blank
Sebanyak 14 grup kesenian tradisional yang mengikuti festival kesenian pada kegiatan Rawat Ruwat Borobudur sedang dinilai tim juri secara virtual. Foto: suarabaru. Id/ Yon

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Sebanyak 14 grup kesenian tradisional melaju ke babak final pada kegiatan Ruwat Rawat Borobudur yang digelar Komunitas Pelestari Cagar Budaya Dunia, Brayat Panangkaran Borobudur.

“Sebenarnya festival ini digelar sejak 9 Februari hingga 21 April lalu. Namun, karena adanya pandemi covid-19, kegiatan ini sempat vakum. Dan, selanjutnya festival kesenian tradisional ini dilaksanakan secara virtual,” kata Eri Kusumawardani, Penanggungjawab  Sekolah Lapangan Kawasan Borobudur, Selasa( 23/11).

Eri mengatakan, ke -14 grup kesenian  yang masuk babak final tersebut berhasil menyisihkan  puluhan grup kesenian rakyat  yang berasal tidak hanya dari wilayah Kabupaten Magelang saja, melainkan juga dari wilayah Kabupaten Temanggung, Kota Magelang,  Kendal, dan lainnya.

Ke-14 grup tersebut nantinya akan dipilih menjadi juara satu, dua dan tiga. Selain itu, semua kesenian yang dilombakan dalam kegiatan tersebut, juga masih berkesempatan menjadi juara favorit.

“Nantinya, ke -14 grup kesenian yang masuk final ini masih berkesempatan menjadi juara favorit. Setelah pentas secara virtual tersebut dimasukkan ke laman youtube,” ujarnya.

Sedangkan penilaian untuk mendapatkan juara favorit itu berdasarkan banyaknya viewer (pengunjung) yang melihat di laman you-tube tersebut.

Eri menambahkan, sebelumnya pihaknya merencanakan kegiatan tersebut digelar di 10 tempat yang ada  Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Temanggung, dan Purworejo.

Ia menambahkan, kegiatan yang diinisiasi Komunitas pelestari cagar budaya dunia, Brayat Panangkaran Borobudur dan bekerjasama dengan Balai Konservasi Borobudur tersebut, hingga saat ini telah memasuki  17 kali sejak dilaksanakan pertama kali di tahun 2003 silam.

“Ruwat Rawat Borobudur ini juga menjadi ruang murni masyarakat agraris dalam mempertahankan jati diri kearifan lokal dalam pengembangan pariwisata Borobudur,” katanya didampingi budayawan, Sucoro.

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Madya Balai Konservasi Candi Borobudur, Yudi Suhartono mengatakan, Balai Konservasi Borobudur mendukung kegiatan tersebut dalam rangka menjalankan amanah Undang-Undang nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

“Dalam undang-undang tersebut salah satu objek pemajuan kebudayaan, yakni seni dan permainan rakyat,”katanya.

Ia menambahkan, sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan Ruwat Rawat Candi Borobudur, pihaknya juga menyediakan tempat untuk penyelenggaraan  Sekolah Lapang Kawasan Borobudur, pelatihan dan lainnya.

Sementara itu, budayawan dari Warung Info Jagad Cleguk, Sucoro mengatakan, Borobudur lah sebuah warisan budaya dan masyarakat  kawasan Borobudur juga memiliki warisan Budaya yang berupa acara tradisi dan seni tradisi.

“Untuk itu,  itu kami sangat berharap kedua sisi warisan budaya tersebut dapat saling hidup dan menghidupi ,“ katanya.

Menurutnya, Ruwat Rawat Borobudur  merupakan  acara budaya yang  lahir  atas insiatifnya.Dan, dirinya merupakan sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan lahir dan tinggal tidak jauh dari monumen warisan budaya Borobudur.

Yon-trs