blank

JEPARA (SUARABARU.ID)– Penyebaran Covid- 19 di Jepara terus meluas dan semakin mencemaskan. Dari data yang Senin ( 4/1-2021) malam diumumkan oleh Juru  Bicara Satgas Penganan Covid-19 Jepara sebanyak 78 orang yang terkonfirmasi Covid-19, adalah berasal dari 234 sampel test swab. Artinya angka positif rate harian Jepara adalah 27,4 persen. Sementara  badan kesehatan dunia WHO memberikan target 5 %.

Dengan demikian total akumulatif warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19 mencapai 4.280  orang. Dari jumlah ini yang dinyatakan sembuh 3.003 orang  (70,16 %), meninggal 288 orang (6,73 %) dan masih terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 989 orang atau (23,11 %).

Dari jumlah warga yang masih dinyatakan poistif terinfeksi virus corona, 148 orang dirawat di rumah sakit diberbagai daerah. Dari jumlah tersebut yang dirawat duiluar daerah adalah 82 orang dan sisanya sebanyak  66 orang di 6 fasilitas kesehatan yang ada di Jepara.

Dari portal resmi Satgas Penaganan Covid-19 Jepara yang diunggah tanggal 4 Januari 2021 jam 21.39 WIB dijelaskan, 66 orang yang dirawat di Jepara tersebut berada di RSUD RA Kartini sebanyak 14 orang, RS Rehatta 7 orang, RS Sultan Hadlirin 10 orang, RS Graha Husada  11  RS PKU Muhamadiyah Mayong 23 orang dan RS PKU Aisyiah 1 orang.

blank
Tigor Sitegar, salah satu pegiat budaya di Jepara

Banlog Perhari Rp.11,5 ribu, cukupkah ?

Sementara itu Tigor Sitegar, salah satu pegiat budaya di Jepara berharap Satgas Penanganan Covid-19 lebih bersungguh-sungguh menggendalikan penyebaran Covid-19. “Jika kita tidak memiliki karantina terpusat, maka mereka yang saat ini isman yang jumlahnya 900 orang  sulit dipastkan tetap tinggal di rumah. Apalagi  jumlah banlog relatif kecil walaupun  rencananya akan dinaikan menjadi Rp. 160 ribu rupiah,” ujar Tigor.

Ia lantas menjelaskan, seseorang yang harus menjalani isolasi mandiri waktunya adalah 10 – 14 hari. Jika bantuan hanya sebesar Rp. 160 ribu maka setiap hari nilainya hanya Rp. 11.500,-. “Bagi orang yang berkecukupan pasti tidak masalah. Tetapi jika warga yang harus isman itu kurang mampu pasti jadi persoalan. Apalagi jika yang terpapar adalah kepala keluarga dan sumber utama penghasilan keluarga,” ujarnya.

Mereka pasti tidak mau  mati kelaparan dengan tinggal dirumah dan satu-satunya jalan dia harus kembali bekerja. Apalagi  sebagian besar orang yang melakukan isman adalah orang tanpa gangguan yang nampak sehat namun bisa menularkan virus kepada teman kerjanya. “Apakah dapat dipastikan jika semua yang menjalani isman telah mendapatkan bantuan logistis tersebut?, “ ujar Tigor.

Hadepe-ua