blank
Monyet di Gunung Tidar (liustrasi). Foto: widiyartono R

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Fenomena  turunnya satwa monyet atau kera ekor panjang (Macaca fascicularis) ke permukiman penduduk tidak selalu dikaitkan dengan tanda-tanda gunung meletus. Itu merupakan hal biasa.

“Fenomena turunnya satwa Gunung Merapi ke permukiman penduduk bisa saja hanya peristiwa biasa. Yakni, bisa satwa tersebut terpisah dari kawanannya, juga kemungkinan ada dinamika kelompok seperti persaingan antarkelompoknya,” kata  Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Taman Nasional Gunung Merapi Magelang- Sleman, Wiryawan di Magelang, Jumat (20/10).

Wiryawan  mengatakan, biasanya kawanan satwa primata tersebut saat turun ke perkampungan penduduk dalam jumlah yang banyak. Yakni, dalam satu koloni bisa mencapai 10 hingga 15 ekor. Kalau turunnya ke  hingga perkampungan sendiri tersebut karena adanya persaingan di dalam kelompok tersebut.

blank
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Taman Nasional Gunung Merapi Magelang- Sleman, Wiryawan. Foto: suarabaru.id/ Yon

Namun, turunnya hewan primata ke perkampungan penduduk tersebut, tidak tidak menutup kemungkinan karena aktivitas Gunung Merapi yang meningkat.

“Ada kemungkinan juga turunnya satwa tersebut karena aktivitas Gunung Merapi yang meningkat. Mungkin di atas (hutan Merapi, red)  suhunya  saat ini lebih panas  atau lainnya,” katanya.

Ia menambahkan, untuk mengaitkan satwa turun gunung dan  dikaitkan dengan tanda-tanda alam akan terjadinya erupsi di Gunung Merapi tersebut, perlu adanya pengecekan lebih lanjut.

“Sedangkan masyarakat sekitar Gunung Merapi, biasanya  hanya niteni (mengamati) akan perilaku satwa-satwa yang  hidup di hutan sekitarnya,” ujarnya.

Wiryawan menambahkan,  pihaknya juga telah mendapatkan laporan adanya satwa kera ekor panjang yang diduga berasal dari hutan Merapi yang juga sudah turun sampai wilayah Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

“Kami juga telah mendapat informasi adanya kawanan kera yang juga turun sampai jauh dari kawasan hutan Merapi, yakni hingga Kecamatan Salam. Tetapi, hal itu masih dalam pengecekan,” ujarnya.

Pihaknya berharap  masyarakat melaporkan bila mengetahui adanya kawanan monyet yang masuk perkampungan. Sehingga pihaknya bisa berkoordinasi dengan  Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah.

“Kami juga menghimbau masyarakat tidak memberi makanan apapun bagi satwa yang turun hingga perkampungan. Karena, bila dikasih makan, mereka akan turun dalam jumlah yang banyak,” harapnya.

Ia menambahkan, hingga saat ini masih banyak satwa yang hidup dan berkembang biak di hutan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Seperti, kijang, kucing hutan, burung elang, kera lutung dan lainnya.

“Sedangkan satwa harimau, hingga saat ini belum teramati oleh kamera pengawas yang kami pasang,”pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak tiga ekor kera ekor panjang berkeliaran hingga perkampungan penduduk yakni di Dusun Gedangan, Desa Ngargosuko, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, atau berjarak sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi.

Yon-trs