blank
Dua pengungsi asal Dusun Babadan, Desa Paten, Dukun, momong bayinya di tempat pengungsian. Eko Priyono
MAGELANG (SUARABARU.ID) – Berdasarkan data hasil pemantauan Gunung Merapi oleh BPPTKG, aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk.
Oleh karena itu sejak 5 November 2020 pukul 12.00 WIB, tingkat aktivitas Merapi dinaikkan dari waspada  (Level II) ke siaga (Level III).
Sejak itu pula warga beberapa desa di Kecamatan Dukun pun diungsikan ke tempat aman. Dari Desa Paten yang diungsikan warga Dusun Babadan 1 dan  Babadan 2.
Dari Desa Krinjing warga Dusun Trono, Pugeran dan Trayem. Dari Desa Ngargomulyo warga Dusun Batur Ngisor,  Gemer, Ngandong dan Karanganyar.
Warga dari Dusun Babadan 1 sebanyak 268 orang diungsikan di Balaidesa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan,Kabupaten Magelang. Warga yang diungsikan di tempat itu adalah pemilik bayi dan orang usia lanjut.
Salah satu pengungsi Puput (20) berada di tempat pengungsian
sejak Jumat lalu. Di tempat itu, kata dia, untuk tempat pengungsian balita dan jompo.
“Lebih dari 300 keluarga diungsikan di tempat berbeda,” tutur wanita yang tempat tinggalnya lima kilometer dari puncak Merapi itu.
Selama di pengungsian, sawah tetap diurusi oleh suaminya. Hewan peliharaan juga sama.
Yang jelas kini dia harus rela repot mengurusi bayi di pengungsian. Menurut dia ada sekitar 15 bayi. Hasanah (27) tegangga dia juga berada di pengungsian yang sama.
Keduanya mengalami nasib yang sama, pertama datang ke.pengungsian itu anaknya rewel. Diperkirakan karena merasa panas dan tidak ada kipas angin. “Tidurnya ibu-ibu berjejer,” katanya.
Selama di tempat pengungsian menu makannya cocok dan tidak ada masalah. Hanya kamar mandinya yang harus antre.
Sisi lain salah satu lansia yang mengungsi di tempat yang sama, Mbah Pupon (70), warga Desa Paten, Dukun,  mengaku tidak kerasan dan ingin segera pulang.
Selama di pengungsian rumah dia ditunggui anaknya.
Eko Priyono