blank
Seorang warga Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang terpaksa harus dibopong oleh personel Kodim 0705/ Magelang saat hendak menuju mobil yang membawanya mengungsi kembali. Foto: Yon

MAGELANG (SUARABARU.ID)- Masih ada 120 orang yang termasuk kelompok rentan yang belum mengungsi, terkait dengan aktivitas Gunung Merapi. Sebanyak 120 warga tersebut berasal dari di Dusun Batur Ngisor.

Sedangkan 200 warga Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang kembali ke pengungsian di Tempat Evakuasi Akhir ( TEA) Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kamis (7/1).

Dengan mengungsinya 200 warga dari Dusun Babadan 2 tersebut, hingga saat ini tinggal satu dusun saja yang warganya belum mengungsi.

“Dari sembilan dusun dari tiga desa di Kecamatan Dukun yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi, saat ini tinggal satu dusun yang warganya belum mengungsi. Yakni, Dusun Batur Ngisor, Desa Ngargomulyo,” kata Camat Dukun, Amin Sudrajad di sela-sela memantau proses evakuasi warga Dusun Babadan 2, Desa Paten, Kamis (7/1).

Amin mengatakan, tersebut hingga saat ini tercatat sebanyak 120 orang yang masuk kelompok rentan dan harus mengungsi terlebih dulu.

Menurutnya, warga di Dusun Batur Ngisor tersebut memilih belum mengungsi dengan alasan hingga saat ini masih menunggu hasil musyawarah dengan pihak terkait yakni pemerintah desa setempat .

Ia menambahkan, untuk warga dari Dusun Babadan 2 ini memilih kembali ke pengungsian di TEA Desa Mertoyudan, setelah mendapatkan sosialisasi dari BPPTKG Jogjakarta dua hari lalu.

“Setelah mendapatkan sosialisasi dari BPPTKG Jogjakarta mengenai kondisi Gunung Merapi yang terus mengalami peningkatan, akhirnya 200 orang kelompok rentan dari Dusun Babadan 2 ini mau untuk kembali ke pengungsian,” kata Amin.

Baru Seminggu Lalu

Kepala Dusun Babadan 2, Sudarno mengatakan,  para pengungsi dari dusun yang berjarak hanya  4 kilometer dari puncak Merapi tersebut, sebenarnya baru seminggu lalu meninggalkan pengungsian di Desa Mertoyudan.

Adapun alasan mereka  pulang kembali ke rumahnya masing-masing, karena mengalami kejenuhan selama di pengungsian sejak awal November 2020 kemarin.

“Sebenarnya kami baru seminggu lalu pulang dari lokasi pengungsian di Mertoyudan. Dan, kini memilih mengungsi kembali karena Merapi mengalami peningkatan,” ujarnya.

Sementara itu, proses keberangkatan warga yang tinggal di dusun yang berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi menuju pengungsian di Desa Mertoyudan, sempat  tertunda sekitar satu jam. karena hujan cukup deras melanda dusun tersebut.

Semula, warga telah sepakat untuk meninggalkan rumahnya untuk kembali ke pengungsian pada pukul 12.00 WIB, dan karena hujan  mereka berkumpul sekitar pukul 13.00 WIB.

Sedangkan, puluhan mobil yang sebagian besar merupakan mobil ambulance telah bersiap di titik kumpul sejak pukul 10.00 WIB. Selain menggunakan mobil ambulans, dari Kodim 0705/ Magelang juga menyiapkan dua armada truk.

Tetapi, karena jalan masuk ke Dusun Babadan 2 terdapat Jembatan Kali Jagang yang tidak bisa dilakukan armada truk, truk milik Kodim0705/ Magelang terpaksa menunggu di jalan raya menuju Pos Pengamatan Merapi di Babadan.

Sedangkan untuk memudahkan para pengungsi yang sebagian besar merupakan kelompok rentan, yakni lansia, anak-anak, balita dan penyandang disabilitas, sebagian dari pengungsi terpaksa diangkut secara estafet menggunakan armada ambulans atau mobil pribadi, hingga di jalan raya yang berjarak  sekitar 500 meter dari dusun tersebut.

Sesampainya di TEA Desa Mertoyudan, para pengungsi sebelum masuk ke dalam ruangan yang telah disediakan, di rapid tes oleh tim kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.

Yon-trs