blank
Pertunjukan wayang di atas air

Memahami Serba Neka Budaya Vietnam

Oleh : Dian Purnamawati

BULAN Maret pada saat saya disana, suhu di Hanoi, Vietnam sekitar 17 derajat. Anginnya entah berapa derajat yang pasti dingin semriwing. Secara geografis daerah ini lebih dekat ke Cina sehingga itulah kenapa suhunya lebih dingin dibanding Ho Chi Minh terutama pada akhir dan awal tahun. Budaya dan kultur cina pun terasa melekat disini. Beberapa kali saya masih melihat wanita-wanita Hanoi, Vietnam memakai pakaian tradisional mereka yang modelnya seperti baju kurung namun dengan corak dan bahan yang lebih berwarna.

Di kota ini saya menikmati makanan khas mereka yaitu Pho sepuas-puasnya. Pho panas yang menyerupai soto bening dan dijajakan hampir di setiap sudut kota Hanoi, sangat pas disantap dalam cuaca dingin. Bagi muslim seperti saya, menyantap makanan ini harus berhati-hati karena sebagian besar menggunakan daging babi. Karenanya setiap kali akan membeli, saya selalu bertanya dulu apakah dagingnya babi atau bukan. Hal lain yang membedakan cara makan kita dengan warga sana adalah tidak disediakannya minuman di warung-warung makan. Konon warga lokal disana mengganti minum dengan kuah. Karena masih tidak terbiasa jadi setiap kali akan makan, kami selalu menyiapkan air mineral terlebih dahulu yang dibeli dari toko-toko sebangsa Alfamart disini.

blank

Di beberapa tempat di Vietnam, salah satunya di Hanoi, ada pertunjukan spesial setiap malam yaitu wayang air atau water puppet show. Pertunjukan ini cukup unik, hampir seperti wayang di negara kita, tapi yang membedakan adalah media yaitu diatas kolam air. Jadi pembawa boneka harus tahan untuk berada dibawah air dan menggerakan boneka sesuai dengan cerita. Musik dan sinden pun ada. Konon wayang air ini adalah kesenian yang cukup tua, sekitar abad 11. Asal muasalnya disebutkan dari kawasan Vietnam Utara. Cerita yang diangkat adalah cerita rakyat atau legenda. Walaupun sama sekali tidak mengerti bahasanya namun saya menikmati karena cukup takjub dengan pencahayaan dan gerak wayang yang terkadang membuat tawa. Pertunjukan hampir ada setiap 3 jam sekali dimulai sore hari. Jadi kita tinggal menyesuaikan kapan jam yang tepat untuk menontonnya.

Saat itu saya mengambil waktu menonton water puppet jam 19.30. Masih ada waktu 2 jam untuk keliling ke sekitaran theater. Di samping2nya banyak toko menjajakan suvenir untuk dijadikan oleh2. Harganya lebih mahal sedikit dibanding Ben Thanh Market di Ho Chi Minh. Mungkin karena ini memang kawasan turis jadi harga lebih tinggi. Selain suvenir, kita juga bisa membeli barang-barang bermerk seperti Nike, Adidas, Kanken dan lainnya dengan harga cukup murah. Bukan asli tentunya tapi hampir tidak ada bedanya dengan yang original. Jaket musim dingin juga cukup murah disini. Saya sempat membeli jaket musim dingin untuk anak saya seharga 80 ribu rupiah saja dengan kualitas yang cukup bagus. Teman saya memborong banyak kaos yang di Indonesia dihargai lebih dari 200 ribu namun disana dia mendapatkan harga kurang dari separuhnya. Jadi apabila kita kesini dalam musim dingin tidak perlu repot-repot membawa banyak jaket ataupun baju hangat. Tinggal sesuaikan saja dengan kebutuhan dan dana yang kita bawa. Itulah kenapa banyak warga Malaysia yang berbelanja ‘kulakan ‘ disini untik dijual lagi di negara asalnya.

Esok harinya, pagi2 saya berangkat ke Halong Bay, ikonnya Vietnam. Konon katanya, ke negara ini belum sah kalau belum kesini. Saya tidak berangkat kesana sendiri, namun melalui paket tur lokal. Banyak sekali pilihan yang disediakan. Mau semalam atau 2 malam atau bahkan 3 malam di Halong Bay bisa. Kegiatan selama disana juga sudah disusun rapi. Biaya untuk ini juga beragam tergantung pilihan kita. Saya mengambil pilihan seharga 900 ribu per orang. Harga tersebut untuk paket 2 hari 1 malam sudah termasuk biaya menginap 1 kamar untuk 2 orang, 4x makan dan kegiatan selama disana.

Kami dijemput pagi jam 8 di meeting point’ yang sudah ditentukan menggunakan bis kecil dan menikmati perjalanan kurang lebih 3 jam dari Hanoi ke Halong Bay.  Bersama kami juga ada wisatawan-wisatawan lain yang sebagian besar dari Eropa. Tur guidenya sangat komunikatif. Sepanjang jalan dia banyak berinteraksi dengan peserta tur dengan bercanda dan menceritakan berbagai hal tentang Vietnam. Kami juga sempat berhenti untuk beristirahat di ‘rest area’ yaitu toko besar yang menjual berbagai suvenir, baju dan keramik2. Sekitar 1 jam kami disana dan tiba di Halong Bay pada saat makan siang.

blank

Halong Bay terletak di Teluk Tonkin, provinsi Quang Ninh. Tempat ini tidak berpenghuni dan tampak terlihat adalah gugusan ribuan pulau-pulau besar dan kecil yang membentuk gumpalan bebatuan putih. Disana juga terdapat gua-gua yang didalamnya banyak terdapat stalaktit yang sangat indah. Tidak heran kalau kawasan luas ini dinobatkan sebagai situs nasional pemerintah Vietnam sejak tahun 1960 an. Sebenarnya hampir mirip dengan raja Ampat di Papua namun lebih luas Halong Bay. Banyak juga bukit2 disana yang biasanya didaki wisatawan untuk memotret Halong Bay dari atas.

Kapal yang saya naiki berisi 9 orang saja. Kami ber 7 dari Indonesia dan 2 orang lagi wisatawan asal Inggris. Makanan yang disajikan berlimpah dan sebagian besar seafood karena kami meminta makanan halal. Kamarnya pun bagus, dari jendela pemandangan yang terlihat seperti di laut lepas. Saat malam, tidak ada goncangan seperti naik kapal laut biasanya karena tempat itu teluk dan tidak ada ombak seperti di laut lepas. Selama disana, hampir selalu saya naik ke atas dek. Disana ada kursi-kursi malas tempat kita bisa ngobrol enak dan menikmati pemandangan. Hal yang paling ditunggu oleh wisatawan adalah melewati malam yang bersih penuh bintang dan menikmati matahari terbit. Selama 2 hari disana, kegiatan yang dilakukan tidak melulu didalam kapal karena paket tur sudah menyiapkan berbagai acara yang bisa kami ikuti, salah satunya naik kayak, mengunjungi budidaya mutiara dan cooking class.

Kembali ke Hanoi esok harinya, kami langsung mengunjungi tempat ngopi ikonik disana yaitu Train Street. Sebenarnya ini  pinggiran rel kereta yang samping kanan kirinya berbagai kedai kopi dan cafe yang menarik. Sebagian besar turis lalu lalang  untuk foto dan menikmati egg coffee yang terkenal disini sehingga tempat ini ramai wisatawan. Kopi yang disajikan juga bermacam-macam pilihan jenis dan harga termasuk dengan metode penyajiannya.   Saya memesan egg coffee yang direkomendasikan penjualnya.  Rasanya menurut saya sangat aneh karena percampuran telur, susu dan butter yang kemudian diatasnya dituang kopi pahit. Kalau langsung diaduk, yang terasa hanyalah rasa sedikit pahit namun sangat manis jadinya sedikit enek buat saya. Karenanya kemudian saya mencampur sedikit demi sedikit supaya agak terasa enak.

Tempat itu sebenarnya rel kereta yang aktif dan waktu saya kesana kebetulan tidak pas jam kereta lewat. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kereta lewat mengingat tempatnya sangat sempit sedangkan orang lalu lalang ditempat itu.  Kabar terakhir yang saya dengar, kafe kafe itu ditutup karena semakin banyak turis yang datang dan potensi membahayakan semakin besar. Entah kapan dibuka lagi.

Masih banyak hal yang ingin saya ceritakan tentang Vietnam. Salah satunya tentang scam yang sangat marak dilakukan warga lokal kepada turis.( Berbagi Pengalaman perjalanan Vietnam bagian 2 oleh : Dian Purnnamawati, penggiat wisata dan Trevelling)

Suarabaru.id