blank
Sejumlah peserta Belly Dance sedang menari.(FOTO:SB/Sp)

KENDAL(SUARABARU.ID)- Pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan untuk tidak berolahraga. Justru, dengan rutin berolahraga, badan menjadi sehat dan menjauhkan dari segala penyakit.

Hal tersebut dikatakan instruktur senam perut, Trie Susilowati, di Rumahnya Desa Pegandon, Kecamatan Pegandon, Kendal, Selasa (17/11/2020).

Selama beberapa tahun terakhir, Trie Susilowati mengajarkan Belly Dance atau tari perut sebagai olahraga.

Pengajaran Belly Dance tersebut, dilakukan bersama Sanggar Pingky Management, Pegandon, Kendal, dimana pesertanya terbatas dan wajib mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan atau memakai hand sanitizer.

Trie Susilowati mengatakan, semenjak adanya pandemi Covid-19 ini, kegiatan Belly Dance nyaris tak dilakukannya.

Namun untuk beberapa bulan terakhir, olahraga yang dibilang langka langka ini, ia geliatkan kembali sekaligus memperkenalkannya pada warga Kendal.

Menurut Tri, panggilan akrab sehari- harinya, Belly Dance bukan sekedar seni tari biasa,
namun juga bisa dimanfaatkan untuk sarana olahraga.

Karena setiap gerakan Belly Dance dapat membakar kalori dan lemak berlebihan di tubuh.

“Terutama sangat bermanfaat untuk membuang lemak dan mengecilkan perut,” katanya.

Belly Dance sebagai tarian asal negara di Timur Tengah ini, menurutnya, masih kurang dikenal banyak orang di Kendal. Makanya, ia mencoba mengenalkan dengan membuka kelas Belly Dance singkat.

Dimana pesertanya diajarkan teknik pernafasan, dan gerakan. Dari pemanasan, inti dan pendinginan seperti halnya senam.

“Manfaat Belly Dance ini untuk kesehatan sangat bagus, untuk membuka aura, cakra jantung dan pembakaran lemak dan kalori berlebih di tubuh. Selain itu hasilnya bagi perempuan, perut bisa langsing sehingga semakin cantik dan seksi,” ujarnya.

Pemilik Sanggar Pingky Management, Pingky Anis Soehoed mengatakan Belly Dance ini adalah yang pertama digelar sejak pandemi Covid-19 ini.

Kelas pertama ada 100 orang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama 50 dan kedua 50 orang.

“Tempatnya terbatas, agar tidak terjadi kerumunan. Selain itu peserta yang datang juga kami ukur suhu dengan thermo gun. Dalam arti tidak sedang demam dan batuk,” terang Pingky Anis Soehoed.

Thermo Gun ini, fungsinya untuk memastikan peserta dalam kondisi sehat. Sehingga tidak menjadi klaster baru penularan Covid-19,” pungkasnya. Sp-mm