupakan stasiun yang dibangun oleh perusahaan Kereta Api Semarang Joana Stroomtram Maatscappij (SJS) pada tahun 1873.

Stasiun Mayong dengan rute Kudus-Mayong-Gotri-Pecangaan, secara resmi dibuka pada tahun 1887. Sebelumnya, pada tahun 1885 SJS juga telah membuka rute Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana. Terakhir, pada tahun 1900 rute Mayong-Welahan dibuka dan diresmikan.

blank
Jalur Kudus-Mayong-Pecangaan tempo dulu. (Foto: google)

Stasiun yang di masanya menjadi armada transportasi mebel, furniture dan gula ini mempunyai cerita bersejarah yang berkaitan erat dengan RA. Kartini.

Dalam salah satu suratnya RA. Kartini mengatakan, “Jangan terbang terlampau cepat di atas jalur-jalur yang rata. Kamu monster beruap yang bersin-bersin, jangan membiarkan perjumpaan indah ini berakhir dengan begitu cepat…” (RA. Kartini, Tropenhitte de Hollandsche knod KNILM Nieuws 1 Januari 1937, hlm. 93-94).

Stasiun yang terletak di desa tempat kelahiran RA. Kartini ini, tepatnya berada di depan SMPN 2 Mayong yang sekarang berubah fungsi menjadi kios dan toko.

Sedangkan bangunan stasiun Mayong telah diboyong oleh sebuah perusahaan Hotel MesaStila, dijadikan sebagai lobi hotel. Hotel yang beralamat di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.

Sangat disayangkan, bangunan bersejarah sebagai Cagar Budaya dan salah satu aset Jepara kini keberadaanya justru tidak ada di Jepara.Sebuah ironi dalam pelestarian sejarah di Jepara. Seperti yang dilansir dari detikTravel.

 “Stasiun Mayong ini tadinya adalah bangunan yang terlupakan di Mayong, Jepara. Jalur keretanya sudah nggak ada. Kita pindahkan ke sini dan jadi bagian resepsionis hotel,” kata Director of Marketing Mesa Hotel and Resorts, Sri Utami, Rabu (26/5/2013).

“Ini adalah upaya menyelamatkan sebuah bangunan heritage, kalau nggak begitu mungkin dibongkar jadi kayu bakar. Setelah lebih dari 100 tahun berlalu, stasiun ini diboyong ke MesaStila pada 2001. Kami rakit ulang di sini, kayunya, teralisnya masih sama, ubin saja yang berbeda,” kata Sugeng, Director of Sales and Marketing MesaStilla Magelang, seperti diwartakan detikTravel.

Dari beberapa Blogers, serta pemerhati sejarah Jepara yang dihubungi oleh suarabaru.id sangat menyayangkan bangunan bersejarah tersebut berada di luar Jepara.

Salah satunya adalah Susi Susindra yang aktif menulis tentang sejarah Jepara. Dalam blognya yang bernama Cakrawala Susindra menyinggung proses jual beli bangunan Stasiun Mayong tersebut kepada pihak Hotel MesaStila pada tahun 2001 silam.

“Saya agak geram saat tahu tentang bangunan stasiun itu telah menjadi lobi hotel. Tapi mencoba memahami alasan puitis pihak pengelola hotel yang menyatakan bahwa stasiun ini diselamatkan untuk dilestarikan agar tidak punah. Saya cek kembali di daftar cagar budaya, ternyata baru didaftarkan sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tanggal 21 April 2019 tapi masih dalam peninjauan. Tinggal bagaimana Pemerintah Jepara mampu membelinya atau membuat replikanya”, ujarnya.

Ia berharap Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Tim Penyelamatan dan Pelestarian Cagar Budaya (TPPCB) Kabupaten Jepara lebih serius untuk nguri-uri tinggalan sejarah di Jepara. “Yang sudah hilang hanya bisa dikenang, yang masih ada bisa ditelusuri. Banyak bangunan tua di Jepara yang menanti dilirik”, tutupnya via watsApp kepada suarabaru.id

Hadepe / ua