blank
Ketua FKUB Wonosobo Dr H Z Sukawi MA menanam pohon kerukunan di halaman Kantor Kementerian Agama. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-75 tahun 2021 ditandai dengan penanaman pohon kerukunan di halaman Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Wonosobo oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dr H Z Sukawi MA dan Plt Kepala Kemenag Mahbub.

Penanaman pohon kerukunan tersebut sejalan dengan tema besar HAB ke-75 tahun 2021, “Indonesia Rukun”. Kerukunan menjadi simbol dan akar kekuatan bagi tegak dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era revolusi industri 4.0 ini.

Ketua FKUB Wonosobo Dr H Z Sukawi MA, Jumat (8/1), menyebut Kerukunan itu dinamis yang terkadang berkembang atau menyusut, kuat atau lemah, timbul atau tenggelam, bersemi atau berguguran.

“Arah dinamika kerukunan biasanya tergantung teori yang digunakan untuk menganalisisnya, misalnya teori linieritas, sirkuler, dialektis dan fluktuatif,” ujar Wakil Rektor I Universitas Sains Al Quran (Unsiq) Jawa Tengah di Wonosobo itu.

Oleh karena itu, menurut dia, merawat dan menjaga kerukunan perlu melibatkan berbagai pihak. Berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat lintas, agama, iman, budaya dan generasi.

“Karena kerukunan itu dinamis maka untuk menjaga dan merawat kerukunan di Wonosobo dibarengi dengan gerakan menanam pohon sebagai simbol kehidupan kerukunan dan kedamaian yang selalu berkembang dan berkelanjutan (pohon kerukunan),” sambungnya.

Menurut Sukawi, konsep “pohon kerukunan” terinspirasi dari sumber ajaran agama-agama baik agama timur tengah, timur dekat, timur jauh maupun agama-agama suku (hankung).

Datangkan Manfaat

blank
Wakil Rektor I Unsiq Jateng di Wonosobo, Dr H Zaenal Sukawi MA. (Foto : SB/Muharno Zarka)

“Pohon kerukunan yang dimaksudkan bukan sembarang pohon. Tetapi pohon yang selalu mendatangkan kemanfaatan dan keberkahan untuk semua umat manusia di mana pun berada,” tandasnya.

Dalam hal ini, sebut dia, Al Quran menjelaskan dalam QS. Ibrahim 24-25 yang artinya, “Tidakkah kalian memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya kuat (menghujam ke tanah),”.

“Cabangnya lebat menjulang ke langit; pohon tersebut menghasilkan buah-buahan pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar selalu ingat,”

Disebutkan, melalui simbol pohon kerukunan, diharapkan umat manusia bisa memahami dan memaknai simbol yang diajarkan oleh sumber dari segala sumber kehidupan, yaitu Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kemudian, sambungnya, diimplementasikan melalui upaya menjaga dan merawat kerukunan dengan menerima berbagai perbedaan di masyarakat sebagai sebuah keniscayaan yang harus dapat diterima bersama.

“Sikap saling menerima, menghormati dan menghargai serta menjaga persaudaraan sesame anak bangsa, persaudaraan sesame makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa disamping sesame pemeluk agama intra, inter dan antar umat beragama,” paparnya.

Juga menjaga dan merawat kerukunan dengan simbol pohon kerukunan akan meningkatkan solidaritas, pengembangan ekonomi, social ditengah pandemi global Covid-19 ini.

“Salah satunya membangun kebersamaan dan persaudaraan masyarakat mewujudkan Wonosobo yang aman, damai, harmonis dan religious untuk Indonesia,” pungkas dia.

Muharno Zarka