blank
Ilustrasi

Oleh: Nila Ubaidah, M.Pd

blank
Nila Ubaidah, Mpd

Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 masehi. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Y. Generasi ini merupakan peralihan Generasi Y dengan teknologi yang semakin berkembang.

Beberapa di antaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan Y. Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet atau chat whatsApp menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset atau earphone.

Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

Literasi media pada dasarnya merupakan kemampuan untuk memahami dan menganalisis serta mendekonstruksi pencitraan media.Pada masa pandemii covid-19 seperti sekarang ini tampaknya literasi media menjadi suatu hal yang sangat banyak dimanfaatkan oleh berbagai pihak, terutama oleh Generasi Z.

Berita dan informasi kondisi terkini terkait pandemi covid -9 ada pada media dan dikonsumsi oleh publik. Jadi  media dianggap sebagai sumber informasi dan sumber data serta sumber kebenaran bagi banyak orang. Kehadiran berita yang baru pada media selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Namun sayangnya berita tidak saja selalu bersifat positif dan bahkan ada banyak berita yang cenderung memberitakan hal negatif.

“Generasi Z” pada tahun 2020 ini sangat erat dengan aktifitas-aktifitas yang mengandalkan gadget berformat digital. Hampir semua pelajar dan mahasiswa di Indonesia mempunyai gadget. Perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih ini bukan hanya memberi manfaat bagi penggunanya tapi juga menimbulkan pengaruh yang negative bagi penggunanya, terutama bagi kalangan pelajar dan mahasiswa jika tidak difilter secara baik.

Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari internet ada yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan tapi ada juga yang dapat merusak mental dari kalangan pelajar dan mahasiswa yaitu situs-situs porno.

Internet sangat memberikan pengaruh positif bagi pelajar maupunahasiswa. Banyak pelajar dan mahasiswa yang mendapatkan ilmu dan informasi dengan bantuan internet. Bahkan tugas-tugas sekolah atau kuliah sekalipun pada masa pembelajaran daring saat ini, terasa lebih mudah dengan mencarinya di internet dan sekaligus megirimkannya kepada guru atau dosen melalui internet.

Jika pada masa dahulu, pebelajar dan pembelajar harus membuka berbagai jenis buku dan koran untuk mencari tahu tentang suatu informasi, atau dengan menyimak radio dan televisi, kini begitu mudahnya hanya dengan bantuan internet, semua  info seakan membanjir. Namun tidak sedikit yang menyalahgunakan penggunaan internet itu.

Malas Belajar

Tidak sedikit remaja yang malas belajar karena hampir semua waktunya untuk keperluan hura-hura melalui internet, dan rasa bosan yang berkepanjangan karena pelaksanaan pembelajaran daring yang belum kunjung usai. Lebih-lebih remaja atau pelajar dan mahasiswa yang tanpa malu atau takut membuka situs-situs porno, dan lain sebagainya.

Alhasil para pebelajar yang salah menggunakan wahana internet mengalami penurunan prestasi di sekolahat aupun di kampusnya, termasuk mata pelajaran dan mata kuliah Matematika.

Padahal waktu yang sangat panjang untuk BDR (belajar dari rumah) harusnya bias dimaksimalkan untuk belajar, berkreasi membuat konten-konten positif di youtube atau layanan digital lainnya yang sangat bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga untuk masyarakat luas.

Salah satu dari penyebab utama pebelajar salah menggunakan internet adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dan pergaulan.

Beberapa masalah yang timbul saat pandemi covid-19 dari penggunaan internet di kehidupan nyata, terlebih dampak nyatanya pada dunia pendidikan, motivasi pebelajar kini menurun.

Hal itu juga berbanding lurus dengan prestasi belajarnya, dan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran daring baik menggunakan live class ataupun layanan teknologi online lainnya juga mulai mengalami penurunan. Rasa bosan dan kejenuhan yang berkepanjangan juga merupakan implikasi dampak negatif penggunaan internet.

Dari dampak-dampak negatif di atas, perlu penulis cantumkan bagaimana solusi yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ada.

Di antaranya adalah penggunaan software browser khusus untuk anak, yaitu browser anak, dan browser parental. Software browser adalah yang menjadi perantara utama antara internet dengan komputer yang digunakan.

Browser anak secara umum telah dirancang untuk semaksimal mungkin menyaring berbagai situs, gambar atau teks yang tak layak diterima anak. Browser anak juga didesain untuk menarik dan mudah digunakan oleh anak.

Selain penggunaan alat bantu seperti browser, pencegahan juga dapat dilakukan dengan pengawasan orang tua ataupun guru, lingkungan atau bahkan memberi pemahaman pada anak melalui penguatan literasi dan edukasi buku, penguatan literasi agama, penguatan literasi numerasi, serta penguatan literasi media. Hal yang dapat dilakukan di antaranya:

1.Usahakan untuk tidak memberikan telepon seluler yang dapat mengakses internet (situs jejaring sosial) kepada anak usia dini. Kecanggihan alat komunikasi sekarang ini telah memungkinkan telepon seluler untuk mengakses internet.

Bahkan beberapa merek telepon seluler ternama berlomba-lomba mengeluarkan produk yang memiliki kecanggihan dan kemampuan akses internet, yang memungkinkan penggunanya mengakses situs jejaring sosial dengan sangat mudah.

Hal itu dapat menyebabkan siswa kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan telepon seluler mereka. Maka sebagai orang tua, usahakanlah untuk tidak memberikan telepon seluler kepada anak usia dini, karena kebanyakan anak usia dini belum dapat memanfaatkan internet dengan baik, maka akan berakibat pada prestasi mereka di sekolah karena terlalu sering mengakses internet atau jejaring sosial. Karena tujuan utama telepon seluler adalah untuk alat komunikasi saja.

2.Mengawasi anak dan pebelajar dalam  berinternet atau berjejaring sosial. Pengawasan terhadap pergaulan siswa dalam jejaring sosial dunia maya sangat diperlukan, karena jika siswa tidak diawasi mereka akan dengan mudah mengakses situs jejaring sosial tersebut dan menggunakannya ke arah yang tidak baik.

Pergaulan mereka akan mudah melawan perkataan orang tua, dan usaha kita untuk menyelamatkan anak untuk tidak menggunakan akses internet secara berlebihan akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil yang maksimal.

Pergaulan anak yang bebas dan pengaruh dari teman-teman juga dapat memudahkan anak untuk mengakses situs jejaring sosial dengan mudah. Maka dari itu mereka perlu diawasi untuk tidak mengakses internet dengan bebas.

3.Meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Literasi media juga bias menjadi ajang bagi kita dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai contohnya kita membuat motivasi belajar atau motivasi religi melalui vlog atau youtube mapun menonton video atau motivasi religi pada laman youtube dan sebagainya.

Dengan demikian dapat meningkatkan keimanan dan kedekatan kita kepada-Nya dan akan berimbas pula pada peningkatan imunitas di dalam tubuh kita Karena kita akan senantiasa istiqomah di dalam menghadapi kondisi pandemi covid-19 yang tentunya tidaklah mudah.

4. Menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan. Diharapkan dengan adanya solusi tersebut generasi Z bias memanfaatkan internet dengan baik dan Jika generasi Z bias meningkatkan prestasinya melalui internet maka pendidikan di Indonesia akan maju.

Generasi Z sudah mengenal internet akan tetapi penggunaan internet di kalangan remaja atau siswa ini masih dalam batas yang wajar karena penggunaan fasilitas internet yang sering digunakan oleh siswa adalah fasilitas – fasilitas seperti: Email, chat, browsing bahan tugas melalui google. Download, game online, zoom meeting. Google meet, kahoot, quizizz. Google classroom, facebook, youtube, dan sebagainya.

Dengan demikian pengaruh negatif dari internet bagi siswa sangatlah kecil. Tetapi akan lebih banyak berdampak positif bagi pebelajar karena dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya. Dengan demikian akan berpengaruh kepada prestasi pebelajar itu sendiri.

Selain itu juga adanya pengaruh pengawasan dari orang tua pebelajar itu sendiri, yang mengarahkan kepada anaknya bagaimana dan untuk apa penggunaan fasilitas internet itu. Juga dapat menumbuhkan minat dan bakat pebelajar terhadap jaringan atau penguasaan fasilitas – fasilitas internet.

(Nila Ubaidah, M.Pd,  Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang)